Keesokan harinya Anggi betulan pergi memeriksakan diri, tetapi tentu tidak ditemani Jamie, melainkan Kemuning. Semalam, Anggi pulang diantar oleh Sagara. Tak ada acara singgah-singgah dulu, lelaki itu langsung kembali ke Ciwalk pakai taksi karena motornya masih di sana. Ada satu kesepakatan lagi yang Sagara dan Anggi sepakati; merahasiakan pertemuan tersebut. Sebab Jamie bakal cemas setengah mati seandainya tahu Anggi nyaris kehilangan kesadaran pasca ditinggal pergi olehnya. Beruntung Sagara mau diajak kerja sama, bilang, "Request-an diterima." persis seperti sebelumnya.
"Hei." Suara lembut Kemuning lepas di antara kesenyapan yang mengisi mobil, keduanya sekarang sedang di perjalanan menuju rumah sakit pakai mobil Kemuning. Perempuan itu agak cemas melihat sahabatnya melamun terus dari sejak dijemput sampai kini kendaraan sudah melaju sekitar lima belas menitan. Padahal ketika Anggi tadi berpamitan pada Jamie—pamit pergi main—mukanya semringah sekali, tetapi tatapannya langsung kosong begitu menduduki kursi di sebelah kursi kemudi. Kemuning tak banyak tanya dulu sebab sudah tahu garis besar alasan Anggi mengajaknya pergi hari ini. Namun, karena Anggi tak kunjung bersuara, Kemuning tak bisa hanya diam saja. "Sekarang lagi gak enak, ya?" Maksudnya Kemuning, mungkin anxiety Anggi lagi kambuh.
Anggi menoleh sekilas. "Enggak, aku gapapa, kok. Kalau gak enak, badanku pasti gemeteran. Kamu kan tau, Ning."
Kemuning tentu saja tahu bagaimana kepayahannya Anggi di saat anxiety mengobrak-abrik ketenangannya. Akan tetapi Kemuning tidak mengira gangguan kecemasan yang mendera Anggi kondisinya separah dulu lagi. Padahal kelamnya masa lalu ketika ia menyaksikan Anggi kehilangan gairah dalam menjalani kehidupan, adalah hari-hari yang tidak ingin Kemuning jumpai lagi. Ingatan itu, jika mampu ingin sekali Kemuning lenyapkan dari kepala. Sayangnya susah, bak mimpi buruk yang membayangi bahkan di saat Kemuning sedang terjaga. "Terus kenapa diem aja? Ayo cerita," katanya.
"Semalem kan udah cerita."
"Cerita lagi."
"Apa lagi yang harus diceritain?"
"Apa aja, asal jangan diem terus."
Anggi terkekeh, terulur tangannya mengusap lengan Kemuning, tahu bahwa Kemuning mencemaskannya. "Jamie sekarang—" Anggi menahan kalimatnya di sana sebab Kemuning mendengkus keras pasca nama Jamie singgahi telinganya. Anggi tergelak kecil, lupa kalau Kemuning masih dendam pada Jamie. Bukan dendam kesumat, sih, hanya belum mampu benar-benar memaafkan. Belum bisa sepenuhnya menerima bahwa lelaki yang dulu membuat Anggi menangis hebat kini malah serumah dengan Anggi, terikat hubungan seserius pernikahan, dan tampaknya Anggi makin cinta. Duh, Kemuning tuh sedikit tak ikhlas menyaksikannya. "Masih belum bisa juga ya, Ning?"
"Apa?"
"Nerima Jamie."
Kemuning membalas jutek, "Pikir aja, deh. Aku tuh di sana pas dia dengan semena-mena jadiin kamu alat untuk lepas dari Sheila. Itu aja udah sialan banget, eh ujungnya malah ninggalin. Waktu itu dia mainin kamu segitunya. Aku sampe nangis liat kamu nangis, Nggi. Aku jadi saksi betapa brengsek dia dulu ke kamu, rasanya nggak rela lihat kamu balik ke dia meskipun kata kamu dia udah beneran berubah. Pret lah, Jamie bukan Power Ranger yang bisa berubah dalam waktu sesingkat itu." Maaf, bukannya Kemuning mau merusak kebahagiaan Anggi, tetapi sebagai orang yang tahu hancurnya Anggi karena dulu disia-siakan Jamie, rasanya sangat ganjil melihat Jamie tampak sungguh-sungguh mencintai Anggi. Kemuning bawaannya curiga.
Keengganan Kemuning memaafkan Jamie, Anggi memakluminya. "Aku emang gak tau isi hati orang, bahkan Jamie sekalipun. Sekarang aku cuma berusaha percaya ke dia. Tapi, kalau suatu hari dia nyakitin lagi, aku janji nggak akan maafin dia, Ning. Aku gak akan luluh lagi meski dia memohon di kakiku. Kamu bisa pegang janji aku."
Bibir bawah Kemuning maju sekilas, indikasikan rasa sangsi. Haduh, sulit untuk percaya. Bagi Anggi, Jamie itu ibarat sebuah buku berakhiran sedih. Dan sialnya, cerita dengan alur angst adalah favorit Anggi. Jadi tidak peduli meski Jamie menyakiti berulang kali, Anggi akan selalu menyambut jikalau Jamie mau kembali. "Nggi, bukannya aku mau ngerusak euforia kamu. Aku cuma mau ngingetin aja. Rasa cinta kamu ke dia, jangan ditambah dulu. Kelihatannya mungkin Jamie udah berubah, ya aku juga menyadarinya, lihat sendiri dia keliatan lebih tulus. Tapi, hati kamu yang pernah remuk karena dia itu, hari ini jangan dikasih seutuhnya ke dia." Kemuning ambil jeda, menoleh sebentar demi melihat ekspresi Anggi. Dan saat mendapati Anggi juga menatapnya dengan sorot teduh, Kemuning melanjutkan, "Aku sebagai outsider di hubungan kalian melihat cinta kamu masih lebih gede ketimbang Jamie. Feel the same gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Take a Chance With Me
Fanfiction"Kita udah pernah nyoba sekali, lalu kita berakhir gagal. Tapi ternyata di antara mereka yang datang ke hidup aku dan kemudian memilih pergi meninggalkan, aku masih berharap kamu jadi satu-satunya yang datang untuk kemudian menetap. Nggi, mau nggak...