Di dekapan Jamie, Anggi asik nyemil buah-buahan yang telah dikupas dan diiris tipis-tipis. Televisi di depan sana menyala, menyuguhkan tontonan dua sejoli dimabuk asmara. Semula, Anggi ingin jalan-jalan di malam Minggu ini. Akan tetapi keduanya malah berakhir di kamar lantaran di luar hujan deras disertai angin kencang, sesekali petir juga kedengaran di kejauhan—mood Anggi untuk mencari udara segar jadi hancur, makanya Anggi memutuskan ajak suaminya menonton Netflix saja.
"Manis banget ini," komentar Anggi usai menyuap sebutir strawberry ke mulut sendiri. Ingin Jamie merasakan juga enaknya, Anggi pun sodorkan ke depan bibir lelaki itu. "Cobain, deh."
Atensi Jamie beralih dari layar TV ke sesuatu di jepitan jemari sang istri. Sesaat ia terdiam, sekilas menggeser tatap pada mata Anggi yang berbinar. Padahal Jamie tidak suka strawberry, tetapi Anggi ternyata melupakan hal tersebut. Nelangsa langsung mendera dada Jamie. Namun, kendati demikian Jamie tetap tersenyum dan membuka mulut. Mengunyahnya dengan kepala mengangguk-angguk kecil. "Iya, enak." Kebohongan Jamie mencetak senyum puas di wajah Anggi. Jamie mengusak puncak kepala perempuannya sambil berusaha keras menelan. Sebenarnya tidak ada back story traumatis antara Jamie dan strawberry yang sebabkan Jamie menjadi si anti buah itu. Hanya tak suka saja. Perutnya mual sekadar membayangkan memakannya. Akan tetapi kini, demi tak mengecewakan Anggi, Jamie berusaha menahan diri.
Sebulan telah berlalu sejak diagnosis Amnesia itu. Terapi terus dilakukan Anggi. Jamie juga gencar mengajak Anggi menyambangi tempat-tempat yang dulu sering keduanya datangi. Memutar lagu-lagu yang dulu biasa mereka dengarkan bersama, putar film-film yang dulu mereka saksikan bersama, mengenalkan Anggi dengan anak-anak Nayanika. Pokoknya Jamie seperti mengenalkan diri dan dunia yang ia jalani pada orang baru. Mulai ulang, benar-benar dari nol. Sungguh tidak mudah. Jamie sering dihantam nelangsa saat kebiasaannya yang dulu dihafal Anggi di luar kepala sekarang harus kembali Jamie beritahukan satu persatu, dan usaha keras Jamie belum membuahkan hasil hingga detik ini.
Memori tentang Jamie dan segala hal yang bersangkutan dengannya belum mampu Anggi ingat barang satu pun. Pergantian hari bukannya membawa Jamie merasa lebih dekat pada Anggi, justru sebaliknya, Jamie seperti bisa melihat diri mundur makin jauh dari perempuan itu. Padahal Anggi ada di sisinya, bisa ia dekap, bisa ia pandang, bisa ia ajak bicara, tapi ia kehilangan.
Anggi yang mencintainya hilang.
"Aku enggak nyangka kamu famous banget." Anggi terkekeh, ingat tadi siang ia diajak ke Mall dan banyak yang minta foto bareng Jamie. Sheila memang bilang kalau Nayanika salah satu band paling populer di Indonesia sekarang, tetapi Anggi tak menyangka itu betulan. Anggi nyaris tersisih saat Jamie mulai dikerumuni fans jika saja lelaki itu tak sigap menggamit lengan Anggi. Oh, Anggi merasa hidup dalam mimpi, punya suami superstar yang dicintai banyak orang. "Aku cemburu dikit, nih. Mana kata Gigi dulu kamu sering buka baju kalau manggung. Itu kayak gitu motivasinya apa sih, Jam?"
Jamie meringis. "Dulu khilaf, Yang."
"Khilaf tuh sekali."
"Aku juga sekali."
"Sekali di setiap bulan?"
"Iya, hehe ...."
Anggi mendengkus geli. "Parah kamu. Aset aku dipamerin gitu," protesnya.
"Mereka cuma lihat, kamu kan bisa pegang. Tetep kamu yang menang."
"Ada mulu jawabannya."
"Kan bener." Jamie terkekeh, dengan gemas menciumi kepala Anggi, tuai gerutuan perempuan itu. "No need to be jealous, all of me is already yours."
Anggi mendongak, mata bulatnya itu mengedip lucu. "Kenapa kamu suka aku? Dari sekian banyak perempuan keren yang naksir kamu di luar sana, kenapa pilih aku? Padahal aku rasa aku nggak punya hal-hal luar biasa yang cukup untuk bikin kamu suka. Dunia kita tuh beda banget ternyata. Dunia kamu gemerlap, sementara aku sepi. Terus gimana ceritanya sampe kita bisa yakin mutusin untuk nikah? Kok aku berani banget nerima kamu yang keren ini? Kok gak insecure sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Take a Chance With Me
Fanfiction"Kita udah pernah nyoba sekali, lalu kita berakhir gagal. Tapi ternyata di antara mereka yang datang ke hidup aku dan kemudian memilih pergi meninggalkan, aku masih berharap kamu jadi satu-satunya yang datang untuk kemudian menetap. Nggi, mau nggak...