9. Sabria-nya Jangan Dibawa

2.1K 415 53
                                    

Sambil menyumpal mulutnya yang sudah sarapan nasi pecel di rumah Bude Aminah sebelum berangkat kerja tadi tetapi mendadak lapar lagi dengan sepotong Opera cake, Yaka diam-diam mencuri pandang ke arah Mbak Sasa yang sibuk menyetir. Ia berusaha memikirkan apa saja yang bisa terlintas dalam kepalanya; deret fibonacci, trigonometri, kalkulus lanjut, apapun yang bisa membuatnya berhenti mengagumi kecantikan wanita ini, apapun!

Nayaka sudah tahu betapa cantiknya Sabria dari foto di surel dan akun Whatsup. Dilihat dari pakaian dan tatanan rambutnya, foto tersebut sepertinya diambil oleh fotografer profesional di studio. Mungkin untuk keperluan foto prewedding? Namun, saat dilihat dari dekat, beliau tampak sangat memesona dan memancarkan aura wanita independen yang dewasa. Yang jelas, jika Mbak Sasa masih lajang, budenya yang merangkap sebagai pakar percintaan tentu akan getol menawari pria-pria lajang lain untuk dikenalkan dengan wanita rupawan ini.

 Yang jelas, jika Mbak Sasa masih lajang, budenya yang merangkap sebagai pakar percintaan tentu akan getol menawari pria-pria lajang lain untuk dikenalkan dengan wanita rupawan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang perjalanan menuju kantor Glamela, Mbak Sasa mengemudi dengan lihai dan tenang. Tidak ragu dalam berpindah jalur, juga tidak mudah terprovokasi oleh lampu kuning yang beralih menuju merah, di mana pengemudi lain justru memanfaatkan momentum ini untuk mengebut. Benar-benar anak kota banget, berbeda dengan Yaka yang sedikit ugal-ugalan, apa lagi jika jalanan lengang dan gelap pekat di kanan kiri.

Waktu Yaka mengabari keluarga besar terutama budenya jika dia hendak ke Surabaya karena ada tawaran pekerjaan, orang yang paling antusias mendorongnya pergi justru ibunya sendiri. Kata beliau, sudah semestinya Yaka keluar rumah sesekali untuk menghirup udara segar. Siapa tahu, dalam perjalanannya nanti akan bertemu dengan jodoh. Bahkan, tadi pagi sebelum ia berangkat, Bude Aminah sudah mewanti-wantinya untuk bekerja dengan serius.

"Yang semangat," ucap Bude Aminah saat Yaka sibuk mengoyak paha ayam goreng dengan giginya. "Tunjukkan kalau kamu pinter. Sekolah S2 mahal-mahal harus berguna tho ijazahnya."

"Bude, aku selalu serius lho kalau kerja," gerutu Yaka.

"Ini harus udah paling mentok yang kamu bisa," ucap Bude Aminah. "Pokoknya jangan sampai kalah dari orang lain. Kalau memang mau dipilih, kamu harus tunjukkan potensimu."

Waktu itu Yaka pikir budenya hanya menyemangati dia untuk memberikan hasil kerja terbaiknya, sebab kali ini selain bekerja untuk perusahaan dalam negeri, peran Yaka juga sangat berpengaruh terhadap reputasi Glamela dan tekanan kerjanya tentu tidak sesederhana yang ia duga. Yaka kembali melirik Mbak Sasa di sampingnya yang tampak elegan dengan rok span sebatas lutut dan kemeja polos warna krem yang membuat wajahnya semakin bercahaya. Ia memakai sepatu hak tinggi meski menyetir mobil manual. Yaka melihat-lihat bagian dasbor dengan keingintahuan besar. Dari informasi yang bisa Yaka kumpulkan, mobil ini keluaran MG tipe 5 GT. Tadinya, ia sempat mengira jika Mbak Sasa mengendarai Mini Cooper karena warnanya sama-sama kuning, tetapi ternyata bukan. Yaka membuka peramban ponselnya untuk mencari tahu tentang kendaraan mungil ini.

Jodoh di Tangan Bu RTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang