12. Fever

352 60 6
                                    

“Gun, bagaimana hasilnya?” Tanya [Name] dengan suara pelan dan serak. Gadis itu terlihat pucat karena ia tengah tidak enak badan. [Name] merasa tubuhnya sangat lemas dan tenggorokannya sakit, mungkin karena efek kelelahan serta shock dengan kejadian malam itu. Sekarang ia hanya bisa berbaring di tempat tidur sembari menatap Jonggun menunggu jawaban atas pertanyaannya. Namun pria tersebut tampak tak mendengar dan masih fokus dengan ponselnya membuat [Name] berdecak kesal. “Park Jonggun, jangan mengabaikan ku.”

Park Jonggun menurunkan ponselnya lantas menatap [Name] dengan kening sedikit mengernyit serta satu alis terangkat. Iris putihnya tampak tenang, pria itu kemudian bangun dari duduknya untuk menghampiri [Name] dan memeriksa suhu tubuh gadis tersebut. “Masih panas.”

“Jawab pertanyaan ku dulu.” Gerutu [Name] sesekali menggosok hidungnya yang memerah. Jonggun menatap mata gadis itu beberapa saat kemudian duduk di tepi tempat tidur dan menjawab. “Mayat itu terindentifikasi memiliki DNA sama denganmu. Yah, kau pasti tahu maksudku siapa orang mati itu.” Jelas singkat Jonggun sambil memperhatikan [Name] yang terdiam, entah apa yang gadis itu pikirkan dalam kepala kecilnya.

“Jadi Ayahku benar-benar mati ya?” Balas [Name] setelah termenung sesaat, ia tak tahu bagaimana cara menggambarkan perasaannya. Apakah merasa sedih atau sebaliknya? Sejujurnya [Name] tak merasakan apa-apa seolah pria yang bernama Yoo Seungho tak pernah berkontribusi pada hidupnya. Lagipula pria tua itu memang tak pernah [Name] anggap sebagai anggota keluarga. “Ah, aku harus mengurus pemakamannya. Tsk, pria tua itu mati pun masih tetap menyusahkan.” [Name] teringat sesuatu. “Ngomong-ngomong, apa penyebab kematiannya?”

[Name] menoleh kearah Jonggun lantaran tak langsung mendengar balasan. Pria tersebut tampak terdiam sejenak. “Keracunan alkohol, karena Ayahmu sangat berlebihan mengkonsumsinya.”

“Aku pernah menduga jika akhirnya akan jadi begini.”

Jonggun hanya mengangguk kecil sebagai bentuk respon atas ucapan [Name], pria itu kemudian mendorong dahi [Name] pelan agar kembali berbaring. “Sekarang tutup matamu dan tidurlah, kondisi tubuhmu akan membaik jika kau beristirahat lebih lama lagi.”

“Gun.” Panggil [Name] dengan suara lemah, pipi dan hidungnya merona akibat demam. Jonggun yang menyaksikan ketidakberdayaan gadis itu seraya menyebut namanya membuat Jonggun jelas tidak bisa berpikiran normal. [Name] cemberut kala melihat pria tersebut hendak beranjak, ia lalu buru-buru meraih ujung jas hitam milik Jonggun, mencegahnya pergi kemudian secara alami merengek terdengar lebih manja berhasil menggelitik telinga pria berdarah Jepang itu. “Mau kemana? Jangan tinggalkan aku.”

“Ada apa Tuan putri? Apa kau memerintahkan ku agar berbaring di samping mu?” Tanya Jonggun main-main, menyeringai lebar seraya mendekat dan menyingkirkan helaian rambut yang sedikit menutupi sisi wajah ayu [Name]. Pria tersebut terperanjat ketika [Name] justru menganggukkan kepalanya setuju membuat Jonggun tertawa tak menyangka, seolah-olah berusaha keras menjaga kewarasannya. “Aku tak tahu harus menganggap ini hikmah atau musibah.” Bisiknya sambil melepas jas dan membuka beberapa kancing kemejanya kemudian naik ke atas tempat tidur, merengkuh pinggang [Name] yang sudah tertidur sembari menyunggingkan senyuman halus.

•••

[Name] masih dalam kondisi kurang baik, ia lalu merenggangkan tubuhnya seraya melenguh. Gadis itu mengamati wajah Jonggun sejenak, awalnya [Name] terkejut dengan keberadaan Jonggun yang masih terlelap di sampingnya namun ia kemudian mengingat bahwa dirinya lah yang merengek agar pria itu tidak meninggalkannya tadi malam. [Name] menopang dagunya terus memperhatikan proporsi wajah Jonggun, jika diperhatikan lebih detail pria tersebut tampak menawan dengan garis rahang tegas dan hidung mancungnya. [Name] tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa Jonggun akan terlihat seperti pria biasa jika dalam keadaan seperti ini.

“Yah, lumayan.” Gumam [Name] menilai penampilan Jonggun, tak mau mengakui penuh ketampanan pria tersebut.

Namun tanpa diduga Jonggun terkekeh sambil membuka matanya. “Lumayan katamu?” Protesnya, melingkarkan lengannya di pinggang [Name] membuat sang empu menegang. Jonggun menarik tubuh gadis itu semakin dekat lalu menyeringai kecil dan berbisik dengan suara rendah. “Katakan sejujurnya, aku tahu bahwa aku lebih dari itu [Name].”

“Siapa bilang? Hey! Lepaskan aku!” [Name] memberontak terhadap rengkuhan Jonggun, membuat pria tersebut justru menyeringai geli. Tak lama berselang, terdengar suara bell rumah berbunyi membuat Jonggun reflek melonggarkan genggamannya pada gadis tersebut. Dengan itu [Name] buru-buru menjauh sembari menggerutu, sedikit merapikan pakaiannya kemudian pergi untuk melihat siapa yang datang, Jonggun ikut bangun dan menyandarkan tubuhnya di ambang pintu kamar, hanya coba memperhatikan gerak-gerik [Name] dari jauh. Alis Jonggun langsung berkerut tak suka saat tahu bahwa yang datang berkunjung adalah seorang pria yaitu Daniel.

“[Name] aku mendengar kabar jika kau baru saja mengalami kejadian buruk? Astaga kau pucat sekali, apa kau sedang sakit?” Khawatir Daniel belum menyadari keadaan Jonggun yang menatapnya layaknya predator.

“Aku sudah tidak apa-apa, ini jauh lebih baik dibandingkan tadi malam.” Jawab [Name] apa adanya, mempersilahkan Daniel masuk ke dalam rumah. Dan pada waktu itu pandangan kedua pria itu bertemu secara tidak sengaja. Daniel terdiam tampak terkesiap, sedang Jonggun tak meninggalkan dominannya melalui tatapannya.

“Gun, kau tampak seperti kriminal.” Tegur [Name] membuat sang pemilik nama mendengus kemudian membuang muka.

“Maaf Daniel, temanku memang agak menyeramkan.” Gurau [Name] berusaha mencairkan suasana dan Daniel meresponnya dengan tawa kecil walau masih terlihat sangat canggung.

“Teman mana yang berbagi kehangatan di atas ranjang semalaman.” Sahut Park Jonggun berbicara santai sembari mengapit putung rokok diantara bibirnya, membuat [Name] melebarkan matanya.

“Gun! Kau!”

Tbc.

CHAIN | LOOKISM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang