12. Call Me

348 75 15
                                    

Jika ada orang yang membenci Dion setengah mati, sampai-sampai ingin sekali membunuhnya dengan cara paling keji, maka itu adalah Jamie orangnya. Rasa murka Jamie kepada Dion mungkin sama besar dengan Anggi yang merupakan korban dari kebejatan lelaki itu. Bahkan bisa jadi lebih besar. Maka saat ia mendengar Dion kembali menampakan diri usai sekian tahun hilang bak ditelan bumi, langsung mendidih amarah Jamie. Ia hanya tak mengerti, kenapa bisa Dion tebal muka menunjukkan eksistensi di hadapan Anggi setelah melakukan perbuatan hina pada keponakannya sendiri. Jamie, sungguh kesusahan menebak jalan pikir si brengsek itu.

"Enggak, enggak!" Anggi memegangi lengan Jamie erat-erat saat lelaki itu nyaris membuka pintu mobil. Anggi tak mau Jamie naik ke lantai di mana Oma dirawat dan membuat keributan di sana. Jika Jamie sampai menemui Dion, pasti bakal meledak amarahnya.  "Jangan, tolong jangan pergi ke sana."

Jamie mengeraskan rahang, menatap dingin stir kemudi. Urat menyembul di batang lehernya, mengindikasikan ada amarah yang menggelegak dalam dirinya. "Nggi," bisik Jamie, kentara sedang berusaha mengontrol emosi. "Setelah empat tahun lalu aku nggak bisa ngasih satu pun pukulan ke dia, kamu pikir sekarang aku bakal biarin dia lolos gitu aja? Enggak, Nggi. Bakal aku bikin si brengsek itu nyesel udah nyentuh kamu. Penyesalan yang bikin dia sampai mikir kalau kematian itu lebih baik. Demi Tuhan, dia harus ngerasain putus-asanya kamu dulu."

Anggi menggeleng samar, tidak suka mendengarnya. Ia mengerti seberapa benci Jamie pada Dion, sebab Anggi pun merasakan yang sama. Namun, Anggi sungguh takut dengan apa pun yang ada di kepala Jamie sekarang. Anggi tahu senekat apa Jamie. Lihat saja dari masa lalunya yang kelam itu, yang ia pernah melakukan percobaan bunuh diri, bukankah tidak mustahil Jamie nekat membunuh juga? Anggi tidak masalah kalau Dion mati, tetapi Anggi tidak rela lelakinya memasuki jeruji besi hanya karena musnahkan sampah seperti Dion. "Jangan temui dia sekarang, Jam. Jangan saat kamu lagi emosi kayak gini. Nanti malem kamu juga kan harus manggung, jadi kamu enggak boleh lakuin sesuatu yang—"

"Percuma," sela Jamie, menoleh untuk menunjukkan mata yang perlihatkan betapa bencinya dia pada Dion. Jamie tidak bisa tenang hanya dengan satu nama yang tadi singgahi telinganya. "Mau nunggu kepalaku dingin dulu? Percuma, cuma denger namanya aja udah bikin dadaku panas. Apalagi sampai lihat wajahnya—enggak akan ada detik di mana aku enggak emosi kalau urusannya menyangkut Dion."

"Terus kalau sekarang kamu ke sana, kamu mau apain dia?" tanya Anggi, semakin erat pegangannya ke tangan Jamie. Anggi takut sekali. Berdebar keras lagi jantungnya melihat Jamie kehilangan ketenangan seperti ini.

"Apa aja," balas Jamie. "Bakal aku lakuin apa pun biar dia nyesel—"

"Enggak, Jam." Anggi meraih tengkuk Jamie, menariknya dengan lembut hingga kening mereka bersentuhan. Dari jarak kelewat dekat, ditatapnya mata Jamie yang kehilangan binar. "Aku bakal marah kalau kamu lakuin sesuatu yang enggak guna. Pamanku sampah, kamu jangan kotori tangan kamu dengan berurusan sama dia."

"Nggi—"

"Aku sayang sama kamu." Suara Anggi agak goyah efek menahan tangisan. Ia menggeleng lemah, menangkup pipi Jamie, menatapnya dengan mata yang mengkilat karena air mata. "Aku gak mau kamu kenapa-napa. Jadi jangan, ya? Jangan lampiasin amarah kamu dengan cara anarkis. Aku nggak akan seneng lihat dia menderita sementara tangan kamu ikut luka-luka. Tolong, aku cuma punya kamu sama Oma."

Jamie tertegun, tak menyangka Anggi akan berpikir sejauh itu. Berangsur melembut tatapannya saat dapati air mata mulai menuruni pipi sang istri. Turut serta reda gelombang amarah di dadanya. Ya, benar, bukan tentang menghukum Dion yang penting saat ini. Hal pertama yang harusnya Jamie cari tahu adalah keadaan Anggi. Jamie menghela napas, merengkuh Anggi. "Maaf," bisiknya. "Maaf melewatkan yang paling penting. Harusnya aku enggak mengedepankan emosi dan lebih dulu tanya keadaan kamu, Nggi."

[✓] Take a Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang