Kediaman Chivaaree, 14 Februari 2024
Seharusnya hari ini Januar sibuk dengan beberapa pertemuan dengan rekan bisnisnya, tetapi semua agendanya dia tunda karena dia masih sangat berduka dan tidak ingin meninggalkan Wira sendirian. Fino, Gunsmile, Pakin dan Mike saat ini ada di ruang tamu rumah Wira. Sedangkan Januar menemani Wira beristirahat.
"Gua masih ngga percaya Bayu pergi secepet ini, boss", kata Mike pada Gunsmile.
"Ngga ada yang percaya, bro. Semuanya terjadi begitu cepat"
"Kemarin padahal baru aja gua seneng dapet kabar dari Janu kalo Sabtu malem nanti kita bakal kumpul-kumpul, seru-seruan", Mike menghela nafas panjang lalu menutup wajahnya.
Gunsmile merebahkan tubuhnya diatas sofa, pandangannya menerawang. "Iya.. harusnya weekend ini kita seneng-seneng bareng. Siapa sangka kemarin adalah makan siang terakhir gua sama dia"
Fino yang mendengar kalimat papanya, menunduk dan kembali menitikkan air mata. Sakit dalam hatinya tidak bisa hilang. Kehilangan salah satu sosok panutannya dengan sangat tiba-tiba, membuatnya merasa berada dalam mimpi. Pakin yang saat itu duduk di sebelah Fino langsung memeluknya dan membiarkannya menangis.
"Gua gpp, Mas", kata Fino dengan suara parau.
"Udah gpp.. Lu boleh pake pundak gua untuk nangis sepuas Lu, Fin.. Gua emang ngga sedeket itu sama Om Bayu. Tapi gua ngerasain banget kesedihan Lu, Janu, papa Lu, Om Mike. Semuanya. Gua bisa rasain kesedihan kalian semua.."
"Gua.. Gua ngga percaya Daddy udah pergi, Mas. Dia salah satu panutan gua. Salah satu inspirasi gua. Salah satu kebahagiaan gua. Gua ngga mau dia pergi, Gua ngga mau.....", isakan Fino kini terdengar jelas. Membuat mata Pakin terasa panas dan ikut meneteskan air mata.
"Iya, Fin.. Iya.. Ngga ada yang mau dia pergi.. Tapi kita semua ngga bisa apa-apa.. Ini udah jadi kehendakNya.. Kita cuma bisa ikhlas.. Gua tau lu bisa ngadepin ini, Fin.. Gua tau lu kuat.. Kita semua harus jadi kuat demi Om Bayu juga", kata Pakin sambil mengelus punggung Fino yang masih menangis dalam pelukannya.
"Iya, Mas.. Daddy pernah bilang kalo semuanya pasti akan berakhir bahagia, kalo ngga, maka itu bukanlah akhir.. Jadi Gua harus kuat, demi Papa Wira juga.. Gua ngga boleh jadi lemah.. Gua mau jagain dan nemenin Papa Wira.. Karena jalan Gua sama Papa Wira ngga berhenti sampe disini", walaupun masih ada senggukan disela-sela kalimatnya, tapi Fino sudah berhenti menangis.
"Iya,.. Gua yakin lu sama Om Wira bisa.. Janu juga..", kata Pakin sambil tersenyum dan menatap Fino.
"Anak papa ngga boleh cengeng ah..", kata Gunsmile pada Fino.
"Papa ngaca deh, mata Papa lebih merah dari Abang"
"Hahaha, bener lagi. Mata lu merah banget, boss", Mike ikut menimpali omongan Fino.
"Kelilipan!", jawab Gunsmile sambil memalingkan wajahnya dan diam-diam menghapus air mata di ujung matanya.
"Ohiya, Mas. Kerjaan Saya hari ini gimana ya, Mas?", tanya Fino pada Mike, manajernya.
"Ngga usah dipikirin, Kamu kan sedang ditugasin untuk gantiin Tisa sampe dua hari kedepan, jadi emang seharusnya kamu ada disini, temenin Januar ya. Untuk rincian jadwal dia nanti Saya minta Tisa untuk email. Tapi hari ini kamu cukup stay disini aja temenin Januar. Kerjaan di kantor biar Saya dan Ford yang handle"
Fino mengangguk.
***
Januar setia menemani Wira, dia tak pernah pergi dan selalu ada di sampingnya.
"Mom... Mommy istirahat yaa.. tidur.. Kakak temenin", bujuk Januar.
Wira hanya berbaring dengan tatapan kosong. Salah satu tangannya mengenggam erat tangan Januar. Sejak semalam, Wira tak mengatakan apapun. Bahkan selama prosesi pemakaman, hanya ada senyum tipis di wajahnya sambil terus melihat makam Bayu. Kepada orang-orang yang hadir pun dia hanya memberi senyuman , tak mengucapkan apapun. Memang terlihat Wira sudah ikhlas akan kepergian Bayu, tapi siapa yang tahu apa yang dia rasakan jauh di lubuk hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIVERSE
Fanfiction"kok dunia ini sempit banget sihh, kenapa gua harus ketemu sama orang gila ini lagi" - Fino "oh, ternyata dia anak magang diperusahaan gua, here we go" - Januar "wah ada dede gemes baru pindah apart, semoga jadi tetangga gua" - Pakin some parts of t...