6. Bad

569 76 10
                                    


Rumah makan tengah dipadati pelanggan, jumlah pembeli meningkat drastis karena akhir pekan beserta serombongan turis yang datang ingin menjajal makanan otentik Korea. Semua pekerja dibuat kewalahan. Di antara ramainya konsumen Yoo [Name] tengah membawa senapan penuh berisi makanan-- tak sengaja disikut salah satu pelanggan mengakibatkan semua makanan yang ia bawa jatuh berserakan di lantai, naasnya mangkok yang berisi makanan berkuah mengenai seorang pria yang sedang menunggu pesanan. Pria itu lantas berdiri dengan ekspresi wajah kesal sambil mengumpat kemudian membersihkan pakaian mahalnya.

[Name] terkesiap sembari membelalakkan matanya kaget. Ia segera membungkuk berkali-kali seraya meminta maaf namun tindakannya tak di gubris, sedangkan orang yang menyenggolnya hingga terjadinya kekacauan merasa panik dan buru-buru meninggalkan lokasi tanpa memikirkan orang lain. Atmosfer sekitar menjadi tegang kini puluhan pasang mata berpusat kearahnya. Rasa takut, cemas, dan malu bercampur. Dengan suara gemetar [Name] terus menunduk, ia memberanikan diri untuk berbicara. "Saya minta maaf Tuan, saya akan membayar ganti ruginya."

"Brengsek, suasana hatiku menjadi sangat buruk." Kata Pria itu terus mengumpat bahkan meludah dihadapan [Name]. "Minggir! Melihat penampilan mu saja aku yakin kau tak akan mampu." Sarkas nya sembari mendorong keras bahu gadis tersebut seraya melenggang pergi, nyaris membuat [Name] terjatuh-- jika saja saat itu seseorang tidak meraih lengannya ia pasti akan jatuh dengan menyedihkannya dan menjadi tontonan orang-orang. Setelahnya [Name] reflek mendongak, matanya langsung bertemu dengan mata Pria berambut Jingga yang menolongnya. Raut wajah pria tersebut benar-benar tampak mengkhawatirkannya. "Kau tak apa?"

"Saya baik-baik saja." Jawab [Name] sopan lalu sedikit membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat sekaligus mengucapkan terimakasih. Kemudian ia segera berjongkok untuk membersihkan sisa kekacauan dengan tangan gemetar. Tanpa diduga Pria berambut Jingga tersebut ikut berjongkok dan mulai mengumpulkan pecahan-pecahan yang berhamburan tanpa disuruh. [Name] langsung berupaya menghentikan hal itu namun ucapannya tak didengarkan, bahkan membantunya hingga semuanya benar-benar bersih. [Name] menatap pria itu dengan perasaan sungkan sambil memulas senyuman canggung, masih tak mengerti mengapa pria itu berlaku demikian. "Sekali lagi terimakasih banyak."

Pria tersebut lantas menepuk bahu [Name] pelan sembari tersenyum lembut. "Tentu, lagipula kita akan sering bertemu kedepannya." Jedanya, membuat [Name] terdiam lantaran bingung.

"Ah, namaku Daniel, mulai sekarang aku yang memegang rumah makan ini. Jadi Nona, bisakah kamu mengantarkan ku ketempat dimana ibuku sering beristirahat, karena aku diminta untuk mengambil sesuatu." Pinta Daniel secara tiba-tiba membuat [Name] termenung sejenak guna mencerna perkataan pria tersebut. Persekian detik kemudian gadis itu lantas menganggukkan kepalanya, tak ragu-ragu menunjukkan dimana ruangan tersebut, karena sebenarnya ia pernah mendengar cerita tentang Daniel dari pemilik rumah makan itu sendiri.

"Maaf, Bagiamana kondisi Bibi sekarang?" Tanya [Name] masih berdiri dibelakang Daniel yang sedang memegang gagang pintu. Gadis itu ingin tahu kabar Bibi lantaran ia mendapat berita dari rekan kerjanya jika kesehatan wanita paruh baya itu memburuk akhir-akhir ini. Daniel yang berusaha membuka pintu dengan kuncinya ditangannya menoleh sebentar-- senyumannya sedikit memudar, ekspresinya berubah menjadi sendu membuat [Name] terenyuh melihatnya. Tatapan Daniel menjadi lebih teduh sambil menyungging senyuman tipis. "Mohon doanya, agar beliau bisa melalui masa kritis."

Mendengarnya [Name] lantas mengangguk, dan saat ia hendak pamit kembali melanjutkan pekerjaannya Daniel mencegahnya. "Nona, siapa namamu?

"Yoo [Name]."

"Nama yang cantik, entah kau menyadarinya atau tidak, tapi saat kau diperlakukan seperti tadi banyak pria yang tampak tak terima." Celetuk Daniel, diam-diam mengagumi paras rupawan si gadis.

'Ya, faktanya mereka tidak membantu sama sekali." Batin [Name].

[Name] hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Daniel, ia bukan tidak menyadari tatapan pria-pria yang tertarik padanya melainkan memilih acuh karena rasa suka terhadapnya itu tak membantu kehidupannya mendadak berubah menjadi seorang putri. Singkatnya [Name] belum berminat menjalani hubungan asmara, ia ingin fokus membahagiakan diri lebih dulu tanpa adanya tekanan dari bebagai hal. Tanpa tahu faktanya gadis itu dikelilingi orang-orang berbahaya.







Tbc.















CHAIN | LOOKISM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang