7. You suck!

666 80 19
                                    





Park Jonggun menyandarkan tubuhnya sambil melipat tangan di depan dada, melalui kacamata hitam miliknya- mata tajam pria tersebut terus memperhatikan putri sang atasan tengah memilah-milah beberapa pakaian ber-merk terkenal. Sesekali mengawasi keadaan sekitar, Jonggun lantas mengedarkan pandangannya menatap seluruh pakaian yang telah disusun sedemikian rupa di masing-masing rak. Retina putih pria tersebut langsung tersemat ke salah satu rak yang berisi deretan gaun. Jonggun terdiam hingga beberapa saat- tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya melangkah mendekat dan mengambil gaun berwarna putih dengan dekorasi menawan. Cantik, Jonggun yakin gadis itu akan sangat indah ketika mengenakannya.

"Kak Gun, kau akan membelinya?" Tanya Kristal, gadis yang tengah Jonggun kawal. Kristal kemudian berjalan mendekati Jonggun seraya mengerutkan kening heran dan penasaran.

Jonggun hanya berdeham, terus menatap gaun putih tersebut dengan ekspresi tenang. Diam-diam tersenyum sangat tipis membayangkan menampilkan ayu [Name] yang mengenakan gaun tersebut. Jonggun lantas melangkahkan kaki menuju konter kasir, meninggalkan Kristal yang berada tepat di sampingnya, mengabaikan bagaimana ekspresi gadis itu yang dipenuhi tanda tanya serta keingintahuan.




















Sekarang [Name] hanya berbaring diam di atas tempat tidur, tatapan gadis tersebut terpaku menatap langit-langit kosong, menerawang jauh membiarkan pikirannya melebur bersama gemuruh rintik hujan. Lamunannya seketika buyar saat terdengar ketukan pintu dan suara familiar yang memanggilnya membuat sang empu sempat terperangah. [Name] lantas melongok keluar jendela melihat siapa yang datang. Sesuai dugaan, orang itu adalah Park Jonggun, lagi-lagi datang dengan setelan jas lengkap dengan kacamata hitamnya. [Name] juga mendapati pria tersebut tengah menenteng sesuatu membuatnya tersenyum lebar. "Wah! Itu makanan?"

"Bukan." Jawab Jonggun singkat membuat senyuman gadis tersebut langsung menghilang. Park Jonggun lantas mengernyitkan keningnya tidak melihat adanya tanda-tanda [Name] berniat untuk segera membukakan pintu. "Nona, kau ingin aku menghancurkan pintunya?"

[Name] mendengus kemudian langsung melangkah keluar kamar menuju ruang tamu. Kurang dari lima meter dirinya berdiri, gadis tersebut dibuat berteriak histeris dan melebarkan matanya terkejut saat pintu dihancurkan dalam sekali tendangan, lalu masuk Jonggun diantara kekacauan. [Name] terkesiap- termangu beberapa saat, kemudian mendatangi Jonggun dengan langkah yang menghentak, secara reflek meraih dan menjambak rambut kelimis Jonggun hingga pria itu mencondongkan tubuhnya ke bawah. "Apa yang kau lakukan, bajingan!"

"Kau terlalu lama." Jawab Jonggun seadanya dan tidak banyak bereaksi, sama sekali tidak mengeluh dengan tindakan [Name] yang mencengkram rambutnya kuat.

Tak ada sahutan dari lawan bicaranya, Jonggun dapat merasakan genggaman tangan [Name] gemetar pelan, pria tersebut lantas mengangkat kepalanya menatap [Name], matanya sedikit melebar menemukan mata sang gadis yang berkaca-kaca.

Ah, dia benar-benar marah.











Akhirnya, Jonggun dapat menghembuskan nafas lega, duduk di atas sofa seraya menyandarkan punggungnya, setelah menunggu cukup lama dan berusaha membujuk [Name] dengan membelikan banyak jenis makanan hingga gadis itu tidak bisa berkata-kata dan tidak punya pilihan selain berhenti mengabaikannya karena kalau tidak pria itu akan terus memenuhi seluruh sudut rumahnya hanya dengan makanan. Bahkan saat ini meja di dapur sudah tidak dapat menampung. Jonggun sempat bersumpah, jika makanan-makanan itu tak berhasil membuat [Name] berbicara padanya, pria tersebut akan menghancurkan setiap toko yang ada. 

Di sisi lain [Name] tengah fokus menonton film sembari memakan keripik kentang, masih merajuk namun tidak sekesal sebelumnya lagipula nampaknya Jonggun benar-benar merasa bersalah. Lucu, jika mengingat bagaimana ekspresi gelisah pria tersebut, karena tidak bisa membujuk [Name] dengan kalimat-kalimat penyesalan seperti kebanyakan orang- Jonggun meminta maaf dengan caranya. Pria itu juga memanggil seseorang untuk memperbaiki pintu yang rusak.

"Aku datang untuk memberi mu ini." Kata Park Jonggun memulai pembicaraan sembari meletakkan paper bag coklat di atas meja tepat dihadapan [Name], menimbulkan suara halus yang spontan menarik perhatian sang gadis.

[Name] lantas menoleh-menatap benda tersebut hingga beberapa saat, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Jonggun dengan sedikit kerutan di dahinya kemudian pelan-pelan meraihnya penasaran. Ekspresi permusuhan gadis tersebut berangsur-angsur berubah menjadi sebuah kebingungan sekaligus kekaguman mendapati gaun cantik di dalamnya. [Name] mendongak menatap Jonggun dengan tatapan menyelidik sebab tindakan pria tersebut sangat tiba-tiba tanpa alasan jelas. "Tiba-tiba membelikan ku gaun, kau tidak sedang menginginkan sesuatu dariku, kan?"

Jonggun sedikit menundukkan kepalanya, langsung membalas tatapan gadis tersebut. Kecurigaan [Name] yang terpampang jelas hanya membuat Jonggun diam-diam menahan senyumnya, kemudian menggeleng pelan seraya melirik gaun putih yang kini tergeletak rapi dipangkuan sang gadis. "Hanya saja saat melihat gaun itu aku langsung teringat pada mu."

"Dasar pria licik. Kau sengaja menyogok ku, kan!" Jawab [Name] berusaha ketus sambil menggerutu kecil namun ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya melalui senyuman tipis di bibirnya. [Name] kembali memasukkan gaun tersebut kedalam paper bag dengan penuh kehati-hatian. Pemandangan kala itu tidak luput dari perhatian Jonggun.

"Kau tahu tidak, Gun? Tadi malam sangat menyebalkan. Mungkin itu juga yang membuat suasana hatiku buruk hingga sekarang." Gadis tersebut mengadu kepada Jonggun sambil mendengus kesal, memperlihatkan ekspresi masam. "Saat aku membawa nampan berisi pesanan. Seseorang menyenggol ku hingga mangkuk yang ku bawa tak sengaja tumpah ke salah satu pelanggan. Wajar sih, kalau dia marah karena membuat bajunya kotor dan kuahnya juga masih agak panas. Tapi orang itu sangat keterlaluan, aku dicaci maki dihadapan banyak orang, dia juga meludah, dan apa kau pria itu bahkan— Gun?" [Name] terdiam sejenak karena terkejut saat menoleh menatap Jonggun, tatapan pria itu terlihat berbeda.

"Lain kali ambil pecahan mangkuknya dan lemparkan sekuat yang kau bisa ke wajah pria itu." Balas Jonggun terlihat marah.










"Sakit?"

"Huh! Apanya?" [Name] baru saja kembali dari kamar mandi tampak kebingungan dengan pertanyaan Jonggun. Gadis tersebut lantas terdiam sejenak guna mencerna apa yang dimaksud oleh pria garang itu. "Ah, maksudmu menstruasi? Terkadang perut terasa sangat sakit, terkadang juga tidak terlalu atau bahkan tidak sakit sama sekali, kau sebagai pria tidak mungkin tahu rasanya. Tapi serius deh, kali ini suasana hati ku benar-benar hancur."

Jonggun mengangkat alisnya, tidak mengalihkan pandangannya dari [Name]. "Perut? Aku mengira lubang mu."

"Astaga! Mulutmu Park Jonggun!" Pekik [Name] seraya membelalakkan mata terkejut, telinganya sedikit memerah karena kekesalannya bercampur dengan rasa malu, ia lantas mengambil bantal yang tak jauh darinya berada dan melempar tepat kearah wajah Jonggun. [Name] benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa pria tersebut blak-blakan mengatakan hal seperti itu dengan santainya. "Bajingan gila! Jangan berbicara seperti itu lagi!"





Tbc.

CHAIN | LOOKISM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang