7. Semoga

506 81 9
                                    

Lelaki itu duduk di karpet dengan kepala merebah nyaman pada tepi ranjang. Sudut bibirnya tertarik tipis. Jamie sedang menikmati indah rupa perempuannya yang masih terlelap. Kelewat dekat jarak di antara wajah mereka. Napas Anggi yang berembus teratur berbenturan lembut dengan napas Jamie. Sunyi yang berkuasa di sepenjuru ruangan sudah menemani Jamie setengah jam lamanya dalam melakukan hal tersebut. Namun, ia tak berniat menyudahi kegiatan ini selagi Anggi masih menyelami alam mimpi. Bakal ia tatap terus damai di wajah itu. Bakal ia rekam baik-baik cantik semburat merah di kedua sisi pipi itu.

"Maaf ...," gumam Jamie, jemarinya bergerak lembut menelusuri pipi Anggi. Senyumnya berubah nelangsa, teringat diri telah berkali-kali bikin Anggi kecewa. Teringat berkali-kali telah jadi alasan Anggi mengurai air mata. Setelah semalam ia memiliki Anggi sepenuhnya, Jamie bertekad untuk menjaga perempuan ini hingga salah satu dari mereka mati. Hingga akhir—apa pun yang terjadi. "Nggi, ke depannya semoga aku gak jadi pedang bermata dua buat kamu, yang adanya melindungi sekaligus melukai. Aku harap aku bisa konsisten kasih kamu bahagia." Lalu ia mengangkat kepala demi meringkas jarak, menyematkan kecupan ke pucuk hidung sang istri.

Dan saat itulah, Anggi mengernyit. Ia terusik oleh sentuhan Jamie. Kelopak matanya merenggang perlahan-lahan, menyipit sesaat demi menjernihkan penglihatan. Begitu wajah Jamie yang jaraknya kelewat dekat bisa ia bingkai dalam pandang dengan jelas, ia pun refleks melotot dan beringsut tarik selimut menutupi muka. Ia merutuki diri sendiri tanpa suara karena malu dapati Jamie memandanginya seperti tadi, saat ia tertidur, yang mana besar kemungkinan ekspresi-ekspresi tak cantik dipertunjukkannya. Gara-gara pergumulan panas semalam, Anggi jadi bangun kesiangan. "Diem kamu," rengek Anggi kala mendengar Jamie tertawa kecil. Tawa yang di telinga Anggi terdengar bagaikan ejekan.

"Kenapa ditutupin sih, Yang?" Jamie menarik selimut itu dengan lembut. "Ciluk ba, nih?" candanya sembari tergelak lagi. Namun, pada akhirnya Jamie membiarkan Anggi tetap dalam posisi ulatnya itu—bergelung di balik selimut. Jamie kembali merebahkan pipi ke kasur, lantas mengusak-usak singkat puncak kepala Anggi yang terbungkus selimut. Setelahnya ia bergeming, menutup mata, berusaha menghadirkan kejadian semalam di kepala. Jamie lega Anggi tak bereaksi ketakutan saat ia menuntunnya pada keintiman paling intim yang dapat dilakukan oleh sepasang suami-istri. Anggi menerima Jamie dengan baik. Lebih lega lagi saat Jamie menyadari bukan bayang-bayang wajah Sheila lagi yang menari-nari di kepalanya ketika mencoba mengejar nikmat persenggamaan bersama sang istri.

Itu Anggi, yang jadi fokus Jamie. Kala ia bergerak mencari-cari bagaimana rasa surga dunia, matanya tak lepas dari wajah Anggi yang amat cantik di bawahnya. Dan ekspresi terengah Anggi tadi malam berputar macam kaset baru dibeli, alias kelewat jernih dan lancar, bikin Jamie pening lagi. Tahan, tahan—begitu Jamie membisiki diri dua detik pasca bangun tidur tadi.

Anggi yang mulai engap pun terpaksa menyibak selimut hingga sebatas dada, lalu menemukan wajah Jamie masih di jarak sedekat sebelumnya. Namun, kali ini Anggi tidak mengelak lagi. Dengan kedua pipi yang mulai dirambati rona merah, ia mengulum senyum, terulur tangannya menyentuh puncak kepala Jamie, mengelusnya dengan sayang.

"Don't leave me," bisik Anggi.

Jamie membalas seusai membuka mata dan menyempatkan diri untuk kecup jemari Anggi yang mengetuk ringan pucuk hidungnya, "I don't going anywhere." Jamie menegakkan pundak. "Aku bakal di sini terus sama kamu."

"Promise me?"

"Iya, I promise you."

Anggi mengangguk pelan, tersenyum tipis sembari mengusap-usap kepala Jamie. Melihat lengkung bibir yang menyirat nelangsa itu, Jamie lekas berdiri dan kemudian menaiki kasur. Ia pergi ke belakang punggung Anggi, satu tangannya menelusup di celah antara bantal dan leher Anggi, lantas satu lagi memeluk pinggang ramping perempuan itu. Dikecupnya tengkuk Anggi dan ia bisikkan, "Gapapa, Yang, kamu enggak percaya, tapi kasih aku kesempatan untuk buktiin kata-kata yang aku janjiin, ya?" Dapat Jamie rasakan balasan berupa anggukan diberikan Anggi dengan cepat, tuai senyum lega Jamie. Sekarang Jamie cuma berharap Anggi mau bertahan lebih lama menghadapi kelabilannya.

[✓] Take a Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang