3. Hard to believe

674 97 16
                                    






[Name] menghembuskan nafas panjang tampak begitu kelelahan, kemudian menyandarkan punggungnya sembari mendongak, menatap plafon putih di atas sana dengan tatapan bosan. Hari-hari gadis itu berjalan cukup padat, sedari pagi hingga ke-sore dirinya berkerja di sebuah klinik kecantikan sebagai seorang kasir sekaligus memeriksa keamanan melalui cctv, lalu pada malam hari [Name] disibukkan menjadi pelayan di salah satu rumah makan khas kuliner Korea di daerah Gangnam.

Untuk sekarang Yoo [Name] masih berada di klinik kecantikan, tengah duduk sembari merenggangkan tubuhnya. Sesekali menguap lelah, menunggu sesi pembayaran dari klien sambil mengecek kamera cctv melalui monitor disampingnya. Saat itu ia memperhatikan kedatangan sebuah sedan hitam mewah baru saja parkir. [Name] lantas mengernyitkan keningnya kala mendapati pria berperawakan seperti Jonggun keluar bersama seorang gadis cantik.

"Ah, Benar Park Jonggun ternyata." Gumam [Name] pelan, kemudian segera bangun dari duduknya sambil merapikan penampilannya, bersiap menyambut kedatangan calon klien yang sekarang terpantau berjalan menuju pintu klinik bersama Jonggun yang mengikuti tak jauh dibelakangnya. Ketika pintu didorong lantas terbuka, [Name] menyunggingkan senyuman se-ramah mungkin kepada gadis cantik yang baru saja melangkah masuk, mengabaikan bagaimana ekspresi Jonggun sekarang yang terlihat sedikit terkejut.

"Selamat datang di klinik kami, ada yang bisa saya dibantu?" Sambut [Name] mengucapkan kalimat template setiap ada orang yang datang, sebenarnya ia sendiri juga bosan mengatakannya. Namun [Name] tetap berusaha bersikap profesional sebab mau bagaimana pun ini adalah perkerjaan nya. Gadis yang bersama Jonggun itu membalas senyuman dengan anggun kemudian memberikan anggukan ringan.

“Aku sudah membuat janji dengan Dokter Choi sebelumnya.” Jawabnya dengan suara lembut, [Name] merasa kagum atas kecantikan serta keanggunannya. Selesai mengonfirmasi semua perkataan gadis itu kepada atasannya, [Name] Kemudian dengan sopan mengantarkannya menuju ruangan Dokter Choi, masih dikuti Jonggun dari belakang. Setelah gadis cantik itu menghilang dibalik pintu. Jonggun melipat kedua tangannya sambil menatap mata [Name] dalam-dalam, berdiri dihadapan gadis itu membuatnya menunduk saat menatapnya.

"Dia kekasih mu, Gun?" [Name] bertanya penasaran sambil melangkahkan kakinya kembali menuju meja kasir, sesekali melirik Jonggun yang sekarang berjalan disampingnya. Pria tersebut sedikit memicingkan mata, memperhatikan detail kontur wajah [Name] sekilas- mendengus lantas menggelengkan kepalanya pelan seraya melepas kacamata hitamnya, memperlihatkan netra menawan milik pria itu yang sejak tadi sama sekali tak mengindahkan peringatannya pada gadis yang kini berada selangkah di depannya.

"Putri atasan." Balas Park Jonggun seadanya, mengamati perawakan mungil [Name] dari belakang. Gadis itu terlihat menggemaskan, dengan rambut yang di kuncir rapi- berayun-ayun lembut mengikuti gerakan sang pemilik. Secara tak sadar berhasil membuat Jonggun menyunggingkan senyuman walaupun hanya garis tipis. Belum lagi seragam yang kini memeluk tubuh kecil [Name]- dimatanya benar-benar tampak mengagumkan. Jonggun melonggarkan dasi sekenanya, tiba-tiba tenggorokannya tercekat, mengalihkan pikirannya pada keinginan merokok membuatnya sedikit gelisah.

"Pantas saja secantik dan semulus itu, anak dari orang yang sangat kaya ternyata." Sahut [Name] sembari mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Gadis sebelumnya memang terlahir cantik, ditambah latar belakang yang menunjang semua kebutuhan jadi wajar jika orang yang dikawal Jonggun bak selebritis.

Jonggun memiringkan kepalanya, menatap gadis yang sedang mencatat sesuatu itu dengan seksama. "Apa hubungannya kecantikan dengan kekayaan?"

"Pertanyaan bodoh macam apa itu? Tentu saja semua hal berpusat pada yang namanya uang. Bisa membeli produk ini-itu atau melakukan perawatan sana-sini dan yang paling ekstrim melakukan operasi plastik. Maka dari itu uang adalah segalanya." Jelas [Name] cukup panjang, seraya menopang dagunya, menaruh perhatian penuh pada Jonggun yang berdiri di seberang konter kasir.

"Tidak." Jawab pria tersebut singkat setelah terjeda beberapa detik, membuat lawan bicaranya mengernyitkan keningnya dalam.

"Apanya?"

Tiba-tiba Jonggun mencondongkan tubuhnya mendekati gadis dihadapannya, mengulurkan tangan guna merapikan poni [Name] yang sedikit tidak beraturan. Jonggun kembali terdiam, tampak mengamati setiap inci wajah gadis tersebut lamat-lamat membuat sang empu menahan nafas- tak bisa berkata-kata karena tindakan Jonggun yang sangat mendadak dan begitu mengejutkan. Pria tersebut lantas membuka mulutnya kemudian berkata. "Kau miskin."

"The fu-"

"Tapi cantik."

Ah..

[Name] tercengang, bahkan dibuat termangu beberapa saat. Ia tak tahu bagaimana hendak meresponnya, karena pria itu memuji dan menghinanya disaat bersamaan. [Name] menghela nafas berat, menggelengkan kepalanya memilih mengabaikannya. "Ya sudahlah. Ngomong-ngomong, mumpung kau di sini, kenapa tidak melakukan perawatan juga? Uang mu pasti cukup banyak, kan?"

"Aku bukan wanita." Pria tersebut jelas menolak, Jonggun kembali mengenakan kacamatanya kemudian memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Iris putihnya bergulir memperhatikan gambar-gambar yang terpanjang di dinding.

Jawaban tersebut membuat [Name] lantas mendengus setelah mendengarnya. Sebenarnya sedari awal gadis itu sudah memperkirakan bagaimana reaksi Park Jonggun, karena sejak dimana pria itu datang dan berkamuflase menjadi seorang teman, [Name] sedikit-sedikit mulai mengerti seperti apa pribadi pria berketurunan Jepang tersebut. Gadis itu kemudian menegakkan punggungnya seraya meraih kemasan botol mineral. "Siapa bilang perawatan hanya bisa dilakukan oleh seorang wanita, pria juga melakukannya. Lagipula tak ada salahnya menjaga kesehatan kulit, lihat saja idol-idol pria- contohnya DG."

Saat nama DG disebut Jonggun langsung berdecih. "Orang itu tidak sebagus dan selembut yang kau bayangkan, hanya saja dia mengenakan riasan dan foto-fotonya juga melalui proses editing."

[Name] mengangkat alisnya, melihat Jonggun dari atas kebawah dengan tatapan menilai. "Sok tau, kau mengatakannya seolah-olah sering berjumpa dengan DG."

"Itu benar."

"Sudahlah, sama sekali tidak lucu." Timpal gadis itu sembari berusaha keras membuka tutup botol yang masih tersegel rapat. [Name] menyunggingkan senyuman bangga kala berhasil menaklukkan segel yang membuat telapak tangannya sedikit memerah. Gadis tersebut langsung meminumnya, berbarengan dengan tangan kekar Jonggun yang menyodorkan sebuah ponsel persis di depan wajahnya, memperlihatkan status panggilan video 'berdering' -[Name] masih termangu belum berhasil mencerna. 1-2 detik kemudian panggilan diterima, [Name] nyaris tersedak mendapati pria bersurai merah muda dengan tatapan tajam di layar.

DG? Benar-benar DG!

Jonggun memutuskan panggilan tersebut secara sepihak setelah membuktikan kebenarannya pada [Name]. Sedangkan [Name] masih membeku, menatap layar ponsel Jonggun tak bisa berkata-kata.













•••

Park Jonggun duduk tenang- menyandarkan punggungnya di salah satu sofa, membiarkan matanya terpejam sambil mengapit putung rokok diantara kedua bilah bibirnya kemudian merogoh saku celana- mengeluarkan sebuah korek api. Pria tersebut lalu membenarkan posisinya menjadi tegak setelah itu menyalakan rokoknya. Berulang kali mengembuskan kepulan asap melalui mulut dan hidung secara bergantian, menikmati perasaan menyengat di lidah perpaduan antara pahit dan getir- bercampur dengan aroma tembakau yang cukup menyengat.

Beberapa saat kemudian, Jonggun akhirnya melirik acuh kearah DG yang berada di seberang meja- sedari tadi melayangkan tatapan tajam padanya. Pria tersebut kemudian menekan ujung putung rokoknya ke asbak. "Katakan."

"Bagaimana bisa kau menunjukkan wajahku hanya untuk memenuhi kepentingan mu." Sarkas Lee Jihoon atau Kang Dagyeom dengan suara tak mengenakkan, pria yang mempunyai nama panggung DG itu tak mengubah ekspresi dinginnya, terus menatap Jonggun menunggu jawaban.

"Lalu? Mau bertarung?"

Diantara kedua pria itu ada Kim Jungoo yang sedari tadi hanya memainkan ponselnya, diam-diam memperhatikan lantas tersenyum lebar. "Hah, kira-kira cemilan apa yang enak untuk menonton." Monolognya, membuka aplikasi khusus memesan makanan.







Tbc.

CHAIN | LOOKISM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang