Hening, hanya ada kesunyian. Yoo [Name] juga memilih diam- tak tahu hendak bereaksi bagaimana saat menemukan fakta, bahkan ia kini tengah berada di ruangan yang sama dengan DG. Pria berambut merah muda itu duduk diseberang meja dengan menyilangkan kedua kakinya sembari memasang ekspresi wajah tak bersahabat, menyungging senyum tipis terkesan meremehkan sambil terus menatap Park Jonggun dihadapannya. Sedangkan pria berdarah Jepang tersebut duduk dengan postur tegas, retina putihnya memandang tenang namun anehnya terasa menekan. Keduanya sama-sama mengeluarkan tekanan tak biasa, membuat ruangan terasa sangat sesak benar-benar tak nyaman. Lalu [Name] hanya memperhatikan pertarungan tak kasat mata diantara kedua pria itu sembari sesekali mengernyit bingung dan terheran-heran.
Dengan gerakan ringan Jonggun merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam sana, saat hendak membuka bungkusan tersebut- Jonggun melirik [Name] sejenak lalu menutupnya kembali, lantas meletakkannya di atas meja. Entah sejak kapan Jonggun terbiasa tidak merokok ketika berada di dekat [Name] karena gadis itu sempat mengeluh perkara asap. Dan hal itu tak luput dari perhatian DG yang kini mendengus geli.
"Sekarang aku akan mengantarmu pulang." Kata Jonggun berdiri dari duduknya, memberi isyarat agar [Name] segera mengikutinya. Gadis tersebut langsung menurut dan berjalan dibelakang Jonggun seraya menghela nafas lega, [Name] mengira akan terjadi perkelahian karena siapapun tahu jika suasana sebelum begitu tegang. Sebelum berjalan melewati ambang pintu, [Name] melirik kearah DG dan menemukan pria tersebut tengah menatap keluar jendela sembari menyunggingkan senyuman tipis yang entah kenapa terasa aneh.
"Gun, kau tidak akan berkelahi dengannya, kan?" [Name] bertanya sebagai antisipasi, mendongak menatap Jonggun yang sedang membenarkan letak kacamata hitamnya.
Jonggun membalas tatapan gadis tersebut sebentar kemudian kembali menempatkan pandangannya ke depan. "Belum, tepatnya setelah mengantarmu pulang."
Ah..
•••
Saat ini Yoo [Name] tengah menyandarkan tubuhnya sembari mengembuskan nafas panjang, berusaha merilekskan otot-ototnya yang terus bekerja. Gadis itu merasa lelah setelah mondar-mandir membawa nampan berisi pesanan, sangat sibuk melayani pelanggan yang kebetulan datang secara bersamaan membuat semua pekerja rumah makan tersebut benar-benar kewalahan. Sembari mengatur nafas, retina legam gadis itu bergulir memperhatikan seluruh meja yang kini hanya tersisa beberapa orang, suasana rumah makan kembali tenang. Namun tak lama berselang, ia dibuat terjingkat saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang, ternyata salah satu rekan kerjanya seorang gadis yang berusia kurang lebih sama dengan dirinya. "Kau mengejutkan ku, ada apa?"
"Bawakan pesanan ini ke meja belakang, pria berambut pirang." Katanya sembari menyerahkan nampan kepada [Name]. Sang empu menghela nafas panjang kemudian mengangguk kepalanya, mengambil nampan tersebut lantas berjalan menuju meja yang ditunjukkan sebelumnya.
"Pesanan anda, Tuan." [Name] berusaha bersikap profesional, menyunggingkan senyuman ramah dan berbicara dengan nada yang enak didengar, sambil terus menata beberapa makanan itu di atas meja dengan cekatan. Akan tetapi pelanggan kali ini secara terang-terangan memberi tatapan menilai dari atas kebawah, membuat [Name] diam-diam melontarkan kata-kata kasar dalam hati. Kemudian, gadis itu sengaja tak menyembunyikan ekspresi menantangnya sambil mengerutkan kening tidak suka-memandangnya tidak bersahabat, karena [Name] benar-benar terganggu mengalami situasi seperti sekarang, menjengkelkan. Gadis tersebut lantas bergegas, menyelesaikan tugasnya dengan gerakan cepat.
"Yoo [Name]?" Pria itu tiba-tiba menyebut namanya dengan nada penasaran. [Name] yang hampir mengambil langkah menjauh lantas terhenti dan langsung menoleh- spontan membalas tatapan pria berambut pirang tersebut terkejut sekaligus bertanya-tanya.
[Name] terdiam sejenak sambil mengerutkan kening, memperhatikan wajah pria itu lebih detail, berusaha mengenalinya. "Maaf, apa kita saling mengenal?"
"Ah benar bukan? Aku sangat mengingatnya, kau adalah gadis sekarat yang dibawa oleh Park Jonggun dari markas Ha-Joon setahun lalu." Lanjut pria itu setelah terjeda beberapa saat, mengabaikan pertanyaan [Name], lebih fokus mengutarakan isi kepalanya. Diam-diam menilik gadis tersebut dari atas ke bawah seraya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan menkonfirmasi bahwa ingatannya benar. Perkataan pria tersebut membuat [Name] sontak menahan nafasnya- melebarkan matanya sambil sedikit bergerak mundur guna menjaga jarak.
"Siapa kau?" Tanya [Name] sembari meremas nampan yang ia bawa, bersusah payah menjaga suaranya agar tetap stabil, jantungnya kini berdegup keras. Kekhawatirannya membuncah, bagaimana jika pria bersurai pirang tersebut adalah salah satu bawahan pria yang disebut dengan nama Ha-Joon itu?
Pria tersebut sedikit melebarkan matanya terkejut saat menyadari ketakutan [Name], lantas mengangkat kedua tangannya sejajar tanda bahwa dirinya tidak bermaksud buruk. Pribadi berkacamata itu lebih dulu berdeham canggung sebab reaksi panik [Name] menarik perhatian dari beberapa pelanggan yang kini melempar tatapan curiga kearahnya."Tunggu sebentar Nona. Sepertinya kau salah paham akan sesuatu, namaku Kim Jungoo rekan kerja Park Jonggun. Dan, aku datang bersama Jonggun hari itu."
"Benarkah?" Tanya [Name] sempat terdiam sejenak, ekspresi dan nada bicaranya terkonfirmasi skeptis, meminta pernyataan lebih kuat akan hal tersebut. Namun Jungoo hanya mengangguk sembari menjajal makanan yang telah tersaji di atas meja. Walau belum terbukti jelas, [Name] menghembus nafas lega. Gadis itu lalu membungkuk hormat sebagai adab kepada pelanggan, ia hendak kembali ke dapur untuk mengantarkan nampan.
"Ngomong-ngomong, secara tidak langsung hari itu aku juga menjadi penyelamat mu, lho." Ucap Jungoo sekali lagi membuat [Name] berhenti. Gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap pria dihadapannya yang sekarang sedang menyangga dagu sembari menyunggingkan senyuman lebar.
"Kau harus memberi harga untuk itu, Nona Yoo." Sambung Kim Jungoo lantas terkekeh geli melihat reaksi kebingungan dari lawan bicaranya, pria itu kemudian mengambil ponselnya di dalam saku jasnya dan mengulurkannya kepada [Name] sembari terus mengulas senyum ramahnya."Berikan aku nomor telepon mu dan aku akan menganggapnya lunas. Lain kali aku mengajakmu berkencan."
"Kau pasti bercanda, kan?"
Jungoo tertawa dan menganggukkan kepalanya, jika ditelisik lebih detail sebenarnya senyuman pria sempat berubah menjadi seringaian tipis kemudian terkekeh kecil. "Tentu saja, but if you don't mind I can turn the joke into something serious."
"Kalau begitu aku permisi lebih dahulu- uh, aku harus kembali berkerja. Dan, selamat menikmati makanan mu." Pamit [Name] kikuk sembari sedikit membungkuk.
"Ah, kenapa cepat sekali kau perginya~" Rengek Jungoo kemudian terkekeh geli ketika gadis tersebut memilih mengabaikan dan buru-buru pergi. Ekspresi main-main Kim Jungoo berubah drastis hanya dalam hitungan detik. Pria berambut pirang itu lantas menyunggingkan seringai tipis, terus menempatkan perhatiannya ke arah punggung [Name] yang berjalan kian menjauh hingga menghilang dari balik balik pintu dapur.
Mengagumkan, Jungoo sedikit terkesan sekaligus bingung, bagaimana bisa gadis tersebut berhasil membuat seorang Shiro Oni kelabakan. Jungoo sengaja datang karena ingin melihatnya secara langsung, tentu saja tanpa sepengetahuan Jonggun. Yoo [Name], gadis itu memang menawan dengan lekuk tubuh memukau. Jadi itukah yang membuat sang rekan begitu tergila-gila?
"Dia pernah bilang pertarungan lebih menggairahkan dibandingkan tubuh wanita. Sebenarnya gairah macam apa yang Jonggun temukan dari gadis itu." Jungoo terus menatap ambang pintu dimana sosok [Name] menghilang beberapa saat lalu, Jungoo menjadi lumayan tertarik untuk menemukan keistimewaan gadis itu yang berhasil membuat seorang Park Jonggun keluar dari siapa dirinya sebenarnya.
Tbc.
Halo sayang, kalau kamu suka sama cerita ini tolong kasih support nya ya, makasih ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAIN | LOOKISM
Fanfic❝Jika aku tidak bisa membuatmu tersenyum maka aku akan membuatmu menangis. Semakin cantik dirimu semakin ingin aku menghancurkan mu.❞ Park Jonggun x Reader as Yoo [Name]