[5]: Ketemu lagi

33 11 0
                                    

*
*
*
✿❛~Happy Reading~❛✿

Pagi hari yang cerah. Disebuah rumah mewah. Ada seorang gadis yang sedang terbaring diatas kasur. Gadis itu adalah Cila.

Ya, semalam Gibran memang membawa Cila ke rumahnya. Karna ia tidak tau dimana gadis itu tinggal. Merasa kasihan, jadi ia pun membawa Cila pulang saja.

Cila menggeliat. Tidurnya merasa terganggu oleh cahaya yang masuk dari celah gorden. Gadis itu pun perlahan membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah ruangan yang asing baginya.

"Dimana aku?"

Cila mendudukkan tubuhnya sambil melihat sekeliling sudut ruangan tersebut. Tiba-tiba, suara pintu dibuka mengalihkan perhatiannya.

Lalu, seorang pria tampan masuk dengan membawa sebuah nampan dengan segelas susu diatasnya. Pria itu adalah Gibran.

Gibran tertegun pelan, saat menyadari bahwa Cila sudah bangun. Ia pun terus berjalan menghampiri Cila yang sudah was-was dengannya.

Diletakkannya nampan tersebut dan ia duduk dipinggir kasur, lalu menatap Cila.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Gibran.

Cila tersentak pelan. Ia remas selimut tebal dengan kuat.

"Sa-saya ba-baik tuan" jawabnya takut.

Gibran tersenyum tipis. Ia tau, bahwa gadis didepannya itu tengah takut padanya, mungkin memikirkan hal-hal yang aneh.

"Jangan takut. Saya yang menolong mu saat pingsan didepan bar dan saya tidak akan berbuat macam-macam kepada kamu" ucap Gibran.

Mendengar itu, Cila langsung teringat pada malam tadi. Dimana ia dan kedua temannya pergi kesebuah bar dan Rara memaksa memasukkan minuman beralkohol ke mulutnya. Lalu, ia berlari sempoyongan keluar dari bar dan tak sengaja ia menabrak seseorang dari belakang, kemudian ia tidak ingat apa-apa lagi.

"Kau sudah ingat?" Cila menatap pada Gibran.

Cila mengangguk lemas.

"Kau ingat siapa saya?" Tanya Gibran lagi.

"Iya. Saya ingat tuan. Saat didepan minimarket dan saya menabrak tuan sampai ponsel tuan terjatuh" jawab Cila yang sekarang kembali merasa takut.

"Kamu bilang akan mengganti rugikan?". Cila mengangguk cepat.

"Kalo begitu, sebagai gantinya. Kamu harus jadi istri saya!"

"HAHH!!!" Cila terkejut dengan perkataan Gibran tadi.

"Jangan berteriak!"

"Lagian tuan. Emangnya pernikahan itu candaan?" Ucap Cila yang sudah tidak merasa takut pada Gibran, melainkan kesal.

"Saya tau. Tapi, siapapun yang memakai gelang milik saya, maka dia harus menjadi istri saya!" Sebenernya, Gibran sudah menyadari gelang malam tadi. Jadi, ia mempunyai ide untuk itu.

Dahi Cila mengerut. Gelang? Ia pun melihat gelang berliontin bintang yang ia pakai. Apa ini yang dimaksud pria itu?

Cila melepaskan gelang itu dari tangannya dan menunjukkannya pada Gibran.

"Gelang ini yang tuan maksud?"

"Iya"

'Jadi gelang ini milik tuan ini. Alamak! Habislah aku' batin Cila.

"Bagaimana? Kau bersedia?"

Cila bingung harus bagaimana. Cila akui, pria dihadapannya ini sangat tampan, sesuai dengan kriteria lelaki idamannya. Tapi ini... Entahlah, hanya tuhan yang tahu.

CINTA UNTUK CILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang