[Name] kembali memperhatikan Park Jonggun. Pria itu tertidur pulas di atas sofa tanpa mengenakan atasan, tubuh kekarnya dipenuhi banyak luka dan memar keunguan hingga terlihat menghitam. [Name] hanya bisa meringis mendapati itu semua, tak bisa membayangkan betapa sakitnya. Helaian rambut legam Jonggun yang biasanya tertata rapi kini tampak berantakan, sejujurnya [Name] merasa penampilan Jonggun lebih memukau dengan rambut yang acak dibandingkan hari-hari biasanya.
Jemari gadis itu terulur guna menyingkirkan rambut-rambut yang hampir menutupi mata Jonggun, saat ujung jarinya sedikit menyentuh dahi pria tersebut. [Name] lantas mengernyitkan keningnya menyadari sesuatu yang tidak beres, nafas Jonggun tersengal-sengal, temperatur suhu tubuhnya panas. Demam, [Name] buru-buru mengambil handuk kecil beserta baskom berisi air dingin, kemudian dengan hati-hati meletakkan handuk basah itu di kening Jonggun membuatnya sang empu sedikit tersentak, perlahan-lahan mulai membuka mata dan menatap [Name] sayu.
“[Name].” Panggil Jonggun berbisik dengan suara berat dan serak. Jonggun kemudian duduk lalu menepuk sofa disampingnya meminta agar gadis tersebut ikut bergabung. [Name] tak langsung menurut, namun tidak juga membutuhkan waktu lama hingga gadis itu memutuskan untuk duduk. Tanpa diduga Jonggun justru meletakkan kepala di atas pangkuan [Name] membuatnya sempat terkejut. Jantung [Name] berdegup cukup kencang kala merasakan tangan Jonggun melingkar di pinggangnya, hembusan napas panas pria itu tembus mengenai kulit perutnya dari balik kaos. Sial, Park Jonggun membuatnya kewalahan.
[Name] membeku beberapa saat, ia terus menunduk memperhatikan bagaimana manjanya pria itu. Entah mendapatkan dorongan darimana, tangan gadis itu bergerak membelai rambut Jonggun dengan lembut, berusaha memberi kenyamanan layaknya kepada seorang anak kecil yang sedang tidak enak badan. Diam-diam [Name] menyunggingkan senyuman tipis, mengelus rambut pria itu dengan tangan lainnya, entah kenapa lucu saja melihat Jonggun yang biasanya tampak menyeramkan dengan intimidasi dan dominasinya kali ini terlihat rapuh sembari merengek padanya.
“Tak menyangka, ternyata berandal seperti mu juga bisa demam.” Ejek [Name] sembari mendengus ringan, mengundang kekehan kecil dari Jonggun. Pria tersebut kemudian sedikit mendongak hingga tatapan keduanya bertemu. Retina putih Jonggun menatap [Name] dalam seolah menyampaikan kerinduan. Fokus pria itu lalu jatuh pada bibir ranum [Name].
“[Name]..”
“I-iya?” Jawab [Name] gugup, tak tahu mengapa ia merasa atmosfir disekitarnya tiba-tiba berubah. Tatapan Jonggun terus membuatnya terkesiap. Jantung [Name] seperti akan meleleh saat Jonggun mengangkat tangannya dan membelai pipinya lembut.
“[Name]..” Panggil Jonggun sekali lagi dengan suara lebih berat. Napas pria tersebut memburu, suhu tubuhnya meningkat menjadi lebih panas dibandingkan sebelumnya. Sedangkan [Name] mendadak kelu, tak tahu harus merespon seperti apa. Tubuh gadis itu seakan kaku dan terpaku pada tindakan Jonggun, getaran di dadanya terasa menggelitik. Sebenarnya apa yang [Name] harapkan dalam situasi ini? Entahlah, kepalanya kini terasa kosong. Park Jonggun, pria itu berhasil membuatnya lumpuh.
“Belum.” Bisik Pria tersebut amat pelan, bahkan [Name] sendiri tak mendengarnya begitu jelas. Jonggun lalu bangun sembari memijat pelipisnya. Tampak begitu tersiksa dengan keadaannya sekarang. “Di sini dingin, aku akan tidur dikamar mu. Kau tetaplah di sini, karena mungkin kau akan tertular jika terlalu berdekatan dengan ku.”
Kata Park Jonggun tidak mendapatkan respon apapun, pria tersebut menghela napas panjang lalu berdiri, melangkah menuju kamar [Name], meninggalkan sang gadis yang terus memperhatikannya menjauh. Jonggun mengunci pintu rapat-rapat, lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, kepalanya semakin pusing menghirup aroma [Name] yang tertempel ditempat tidur. Pria tersebut mendesah frutasi, hasratnya kian terpancing. “Hampir saja. Ugh, kau menyiksa ku.” Gumamnya lirih sembari menutup mata dengan dengan lengan kirinya. Sedangkan tangan kanan pria itu bergerak kebawah melepas sabuk dan menurunkan resletingnya. Kegilaan Jonggun lainnya, ia cukup sering bermain sendiri sembari berfantasi menghabiskan waktu di atas tempat tidur bersama [Name].
•••
“[Name].” Jonggun memanggilnya dengan suara serak dan rambut yang acak-acakan sembari melenggang keluar dari kamar, retina putihnya mencari gadis itu hingga keseluruhan sudut ruangan. Tidak ada, pria itu kemudian mendengar aktivitas seseorang yang tengah memasak di dapur, membuatnya secara spontan mengikuti sumber suara, lalu menyandarkan tubuhnya diambang pintu, memperhatikan [Name] yang tengah memasak dengan penampilan menawan. Gadis yang mampu membuat Jonggun kehilangan kendalinya. “Pagi yang indah, jika dilihat seperti ini kau hanya perlu menikah denganku dan memiliki banyak anak, [Name].”
[Name] hanya mendengus, suasana hatinya memburuk sesaat setelah Jonggun tiba-tiba melenggang pergi meninggalkannya. [Name] pun sebenarnya kurang mengerti akan dirinya. Apakah ia mengharapkan sesuatu terjadi tadi malam? Dan kenapa [Name] merasa kecewa. Benarkah gadis itu bodoh dalam mendeskripsikan perasaannya, ataukah justru itu adalah caranya mengelak untuk mengakui jika [Name] perlahan-lahan berharap mempunyai hubungan lebih dengan Jonggun.
Jonggun berjalan mendekat, hendak melihat lebih dekat ketika gadis itu memasak. Namun gelagat [Name] membuat Jonggun mengernyitkan dahinya heran karena gadis tersebut sepertinya sedang merajuk. “Kau menstruasi?”
“Tidak, menjauhlah dariku! Jika kau sedekat ini aku kesulitan bergerak.” Kelakar gadis itu, tak menutupi ekspresi jengkelnya. Jonggun menurut dan menunggu di meja makan, tak melepaskan pandangannya dari [Name]. Ada sesuatu yang salah, gadis tersebut memang selalu memasang raut wajah masam tapi tidak benar-benar melakukannya. Beberapa saat kemudian, masakan selesai, [Name] memindahkan semua makanan ke atas piring dan membawanya ke meja, masih dengan Jonggun yang terus memperhatikan setiap gerak-geriknya.
“Apa aku membuatmu kesal?” Tanya Jonggun to the point, sempat membuat [Name] terdiam.
“Ya.”
“Apa yang...”
“Setidaknya setelah merebut kamarku, biarkan aku mengambil selimutku dulu di dalam lemari tapi kau mengunci pintu dan tak menjawab saat ku panggil. Kau tau! Aku kedinginan sepanjang malam, dasar pria jahat!” Amuk [Name] memotong ucapan Jonggun kemudian melempar serbet kearah pria tersebut. Ya, itu adalah alasan lainnya kenapa suasana hati [Name] benar-benar hancur.
“Ah, aku akan mengirimi mu sejumlah uang siang ini.”
Uang itu, jelas ampuh.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHAIN | LOOKISM
Fanfiction❝Jika aku tidak bisa membuatmu tersenyum maka aku akan membuatmu menangis. Semakin cantik dirimu semakin ingin aku menghancurkan mu.❞ Park Jonggun x Reader as Yoo [Name]