19. Sebentar

408 74 12
                                    

Jamie tak akan membiarkan masalah ini berlarut-larut. Di hari itu juga, di siangnya, Jamie mendatangi rumah Kevin. Cukup lama ia menekan bel pada pintu sampai akhirnya Kevin keluar dan tentu saja—tidak ramah sambutan yang diberikannya. Wajah Jamie nyaris dihantam tinjuan lelaki itu seandainya teriakan Sheila tidak menginterupsi. Tangis frustrasi Sheila yang kemudian menyelamatkan Jamie dari amukan Kevin. Namun, drama di teras rumah berlanjut, sebab ternyata Jamie datang bertepatan dengan dua sejoli itu tengah ribut, mendebatkan soal foto. Akan tetapi bagi Jamie, hal tersebut justru bagus, biar Jamie bisa sekalian ikut meluruskan kekeliruan.

Bukan perkara mudah membujuk si drummer Nayanika itu untuk duduk bersama mendiskusikan masalah ini. Jamie sempat diusirnya. Akan tetapi, sekali lagi, tangisan si Bumil berhasil meluluhkan amarah Kevin. Berakhir dengan ketiganya duduk bersama di ruang tamu. Didekap suasana yang tidak mengenakan. Kendati begitu, Kevin tetap berikan Jamie dan Sheila kesempatan menjelaskan. Usai dengar pembelaan diri mereka, Kevin masih sangsi. Curigai mereka bersekongkol membodohinya. Namun, kebenaran akan selalu menemukan jalan untuk mengubah yang abu jadi putih atau hitam. Di sini, Arjuna adalah jalan. Sang vokalis Nayanika itu hadir di tengah-tengah keputusasaan Jamie.

Arjuna datang membeberkan realita perihal Sagara yang pernah menaruh rasa pada Anggi, serta alasan Sagara malam itu pergi menemui Anggi. "Gue beneran minta maaf ke kalian karena udah narik Sagara ke tengah-tengah kita sampai bikin masalah ini terjadi. Tapi, Jam, Sagara gak punya niat jelek di awal. Ambiguitas yang gak sengaja dia lihat pas lo sama Sheila interaksi bikin dia salah paham. Dia ngiranya lo sama Sheila ada main di belakang. Sisa perasaan Sagara ke Anggi bikin dia gak terima, apalagi setelah ngelihat kalian ciuman—" Pada kata terakhir, Arjuna mengangkat kedua tangannya sejajar telinga, kemudian menggerakkan jari tengah dan telunjuk sebagai sign tanda kutip, "Makin kecewalah dia. Sagara salah, tapi dia nggak punya niat jelek untuk rumah tangga lo sama Anggi."

Kevin yang kedua tangannya terlipat di dada pun menatap satu demi satu wajah mereka, fokusnya berhenti di Jamie. "Kalian gak kongsi bohongin gue, 'kan—aduh! Kok lo mukul gue?" protesnya pada Sheila yang barusan menggebuk kepala Kevin pake bantal.

"Gila ya lo!" Sheila capek, seriusan. "Udah dijelasin segitu detail pun lo masih enggak percaya! Harus gimana lagi gue, Kevin?" Tenggorokan Sheila perih lantaran mati-matian menahan tangis. Di satu sisi ia bisa memaklumi keraguan Kevin, tetapi di sisi lain tak terima terus dicurigai—ia frustrasi.

"Bukannya gue yang harus marah?" Kevin mulai ketar-ketir mendapati Sheila ancang-ancang menangis lagi.

"Gue juga berhak marah!" Tiba-tiba Sheila menyalak galak, air matanya meluruh ke pipi. "Lo raguin gue, Vin. Raguin kesetiaan gue. Cuma lo cowok yang gue izinin hamilin gue, yang lain enggak! Tapi gue masih aja diraguin! Gue lagi hamil lho! Ngapain gue main belakang sama orang lain! Bawa anak lo di perut aja rasanya berat! Ngapain gue effort banget sembunyi-sembunyi buat selingkuhin lo! Bikin capek aja!"

Mendengarnya, Kevin pun beringsut merapatkan diri pada sang istri, lalu memeluknya sambil meminta maaf. Sementara Jamie dan Arjuna kompak melengos sembari melepas deheman. Suasana mendadak canggung gini, ya?

"Awas lo!" Sheila mendorong Kevin. Melanjutkan omelannya, "Sini, Jam. Cipokan aja kita biar orang ini puas."

"Ay, ampun, Ay. Percaya gue percaya." Kevin lekas menggamit lengan Sheila, dengan manja mengusak-usakan pipi ke bahu perempuan itu. "Gue enggak raguin lo, astaga. Emang jahanam aja itu angle fotonya. Ya gue yang cinta setengah mampus sama lo jelas sakit dong lihatnya. Maaf atuh, Ay—" Kevin melongo ketika pegangannya dilepas paksa oleh Sheila. Mengedip-ngedip lambat mata lelaki itu, memandang punggung Sheila yang menjauhinya.

"Gue enggak ikutan, ya," kata Arjuna sambil usap tengkuk. "Ini udah masuk ranah pribadi yang gak boleh gue ikut campuri. Betul, bro Jamie?" tanyanya.

Jamie mengangguk mantap. "Betul, bro Juna. Karena masalah udah clear, kuy kita cabut dan kasih waktu buat mereka lanjut ribut-ribut—" Jamie dipaksa mingkem oleh bantal yang mendadak mendarat di mukanya.

[✓] Take a Chance With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang