21. Happy

512 60 7
                                    

[Name] sedang membersihkan diri dibawah pancuran, merasakan dinginnya air yang membasahi seluruh permukaan tubuhnya. Gadis itu lalu menundukkan kepala, menghembuskan nafas panjang- merasa wajahnya kian memanas ketika mengingat bagaimana ia menghabiskan malam bersama Park Jonggun. Perasaannya kini campur aduk, sangat sulit digambarkan. Bohong jika dikatakan [Name] tidak menikmatinya namun ada sesuatu yang mengganjal. Lantas, bisa dipastikan ia tak lagi bisa melihat Jonggun dengan kesan sama. Dengan sekejap semuanya berbeda, membuat [Name] merasa linglung dan dilema.

"Sayang, kau baik-baik saja?" Kata Jonggun dengan suara berat terdengar dari balik pintu. [Name] lantas terkesiap, degupan jantungnya menjadi cepat. Cara baru pria itu memanggilnya membuat [Name] merasa tergelitik setiap mendengarnya, menciptakan desiran aneh di dalam dirinya.

"[Name]?"

"Ah yeah? Aku baik-baik saja, Gun. Sebentar lagi aku selesai." Balas [Name] sembari melihat kearah pintu, menjaga intonasi suaranya agar tetap stabil, berusaha agar terdengar biasa saja. Walau pada kenyataannya terdapat sedikit getaran saat ia berbicara. [Name] berdecak kesal-menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jemarinya lantas menghela nafas berat. Sialan, Park Jonggun benar-benar berhasil membuat dirinya kacau.

"Jangan terlalu lama, kau di sana sudah hampir satu jam." Sambung Jonggun kemudian terdengar melangkah menjauh.

Untuk kesekian kalinya [Name] kembali membuang nafas. Benar, gadis tersebut sengaja mengulur waktu berharap Jonggun segera pergi dari rumahnya karena urusan pekerjaan atau apapun itu. Ia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana dirinya bereaksi saat bertatapan muka. Bahkan ketika bangun tidur saat Jonggun masih berbaring di sampingnya, ia mati-matian berupaya keras terus menutup mata hingga beberapa jam lamanya-masih dengan harapan sama, namun pria itu sama sekali tak beranjak justru merengkuhnya erat dan membenamkan wajah di dadanya atau kemudian membelai lembut pipinya. Tindakan Jonggun benar-benar nyaris mendorongnya diambang kegilaan karena perasaan lain yang membuncah.

[Name] mematikan shower, mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk dan segera mengenakan pakaian. Gadis tersebut keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang bertengger di atas kepala. Tatapannya langsung tertuju kepada Jonggun yang tak memakai atasan, sedang duduk di sofa sembari mengotak-atik laptop yang diletakkan di pangkuannya.

Rasa malu tiba-tiba menyerangnya, [Name] berbalik badan melangkah menuju dapur. Kali ini, ia akan menghindar dengan alasan memasak. [Name] membuka lemari pendingin, mencari bahan-bahan masakan yang ia inginkan. Kala gadis itu fokus memilih, tepat dibelakangnya entah sejak kapan Jonggun berdiri dan mengambil sekaleng soda di dalam kulkas, secara langsung membuat tubuh keduanya menempel hingga [Name] terkesiap. Jonggun melingkarkan tangannya di pinggang gadis tersebut, menariknya kebelakang kemudian menutup pintu kulkas.

"Tidak perlu memasak, aku sudah memesan makanan." Ucap Jonggun pelan, meletakkan kaleng soda itu di atas meja, kedua tangannya memeluk [Name] erat kemudian menyandarkan dagunya di bahu gadis tersebut. Berbisik dengan suara berat dan serak. "Apa karena terlalu fokus menghindari ku? Sampai tak sadar jika kau sekarang benar-benar kesulitan berjalan."

Boom!


•••












"Hey bung! Ada apa denganmu? Membuatku merinding saja." Jungoo berujar skeptis sembari bergidik ngeri dan spontan menjaga jarak, karena semenjak tadi Jonggun menampilkan gelagat tak wajar. Jungoo sudah beberapa kali memergoki rekannya itu diam-diam tersenyum tipis, tampak dalam suasana hati yang baik. Sungguh, benar-benar tersenyum dalam definisi sebenarnya bukan tersenyum iblis atau semacamnya. Satu kata yang muncul dibenak Jungoo; seram, jika itu Jonggun akan menjadi sesuatu yang patut dipertanyakan.

Mendengar perkataan Jungoo raut wajah Jonggun seketika berubah menjadi datar, sekilas menatap Jungoo dengan tatapan tajam. Mengabaikan pria bersurai pirang di sana, lalu mengapit putung rokok diantara bibirnya. Saat tengah mencari korek di saku jasnya. Jonggun lagi-lagi tak kuasa menahan diri untuk tidak tersenyum kecil mengingat momen bagaimana dirinya berhasil mengklaim [Name] benar-benar menjadi miliknya, ekspresi gadis itu, suara lembut yang mendayu terngiang-ngiang di telinganya, semua gerakan dan bagaimana tatapan sang gadis serta lekuk tubuh yang pasrah tergeletak dibawah kendalinya masih begitu segar di ingatannya.

"Sial Park Jonggun! Kau kerasukan huh?" Protes Jungoo lagi, sedikit heboh.

"Tutup mulutmu. Sekarang katakan tugas apa yang Dongsoo berikan."







Tbc.




Akhirnya up lagi muehehehe (⁠◕⁠દ⁠◕⁠)
Tolong supportnya teman-teman! (⁠*⁠˘⁠︶⁠˘⁠*⁠)⁠.⁠。⁠*⁠♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHAIN | LOOKISM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang