Twenty six

1.5K 111 9
                                    

Sekarang Iky dan Raga berada di ruangan kepala sekolah, begitupun dengan kedua orang tua mereka.

"Sekarang coba kamu ceritakan apa yang terjadi," ucap kepsek.

"Saya lagi nyantai di atas, terus tiba-tiba ni anak datang sambil ngerokok. Tadinya mau saya diemin aja,eh tiba-tiba dia ngedeket sambil ngejek dan bully saya. Saya gak terima dong, ya udah saya pukul." Setelah mendengar penjelasan dari Iky, para guru mengalihkan pandangannya pada Raga.

"Enggak pak, saya gak bully dia. Saya cuman mau ngobrol eh dia malah nonjok saya," sanggahnya.

"Enak aja nuduh nuduh gue, lo yang duluan anjir." Iky berdiri dan bersiap mendekat ke arah Raga, tapi ditarik oleh Rayya dan akhirnya Iky kembali duduk.

"Pertanyaan saya kenapa kalian membolos, dan kamu kenapa merokok di sekolah?" Pertanyaan kepsek tidak bisa mereka jawab. Mereka berdua hanya menunduk.

"Kalian diskors selama tiga hari," ucap kepsek.

"Gak bisa gitu dong pak, anak ini harus dikeluarkan. Dia memukul anak saya sampai pingsan. Saya tidak setuju." Sejak awal yang membuat masalah ini jadi lebih besar adalah orang tua Raga. Mereka terlalu membela anaknya.

"Ini pertama kalinya anak saya berantem, wajahnya juga babak belur. Tapi saya tidak komplain untuk mengeluarkan anak ibu," sahut Rayya dengan wajah datarnya.

"Sudah hentikan, keputusan saya sudah bulat. Silakan keluar dari ruangan saya."

________

Setelah perdebatan yang cukup panjang, Iky akhirnya pulang bersama Rayya. Tidak ada obrolan antara mereka selama perjalanan. Iky masih memikirkan yang baru saja terjadi di ruang kepsek. Dia bukan kesal karena Raga, tapi dia kesal dengan tingkah orang tua Raga. Sangat menyebalkan.

"Selama masa hukuman, kamu tidak akan keluar rumah." Iky berdehem sebagai tanda mengiyakan pernyataan ayahnya.

Sampai di rumah, Iky langsung pergi menuju kamarnya. Dia menyimpan tas sekolahnya, kemudian berjalan menuju ranjangnya dan duduk di sana.

Iky hanya melamun, pikirannya sangat kacau. Kapan hidupnya akan berjalan dengan mulus. Padahal cuman figuran, tapi kenapa punya banyak masalah.

"Yah...terserah lah." Iky membuka seragam sekolahnya, kemudian mendekat ke arah lemari pakaian. Saat membukanya Iky teringat dengan satu hal yang belum dia selesaikan, yaitu boneka-boneka yang selama ini Rizky simpan.

Setelah berganti pakaian, Iky turun ke lantai bawah untuk mencari dus besar. Dia menelusuri gudang, karena kata bi Surti kardus-kardus seperti itu dia simpan di gudang.

"Ketemu." Ucapnya.

Iky membawa dus besar itu ke kamarnya. Dia mulai mengeluarkan satu persatu boneka Rizky, dan memasukkannya ke dalam dus.

Saat Iky hendak mengambil boneka terakhir, tiba-tiba perhatiannya teralihkan. Di pojok lemari, dia melihat satu kotak kecil berwarna hitam.

Iky sempat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengambil kotak itu.

"Terkunci." Dari ukuran kuncinya, sepertinya Iky tahu di mana Rizky meletakkannya.

Setelah mengambil kuncinya, Iky membuka kotak itu. Di dalam sana terdapat satu buku kecil dan beberapa surat.

Iky membuka dan membaca buku berserta surat-surat itu. Kepalanya kembali pusing. Potongan kecil ingatan Rizky mulai bermunculan.

"Anjir plot twist," ucap Iky.

Segera dia bangkit dari posisinya dengan membawa buku dan surat-surat itu. Iky berjalan menuju belakang rumah dan membakar semuanya.

"Bakar apa?"

Iky tersentak mendengar suara itu. Wajah paniknya terlihat begitu jelas dimata Andra.

"Udah pulang?" Suara Iky jelas terdengar seperti orang ketahuan. Andra mengernyitkan keningnya dan kemudian mendekat ke arah Iky.

Andra mengalihkan pandangannya ke arah dimana Iky membakar sesuatu. Itu terlihat seperti buku, tapi sayangnya sudah hampir hangus.

"Apa yang lo bakar?" tanyanya lagi.

"Bukan apa-apa." Iky pergi meninggalkan Andra yang sepertinya masih menyimpan banyak pertanyaan.

Tidak aneh jika seseorang membakar sebuah buku, tapi yang anehnya kenapa Iky terlihat begitu panik. Andra tidak memikirkannya lagi, dia juga masuk ke dalam rumah menyusul Iky.

"What the f***," umpatnya menatap sekilas foto Rizky.

Semua boneka sudah Iky masukkan ke dalam dus. Iky kemudian membawanya ke lantai bawah.

"Apa itu?" tanya Rayya.

"Boneka, mau aku bawa ke panti." Ucapan Iky membuat mereka yang berada di sana terkejut. Dulu, setiap ada orang yang menyentuh atau meminjam bonekanya pasti dia akan marah. Tapi sekarang dia sendiri yang bilang akan membawanya ke panti.

"Kamu yakin?" tanya Rayya memastikan.

"Hmm."

"Simpan dulu di sebelah sana, besok aja kita ke pantinya." Iky menyimpan kotak besar itu di tempat yang ditunjuk oleh ayahnya. Setelah dirasa pas, Iky kemudian kembali ke kamarnya.

__________

Iky sudah siap begitu juga dengan Rayya. Mereka berdua memasukkan dus besar itu ke dalam mobil, kemudian pergi menuju tempat yang sudah mereka tentukan sebelumnya.

"Terima kasih karena kalian sudah memilih panti ini. Panti kami masih kekurangan biaya, apalagi di tempat yang cukup jauh seperti ini. Apa yang kalian bawa sangat bermanfaat untuk anak-anak. Mereka bisa bermain dengan mainan yang sangat bagus. Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih," Ucap ibu panti.

"Kami juga senang jika barang yang kami bawa memang bermanfaat untuk anak-anak," sahut Rayya.

Setelah perbincangan yang cukup panjang, Rayya dan Iky berkeliling sebentar di sana. Anak-anak terlihat sangat bahagia dengan mainan baru mereka. Iky merasa sedikit kasihan, mereka hanyalah anak polos yang tidak beruntung karena terlahir dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Dirasa sudah cukup, Rayya dan Iky memutuskan untuk pulang. Sebelum pergi, Rayya memberikan sejumlah uang dengan harapan bisa sedikit membantu kekurangan di sana.

__________

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Owner Of The Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang