“Akhirnya sampai.” Seru [Name] sembari menggosok kedua telapak tangannya mencari kehangatan. Suhu pada pagi hari memang tidak jauh berbeda dengan malam hari. [Name] menatap Yura yang kini tengah celingukan memperhatikan kesana-kemari. Dua gadis itu sedang berusaha mencari tahu bagaimana keadaan Daniel, setidaknya mereka ingin mendengar kabar tentang keluarga tersebut.
Karena bagaimanapun juga Daniel dan ibunya adalah sosok berjasa bagi mereka. Bibi begitu akrab dengan [Name] dan beberapakali ia diberi bantuan oleh wanita itu, bahkan [Name] sendiri sampai mendapatkan julukan anak tersayang. Sedangkan Daniel semua pekerja dirumah makan tahu jika pria tersebut menaruh hati pada [Name] sejak pertama kali menggantikan posisi ibunya. Lalu Yura, gadis itu pernah mendapat bantuan dari Bibi ketika adiknya dirawat di Rumah Sakit dan saat ia terlilit hutang. Keduanya memiliki alasan kuat untuk menaruh perhatian kepada keluarga Daniel.
“Kau yakin ini benar?” Yura berbisik sambil mencondongkan tubuhnya mendekati [Name] yang tak jauh disampingnya. Yura adalah alasan kenapa keduanya memilih pada pagi hari, karena gadis tersebut bekerja pada sore hari dan jika siang waktunya akan sangat mepet. [Name] tak menjawab, ia justru langsung mencoba menekan bell di sudut pagar. Kosong, tak ada tanda-tanda ada aktivitas di dalam rumah tersebut.
[Name] menghela napas panjang seraya menoleh kesana-kemari mencari atensi seseorang. Beruntung seorang wanita paruh baya baru saja keluar dari salah satu kediaman sembari menenteng keranjang belanjaan tepat di samping, gadis itu buru-buru mendekati wanita tersebut, bertanya dengan nada lembut— semaksimal mungkin memberikan kesan baik. “Permisi. Ah, apakah benar rumah yang di sana adalah kediaman keluarga Choi, yang mempunyai anak bernama Daniel.”
Ekspresi keheranan wanita itu tetap tak berubah, menatap kehadiran dua gadis tak dikenal tersebut secara bergantian, namun kemudian ia menganggukkan kepalanya. “Benar, tapi beberapa Minggu yang lalu mereka telah pergi.”
“Maaf, apa anda tahu mereka dimana sekarang?” Timpal Yura sambil melangkah mendekat dan berdiri di sebelah [Name] tapi wanita paruh baya tersebut menggeleng, menghembuskan napas berat lalu menjawab. “Aku dan tetangga yang lainnya pun tak tahu kemana mereka pergi, tapi sepertinya mereka kembali ke perdesaan di daerah Busan. Apa kalian tahu sebenarnya apa yang terjadi pada keluarga Choi? Keluarga tersebut sangat baik dilingkungan kami, tapi belakangan ini banyak rumor negatif.”
[Name] dan Yura saling bertukar pandang. Ekspresi kedua gadis tersebut jelas tak baik, mereka tampak cemas. “Maaf, rumor seperti apa yang anda maksud?” Sambung [Name] dengan nada hati-hati, entah kenapa ia merasa gugup.
“Daniel terlilit hutang dan berurusan dengan para Mafia.”
•••
[Name] merebahkan tubuhnya di tempat tidur, pikiran melayang entah kemana, retina gelapnya menerawang permukaan plafon putih di atas sana. Gadis tersebut kemudian menarik napas dalam-dalam, mengalihkan pandangannya menatap jendela yang berembun. Daniel, pria itu seolah-olah hilang ditelan bumi, pencariannya bersama Yura benar-benar tak membuahkan hasil.
Lalu, suara notifikasi berasal dari ponsel berhasil membuyarkan lamunannya. [Name] meraih benda pipih tersebut kemudian memeriksa sumber notifikasi, gadis tersebut menatap postingan di media sosial yang membeberkan ada diskon besar-besaran dipusat perbelanjaan. Bagai terkena angin surgawi, [Name] tersenyum lebar seolah pemikiran berat sebelumnya hilang terhempas sapuan angin.
Gadis tersebut bangun dari tempat tidur, melangkah ke sudut kamar mendatangi sebuah lemari. Pandangannya menelusuri semua pakaian yang tergantung rapi di sana, kemudian fokusnya tertuju pada satu gaun putih pemberian Jonggun. [Name] berpikir sejenak lantas mengambil gaun tersebut untuk dikenakan. Singkat cerita, [Name] membeli beberapa barang, berjalan menuju keluar Mall sambil menenteng cukup banyak paper bag.
Langkah kaki [Name] langsung berhenti, sebab di seberang jalan ia sempat melihat siluet keberadaan Jonggun dan Jungoo berjalan beriringan lalu masuk ke sebuah gang kecil. Gadis tersebut reflek menyebrang dan mendekati jalan sempit itu, melongok sebentar untuk mencari tahu keadaan di sana– setidaknya guna mengurangi rasa penasarannya. Namun, tak ada apa-apa, kedua pria itu juga tak lagi terlihat. Perasaan ingin tahunya sebenarnya membuncah akan tetapi [Name] tetap mempertahankan kewarasannya dan memilih untuk melanjutkan langkahnya.
[Name] merogoh tasnya kala mendengar suara deting pesan masuk dari ponsel miliknya, ia lantas memperlambat langkahnya karena tengah mengetik balasan. Gadis itu dibuat tersentak dan mendongak kaget saat seseorang tiba-tiba menyodorkan sebuah kertas dihadapannya. [Name] spontan menerima kertas tersebut dengan ekspresi bertanya-tanya, menatap laki-laki berseragam SMA berambut pirang itu masih dengan tatapan terkejutnya, [Name] juga melirik teman dari laki-laki pirang itu yang tampak sama kagetnya. Ah, satu hal yang [Name] pikirkan saat ini— mereka tampan, walau rambut salah satunya menutupi sebagian wajahnya.
“J-jay... Ah maksudmu, kau ingin Nona ini datang ke festival sekolah kita ya?” Kata yang berambut hitam legam, di seragamnya bertuliskan nama Park Hyunseok laki-laki tersebut masih terlihat tak menyangka. Sedangkan pribadi yang dipanggil Jay itu menganggukkan kepalanya sembari menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Iya kau benar. Tunggu, apa? Kau ingin bertukar nomor telepon dengannya?” Ujar Park Hyunseok lagi sembari melebarkan matanya tak percaya. [Name] mengernyit heran karena Hyunseok seolah-olah membalas ucapan Jay– padahal laki-laki pirang itu sama sekali tak mengucapkan sepatah kata. Namun anehnya Jay justru menganggukkan kepalanya pelan membenarkan perkataan Hyunseok membuat [Name] kebingungan.
'Telepati?’
[Name] menggaruk tengkuknya keheranan lantaran Hyunseok masih seakan-akan berbincang dengan angin, ia lantas tersenyum canggung lalu sedikit membungkuk. “Kalau begitu permisi, aku harus segera pulang.” Pamit [Name] kemudian melangkah pergi, setelah berjarak beberapa meter seseorang menarik ujung kelingkingnya, ketika ia menoleh kebelakang ternyata itu Jay.
‘Tolong beri aku nomor telepon mu. Ku mohon, s-setidaknya biarkan aku tahu siapa namamu.’ Telinga Jay memerah, sedikit menunduk malu-malu dan terus menantinya penuh harap. Sedangkan [Name] tampak lengah. Tunggu sebentar, laki-laki tersebut bahkan sama sekali tidak membuka mulutnya, jadi darimana asalnya ia mendengar suara itu barusan? Sungguh, itu agak menakutkan.
“Yoo [Name]?” Panggil seseorang dari belakang terdengar sangat familiar. Dan benar saja, saat [Name] menoleh ia menemukan Jonggun yang kini menekuk wajahnya tak senang oleh keberadaan Jay dan Hyunseok di dekat sang gadis. Pria itu langsung menggenggam tangan [Name] kemudian menggandengnya menjauh. Jonggun juga mengambil alih semua paper bag yang ada di tangan [Name] lalu bertanya dengan nada terang-terangan, sama sekali tak berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya. “Siapa mereka?”
[Name] terkekeh, entah kenapa lucu saja mendapati ekspresi masam dari pria itu, [Name] kemudian mengangkat kertas pengumuman festival di SMA Jaewon, menunjukkannya pada Jonggun. “Mereka hanya memberiku ini.”
“Festival? Kau berniat datang?”
[Name] mendengus kemudian menggelengkan kepalanya pelan, ia memang tidak ada sedikitpun keinginan untuk datang. Ya, selain malas. Festival tersebut pastinya hanya dihadiri oleh para siswa-siswi di SMA itu sendiri. Bagaimana mungkin [Name] akan menyelip diantara para remaja ditempat tersebut.
Ketika [Name] terlalu sibuk dengan pemikirannya, gadis itu dibuat terkesiap kala tangan besar memeluk pinggangnya dan meremas lembut pinggulnya. Saat ia mendongak, tatapannya bertemu dengan mata tajam Jonggun. Pria tersebut menyunggingkan seringai tipis lantas mencondongkan tubuhnya kearah [Name] membuat jantung gadis tersebut kontan berdegup kencang. Seluruh tubuhnya terasa meremang kala merasakan hembusan napas hangat yang mengenai lehernya. Park Jonggun semakin bergerak mendekat, sengaja mempersempit jarak keduanya. Pria itu lalu mengecup leher [Name] sekilas membuat sang empu reflek menahan napas, kemudian Jonggun berbisik di telinga [Name] dengan suara beratnya. “Cantik, gaun itu benar-benar cocok untukmu.”
Tbc.
Hey guys! Maaf kalau alurnya agak uhmm...Yah, begitulah. Makasih buat kalian yang udah mau baca! (◕ᴗ◕✿)
Tapi tolong supportnya, Okay! ( ╹▽╹ )
Sekian Terimakasih!
See u babe ( ˘ ³˘)♥
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAIN | LOOKISM
Fanfiction❝Jika aku tidak bisa membuatmu tersenyum maka aku akan membuatmu menangis. Semakin cantik dirimu semakin ingin aku menghancurkan mu.❞ Park Jonggun x Reader as Yoo [Name]