10. Dinner

410 72 0
                                    

Netra tajam Jungoo mengamati keadaan sekitar, ujung bibirnya tersungging tipis kala menemukan kedatangan [Name] yang membawa nampan berisi pesanannya. Pria tersebut kemudian melepas tudung jaket berserta kacamata hitamnya membuat [Name] terkejut saat melihat rekan Jonggun tersebut. “Halo Nona.” Jungoo menyapa sambil menyangga dagunya, menatap gadis tersebut dengan tatapan kecewa. “Kau mengabaikan pesanku, jahatnya.”

[Name] membulatkan matanya dan tergagap. “Maaf aku lupa.” Balasnya tak bohong, karena saat pesan dari Jungoo masuk, secara bersamaan ia disibukkan dengan beberapa pelanggan yang membuat [Name] benar-benar tak ingat membalas pesan pria bersurai kuning tersebut.

Memperhatikan gerak-gerik gadis tersebut, Jungoo lantas terkekeh geli sembari mengguncang gelas yang berisi setengah cairan Soju, meminumnya dalam sekali tenggak kemudian beralih menatap [Name] dengan tatapan menilai dari atas kebawah jelas membuat sang empu merasa tak nyaman. Jungoo lalu menarik nafas dalam-dalam, ia terus memusatkan pandangannya pada gadis tersebut, tersenyum lembut namun entah mengapa terkesan tak menyenangkan. “Gadis malang.” Ibanya.

“Ya?”

“[Name]!” Daniel memanggil dari kejauhan dengan ekspresi wajah seolah tengah bertanya apa yang terjadi, gadis tersebut menggelengkan kepalanya seraya menyunggingkan senyum tipis. Setelah itu [Name] kemudian buru-buru pamit dan meninggalkan Jungoo yang masih setia memperhatikannya.
















•••

“Gun.”

“Hmm?”

“Kita akan pergi kemana?”

“Makan malam.” Jawabnya singkat sembari membenarkan letak kacamatanya, Jonggun melirik kearah [Name] lalu sengaja memperlambat langkahnya agar [Name] tak kewalahan menyamainya.

[Name] terkesiap saat diajak masuk kedalam sebuah gedung mewah. Semua orang yang ada di sana menggunakan pakaian-pakaian berkelas membuat [Name] merasa sangat malu dengan cara berpakaiannya yang baru saja selesai berkerja menjadikan dirinya berbau keringat dan terlihat lusuh. Benar saja, ia kini menjadi pusat perhatian. [Name] lantas mendekati Jonggun dan memukul lengan pria tersebut kesal, karena Jonggun benar-benar mengajaknya tanpa rencana, langsung memboyongnya setelah rumah makan tutup. “Setidaknya, biarkan aku ganti pakaian lebih dulu, kau benar-benar sialan membuatku terlihat seperti gelandangan tersesat.”

Mendengar omelan gadis tersebut lantas membuat Jonggun tertawa kecil, tangan pria tersebut terulur menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga gadis tersebut. “Baiklah, tolong maafkan aku. Tapi sungguh, kau selalu terlihat cantik hendak seperti apapun cara berpakaian mu.”

Sikap manis Jonggun yang tiba-tiba membuat [Name] merinding, ia secara reflek bergerak menjauh dan menatap horor Jonggun. “Hey! what's wrong with you? You okay, Gun?” [Name] berujar skeptis.

As long as I'm with you, I'll always be okay, sweetheart.”

“Sungguh, kau membuatku merinding Gun.” Jawab [Name] bergidik, semakin keheranan menatap Jonggun. Sedangkan pria bermata hitam tersebut semakin melebarkan seringaian nya dan langsung mendekati [Name] sambil berbisik tepat ditelinga nya. “Ternyata saat kau membuat ekspresi-ekspresi seperti itu wajahmu terlihat konyol, [Name].” Ucapnya dengan nada bercanda setengah mengejek.

“Lain kali akan ku jual jantung mu, Gun.” Balasnya terdengar jengkel. “Ngomong-ngomong, kenapa jauh sekali?”

“Kita baru saja berjalan dalam waktu empat atau lima menit, [Name]” Park Jonggun kembali bersikap normal dengan suara rendah dan tenangnya, kemudian berhenti di salah satu meja yang sudah ia pesan, mempersilahkan [Name] duduk di kursi lainnya.

Di saat [Name] mulai duduk santai dan memperhatikan keadaan sekitar. Ia mengernyitkan keningnya menyadari sesuatu, ketika melihat pintu masuk ternyata berjarak tak begitu jauh dan jika berjalan lurus waktu yang diperlukan terhitung lebih singkat. Sial, Jonggun nampaknya sengaja mempermainkannya dengan menempuh jalan lebih jauh. Gadis itu lantas menatap Jonggun dengan tatapan kesal sambil menghela nafas berat. “Ya Tuhan, hari ini kau benar-benar menguji kesabaran ku, Gun.”

Jonggun melepas kacamatanya, menarik sudut bibirnya tipis– seringaian kecil itu begitu sulit diartikan, [Name] seringkali kesulitan menebak isi kepala pria tersebut karena Jonggun benar-benar pandai menyembunyikan ekspresinya agar tidak bisa dibaca. [Name] merasa Jonggun bisa menjadi bom waktu sebab terkadang ia berfirasat pria itu mempunyai niat terselubung namun adakalanya juga terlihat tulus.

“Gomen.” Bisik Jonggun meminta maaf sambil terkekeh kemudian mengangkat tangannya guna memanggil pelayan.













Tbc.

Halo makasih udah mau baca, doain ya supaya bisa sering-sering up. ❤️❤️

CHAIN | LOOKISM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang