Hiruk pikuk ibukota berangsur-angsur menjadi tenang. Hembusan angin malam terasa sangat dingin hingga merasuk ke tulang. Yoo [Name]-gadis itu tengah berjalan seorang diri diantara kebisuan dunia yang sedang beristirahat. [Name] menggosok telapak tangannya yang mengatup lalu mendekatkannya ke-dua bilah bibirnya untuk mencari kehangatan di sana, kemudian memasukkan kedua tangannya kedalam saku mantel yang ia kenakan. Gadis tersebut mengambil nafas dalam-dalam, sebelum akhirnya memutuskan mengambil jalan berbelok yang menanjak, di sepanjang jalan hati serta pikirannya berkecamuk-seluruh bagian dari gadis itu meminta agar berbalik arah dan segera pergi. Namun, realita memaksanya untuk terus melangkah maju.
Semakin jauh ia melangkah semakin banyak juga munculnya keraguan, dan semakin melambat pula langkah kakinya. Tempat yang [Name] tuju sudah tertangkap mata. Anehnya, hari ini perasaan gadis itu benar-benar gelisah, padahal ia hanya akan kembali ke rumah. [Name] kini masih berdiri diam di depan pintu hingga beberapa saat, sambil menghembuskan nafas panjang berulangkali, menimang-nimang apakah harus masuk kesana atau langsung pergi mencari tempat bermalam lain untuk kesekian kalinya. Tentu saja, pilihan kedua yang terbaik, karena bisa dipastikan setelah ia melangkah masuk hanya akan terjadi kekacauan.
Rumah yang sejak dirinya kecil pun tak pernah menawarkan sebuah kenyamanan. Merenggut warna hidupnya bahkan merenggut nyawa ibunya. [Name] menatap getir bangunan usang yang tampak tidak berpenghuni, selalu ada kenangan buruk di setiap jengkal rumah tersebut. Dan yang terburuk, kala dirinya baru saja memasuki sekolah menengah pertama, ia menemukan sang ibunda terbujur kaku menggantung dengan seutas tali di halaman belakang.
[Name] tak bisa menyalahkan keputusan wanita itu, ia sangat mengerti betapa lelahnya bertahan di dunia yang tak adil ini. Ibunya telah kalah dan menyerah sepenuhnya, meninggalkan [Name] yang kini mati-matian berjuang. Meksipun terkadang ia juga berpikiran untuk menghilang. Akan tetapi gadis tersebut selalu mempertahankan tekadnya. Setidaknya, [Name] harus merasakan arti kebahagiaan dan kepuasan hidup walaupun hanya sekali.
[Name] berdecak malas sambil mendesah frustasi, jika bukan karena kehabisan uang, ia tidak akan kembali. Gadis tersebut sedikit menaruh harapan jika Ayahnya kini tengah terlelap atau tidak ada dirumah agar dirinya bisa mengambil uang simpanannya di kamar kemudian pergi. Dengan perasaan campur aduk, gelisah, cemas dan muak [Name] akhirnya memutuskan membuka pintu tersebut perlahan-lahan, ia mendengus ketika mendapati pemandangan familiar membuatnya merasa jengah, banyak botol minuman keras dan putung rokok yang berserakan. Dan sialnya, pria tua yang pusat dari seluruh penderitaannya ada di sana.
"Anak kurang ajar, akhirnya kau menunjukkan batang hidung mu lagi, huh?" Pria paruh baya itu menyambut kedatangannya dengan suara berat berserta geraman pelan karena pengaruh alkohol. Yoo Seungho, Ayah [Name] terus menatap putrinya dengan mata sayu sembari mengulurkan tangannya meminta uang. "Uang, beri aku uang!"
"Tidak ada. Aku belum gajian." Balas [Name] seadanya, berusaha mengambil langkah selebar mungkin menuju kamarnya. Gadis itu dibuat tersentak dan terkesiap saat mendengar teriakan Seungho yang mengumpat seraya melempar botol kaca kearahnya, benda tersebut hancur berkeping-keping dan menciptakan suara nyaring kala menghantam dinding yang hanya berjarak beberapa inci darinya- sedikit menggores pipi gadis itu, menimbulkan aliran darah lambat. Nafas [Name] tercekat, jantungnya kini berdegup kencang, pecahan-pecahan itu berserakan persis si samping kakinya. Sedikit lagi, benda-benda runcing itu menancap di kulitnya.
“Anak sialan! Berani-beraninya kau mengabaikan orangtua! Aku bilang beri aku uang!” Ledaknya dengan suara menggelegar.
Dengan tubuh dan kaki yang gemetar [Name] memaksakan diri untuk tetap bergerak, mengabaikan serpihan-serpihan kecil yang kini menusuk telapak kakinya. Gadis tersebut buru-buru mengambil uang simpanannya, ia hendak langsung melenggang pergi. Namun naas, takdir berkata lain, sang Ayah berdiri didepan pintu-menatapnya nyalang seolah akan membunuh [Name] dalam sekali tikam. Kenapa? Ia tak pernah membayangkan situasi seperti ini, yang dirinya tahu Seungho adalah tipe pemabuk yang kehilangan tenaga hingga tak dapat banyak bergerak saat dalam pengaruh minuman. Namun kenapa kali ini berbeda. Sebelum gadis itu berhasil melangkah mundur, Seungho lebih dulu menjambak rambut [Name] dan mendorongnya hingga punggung gadis tersebut membentur pinggiran meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAIN | LOOKISM
Fanfic❝Jika aku tidak bisa membuatmu tersenyum maka aku akan membuatmu menangis. Semakin cantik dirimu semakin ingin aku menghancurkan mu.❞ Park Jonggun x Reader as Yoo [Name]