[Name] tengah menggali tanah dihalaman rumahnya, gadis itu mulai menekuni hobi baru yaitu menanam berbagai macam jenis bunga. Yah, setidaknya ia dapat mengisi hari-harinya dengan merawat tumbuhan. Jujur saja [Name] awalnya tidak mempunyai ketertarikan dalam hal ini. Akan tetapi, karena sudah berminggu-minggu lamanya menjadi pengangguran— mencoba mencari pekerjaan baru kesana kemari, namun tak kunjung mendapatnya. Tidak, bukan karena uang pemberian Jonggun kurang, ia hanya merasa suntuk lantaran tak melakukan apapun. Saat [Name] mengeluh permasalahan tersebut kepada Jonggun, pria itu justru menyarankan [Name] agar menghiasi halaman rumahnya dan tanpa persetujuan Jonggun membelikan banyak jenis bunga, bahkan beberapa nya berasal dari luar negeri.
Mau-tak mau melakukan saran Jonggun, setidaknya untuk menghargai semua pemberian pria itu. Walaupun sebenarnya [Name] ragu, apakah bunga-bunga itu akan tumbuh di tanah Korea yang saat ini sudah memasuki musim dingin. Entahlah, setidaknya [Name] sudah berusaha merawatnya. Gadis itu berdiri seraya melepas sarung tangannya. Retina gelapnya memperhatikan seorang pria berjaket tebal dilengkapi topi dan maskernya tampak tergesa-gesa. Ketika keduanya tak sengaja bertatapan, [Name] lantas membulatkan matanya kaget kala pria tersebut langsung melangkah lebar menuju arahnya, memeluk [Name]– membawanya bersembunyi dibalik pagar. Belum sempat ia berhasil mencerna apa yang terjadi, persekian detik kemudian terdengar suara puluhan gadis berseru memanggil nama DG.
'Jika begitu, berati pria ini adalah'– Pikir [Name] reflek mendongak, bertujuan untuk memperhatikan fitur wajah pria tersebut. Ah ternyata benar, rambut merah muda. Pria itu buru-buru meletakkan jari telunjuk di bibirnya, mengisyaratkan agar [Name] tetap diam. Saat para gadis-gadis telah pergi, terdengar hembusan napas lega dari DG. Sebenarnya pria itu keluar karena berniat menyelesaikan tugas dari sang atasannya. Choi Dongsoo. Tapi naasnya, entah bagaimana caranya DG lebih dulu ditemukan oleh para pengemar bermata jeli, padahal pria tersebut sudah semaksimal mungkin menutupi penampilannya.
Sedangkan [Name] sedikit bergerak menjauh guna memperluas jarak, tapi masih tetap memilih diam lantaran benar-benar tak tahu harus bereaksi seperti apa ketika berhadapan dengan idola dengan jutaan pengemar. [Name] sempat lengah lalu menggaruk pipinya bingung dan canggung, memikirkan banyak rangkaian kalimat yang ingin diucapkan, setidaknya untuk basa-basi ringan.
“Apa kau mau minuman hangat?” Ucap [Name] pada akhirnya. Ya, hanya basa-basi, ia yakin DG akan menolaknya karena seperti itulah harusnya.
“Ide bagus, aku mau kopi.”
“...Eh?”
Siapapun tidak akan pernah mengira jika akan ada hari dimana seorang Kang Dagyeom duduk di sofa milik [Name] sembari menyesap secangkir kopi. Sangat mencengangkan memang, tapi begitulah adanya. [Name] sendiripun masih tak percaya walaupun sosok DG terpampang jelas di depan matanya, gadis itu lebih dulu menarik napas dalam-dalam kemudian kembali ke ruang tamu seraya meletakkan sepiring kue kering di atas meja, ia lalu duduk di salah satu sofa lainnya. Hening, tak ada percakapan, baik [Name] ataupun DG tampaknya tak ada yang berniat memecah kebisuan. Hanya terdengar suara televisi yang memenuhi ruangan.
“Apa kau tahu siapa sebenarnya Jonggun?” DG tiba-tiba berkata demikian membuat [Name] termangu. Pria tersebut kemudian meletakkan cangkir kopi itu di atas meja, mengalihkan pandangannya dan menatap [Name] lekat. “Bersamanya hanya akan membuat kehidupanmu jauh dari kata normal. Seharusnya sebelum terjadi– larilah sekuat tenaga.”
“Jadi maksudmu, aku harus menjauh darinya?” Balas [Name] setelah terjeda beberapa saat, sebab gadis itu membutuhkan waktu untuk menelan mentah-mentah perkataan DG. Meskipun sebenarnya ia perlahan-lahan mulai paham akan hal itu dengan sendirinya. Memang banar, sebelumnya [Name] sama sekali tidak menyadari. Namun, setelah berjalannya waktu–seiring banyaknya fakta baru yang terus menumpuk. [Name] kini mengerti. Terlambat, ia sudah terjebak jauh sebelum penculikan hari itu terjadi– semua bermula ketika [Name] bertemu dengan Jonggun di tragedi dirinya dijual olehnya Ayahnya sendiri kala itu, tanpa diduga sedikitpun dari situlah awal ia ditarik masuk ke kehidupan baru. Seolah terjerat rantai besi, mau-tak mau saat ini ia harus berlindung dibalik punggung Jonggun karena dirinya sudah terlanjur terlibat.
[Name] tidak sebodoh itu untuk memahami situasinya yang kini jelas benar-benar berbeda dari sebelumnya. Itulah sebabnya gadis tersebut tak pernah lagi menginjakkan kaki di luar rumah seorang diri ketika langit masih petang, ia tahu betul ada bahaya lain yang mengincarnya. Walau tidak begitu yakin [Name] cukup menyadari jika dirinya terus diawasi oleh seseorang— dikawal dari kejauhan. Dalang dibalik semua itu kemungkinan besar adalah pria bermata putih itu. Park Jonggun. Ah lalu, jika kedatangan DG sampai di telinga Jonggun, sudah bisa dipastikan bahwa praduga nya benar.
“Lagipula sudah sangat terlambat, kan? Aku sudah terjebak.” Sambung [Name] kemudian terkekeh kecil, menatap DG sembari menyelipkan helaian rambut panjangnya kebelakang telinga.
Takdir seakan mengkonfirmasi kebenaran. Meskipun [Name] sudah lebih dulu menerka, ia tetap terkejut melihat sosok Park Jonggun yang kini berdiri diambang pintu. Sesuai dugaan walaupun lebih cepat dari perkiraan, pria itu benar-benar datang dengan ekspresi tenang namun mengintimidasi ditujukan kepada Kang Dagyeom. Saat itu [Name] dan DG menoleh secara bersamaan. Pria bersurai merah muda tersebut justru tertawa geli dan bangkit dari duduknya.
“Terjebak?” Sahut DG dengan suara tenang, matanya membalas tatapan Jonggun seraya tersenyum lalu terkekeh geli. DG mengalihkan pandangannya kearah [Name], pria tersebut mencondongkan tubuhnya, sedikit membungkuk kemudian meraih helaian ujung rambut [Name] dan mengecupnya lembut. Tampak sengaja memprovokasi, DG menyunggingkan senyuman penuh arti, terus menanamkan perhatiannya pada mata gadis tersebut lantas berkata. “Coba pikirkan. Terjebak, atau sengaja dijebak?”
“Kenapa kau hobi sekali berkelahi, sih?” Gerutu [Name] sambil mengobati sudut bibir Jonggun yang robek karena terkena pukulan DG. Beruntung [Name] berhasil melerai keduanya sebelum perkelahian kian memanas, ia juga secara tidak sengaja reflek mengusir DG keluar dari rumahnya. Saat [Name] bangkit hendak mengambilkan Jonggun air hangat, pria itu lebih dulu meraih pinggulnya lalu memindahkan tubuhnya ke atas pangkuan Jonggun itu sendiri. Sontak membuat gadis tersebut menegang bersamaan dengan kedua tangan kekar Jonggun yang melingkar erat dipanggang nya.
“G-Gun.”
“[Name].” Bisik Jonggun dengan suara berat. Jari-jari pria tersebut mulai masuk ke dalam baju, membelai pinggang [Name] secara langsung. Jonggun menyandarkan kepalanya di bahu gadis tersebut kemudian kembali berbicara dengan suara pelan dan serak bahkan terdengar seperti geraman. “Jangan bertemu dengan pria lain, jangan berbicara dengan pria lain. Aku cemburu.”
[Name] terpaku, sentuhan lembut itu membuat jantungnya berdesir. Hembusan napas hangat pria itu membuatnya seakan Kelu. “Ugh!” Rintih [Name] lembut ketika Jonggun tiba-tiba mengigit leher gadis itu hingga meninggalkan bekas kemerahan tanpa sepatah katapun. Park Jonggun kini menatapnya, menuntun kedua kaki [Name] agar melingkarkan di pinggang pria tersebut. Jonggun lalu mengecup leher [Name] hingga tulang selangka gadis itu, memujanya dengan sentuhan-sentuhan lembut.
“Kau memang sudah telanjur terjebak bersamaku, [Name]. Maka dari itu serahkan dirimu padaku, aku akan memujamu seumur hidupku.” Bisik Jonggun lagi, menggendong tubuh kecil gadis tersebut dan membawanya menuju kamar.
Tbc.
UHUK! ヽ(。◕o◕。)ノ.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAIN | LOOKISM
Fanfiction❝Jika aku tidak bisa membuatmu tersenyum maka aku akan membuatmu menangis. Semakin cantik dirimu semakin ingin aku menghancurkan mu.❞ Park Jonggun x Reader as Yoo [Name]