11. It's not free

615 94 1
                                        

[Name] tengah berjalan seorang diri melewati gang-gang kecil menuju rumah lamanya. Ia mendapatkan informasi jika kediamannya telah kosong cukup lama karena ayahnya dikabarkan tak pernah kembali sejak beberapa bulan yang lalu. Awalnya [Name] tak perduli, namun setelah beberapa bulan kemudian ia baru teringat akan cincin emas pemberian sang ibu yang sengaja [Name] sembunyikan dibawah kasur agar Yoo Seungho tidak mengambilnya.

Sesampainya ia di depan rumah. [Name] terdiam sejenak, lalu celingukan memperhatikan suasana sekitar yang jauh lebih sepi dibanding satu tahun yang lalu. Jika menurut cerita yang ia dapatkan, warga dikawasan tersebut memang banyak yang pindah karena beberapa faktor khususnya akibat pembangunan sebuah perusahaan besar dan rumah-rumah warga sengaja dibeli untuk memperluas jalan.

[Name] kemudian mengambil kunci cadangan dari dalam tas selempangnya sambil berjalan mendekati pintu, gadis tersebut sedikit terkejut ketika tahu ternyata pintunya tak dikunci. Ia lantas membuat membukanya dan masuk dengan langkah pelan, menemukan banyak kertas tagihan listrik dan air menunggak pembayaran yang diselipkan dari bawah pintu. [Name] lalu mencoba menghidupkan lampu namun tak bisa, jelasnya listrik akan diputus jika tak dibayar selama beberapa bulan.

Kondisi rumah dalam keadaan benar-benar tak terurus, melalui cahaya flash nya [Name] memperhatikan bekas kediaman dari sudut ke sudut. Sangat buruk, sisa putung rokok dan botol-botol alkohol masih tergeletak di mana-mana, jaring laba-laba lengkap dengan debu-debu membuat rumah tersebut terlihat tak layak huni. [Name] mendengus saat mencium aroma busuk tampaknya ada tikus yang mati, dari itu ia buru-buru masuk ke dalam kamarnya dan mengambil cincin tersebut. Akan tetapi aroma itu tercium semakin kuat membuat [Name] kewalahan.

Saat berbalik badan hendak pergi dari ruangan tersebut, siluet aneh sempat tersorot cahaya sepersekian detik membuatnya benar-benar lemas. Jantung [Name] berhenti sejenak, tubuhnya langsung gemetar hebat. Setelah beberapa saat, [Name] kemudian memberanikan diri untuk melihat lagi, memastikan apakah dugaannya benar atau hanya ilusi bayangan semata. Dan, mata gadis itu membulat sempurna- bagaikan mimpi buruk kala ia menemukan seonggok mayat yang telah membusuk dipenuhi belatung di samping tempat tidur, hancur tak lagi berbentuk.

“AAAAAAAAAA!”












•••

[Name] duduk termenung, lalu mendongak ketika seseorang datang dan berdiri menjulang di hadapannya, ia kemudian kembali menunduk saat tahu orang tersebut adalah Jonggun. Gadis itu tampak kelelahan dengan sorot mata layu, menatap bayangan Jonggun yang menutupi cahaya lampu. Kejadian tadi malam benar-benar membuatnya lelah, karena hingga sekarang ia masih berada di kantor polisi atas kasus tersebut.

“Mari pulang, aku akan mengantarmu.” Suara rendah Jonggun terdengar, membuat [Name] kembali mengangkat kepalanya, pria itu masih dengan ekspresi datar namun entah kenapa terlihat lebih hangat.

“Bagaimana dengan pemeriksaannya?” Tanya [Name] dengan ekspresi cemberut spontan membuat tatapan Jonggun melembut. Pria tersebut lantas mengulurkan tangannya sambil menarik kedua sudut bibirnya teramat tipis. “Sudah selesai, aku akan mengurusnya jika memang masih ada keperluan.”

[Name] terdiam sejenak sembari menatap tangan dan mata Jonggun secara bergantian, gadis itu menghela nafas panjang kemudian meraih tangan tersebut. [Name] mengira uluran tersebut hanya untuk membantunya berdiri namun ternyata Jonggun menggenggam tangannya dan menggandengnya menuju parkiran. Terasa hangat, entah kenapa [Name] merasa terhibur hanya dengan perlakuan sederhana dari Jonggun.

“Jonggun.”

“Hmm?” Jonggun menoleh, satu tangan lainnya membukakan pintu mobil untuk [Name], tapi karena [Name] hendak berbicara pria tersebut tampak menunggu.

“Terimakasih karena selalu bersamaku.”

Mendengar ucapan [Name] yang tiba-tiba membuat Jonggun menyeringai geli. Pria tersebut lantas menuntun [Name] masuk ke dalam mobil kemudian ia lebih mencondongkan tubuhnya mendekati gadis tersebut masih dengan senyuman khasnya. “Aku harap kau tidak menganggap ini gratis.”

[Name] melebarkan matanya kemudian mendengus, ekspresi wajah gadis tersebut langsung berubah yang awalnya tulus kini terlihat tengah berusaha keras menahan rasa jengkelnya. “Tsk! Benar-benar tidak punya hati, Gun.”

“Yeah, begitulah aku, sweetheart.” Jawab Jonggun lantas terkekeh, menutup pintu tersebut lalu menyusul [Name] masuk kedalam mobil. Menyalakan mesin dan mulai melaju dengan kecepatan sedang. “Lagipula aku sudah menentukan bagaimana caranya dirimu memberiku imbalan.”

“Apa?” Ketus [Name] seraya membuang muka.

Tak memindahkan perhatiannya saat mengemudi, Park Jonggun hanya terkekeh geli mendengar gadis yang duduk disebelahnya menggerutu dengan lucu. Saat Jonggun melirik sekilas tatapan keduanya bertemu, membuat pria bermata legam itu tertawa kecil melihat wajah cantik [Name] yang cemberut. “Manisnya, aku hanya bercanda. Kau pun tahu itu [Name].”

“Aku tidak tahu, terkadang kau tampak serius dengan ucapan mu, Gun.” Balas [Name] sambil menunggu tanggapan lawan bicaranya. Perkataan gadis tersebut membuat Jonggun menoleh sejenak kemudian terkekeh. Benar-benar tidak mengucapkan apapun, tak mengelak maupun mengkonfirmasinya, pria itu hanya memberikan reaksi semu.








Tbc.

CHAIN | LOOKISM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang