[24]: Kenangan Maudy

10 1 0
                                    

*
*
*
*
✿❛~Happy Reading~❛✿

Saat ini, Cila sedang merapikan barang belanjaan yang ia beli dimall siang tadi. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Cila masih saja merapikan barang baru miliknya, dibantu oleh Sindi. Karna Cila yang meminta.

"Wah, nyonya. Banyak sekali ternyata, ya" ujar Sindi saat melihat belanjaan tersebut.

Cila menghela nafas.

"Iya, Sin. Mas Gibran sangat bersemangat memilih ini semua. Aku ingin saja menolaknya, tpi aku tidak enak"

Kini, semuanya sudah dirapikan. Lalu, Cila membawa tumpukan baju barunya untuk dimasukkan kedalam lemari. Setelah itu, ia lanjut untuk menata makeup barunya dimeja rias milik Gibran suaminya yang kini juga miliknya.

"Kau belum selesai juga, sayang?" Tanya Gibran saat masuk kedalam kamar, setelah bergulat dengan berkas-berkasnya diruang kerjanya.

Sebelum itu, Sindi sudah izin permisi, meninggalkan dua majikannya dan kembali ke kamarnya.

Cila menoleh. "Baru saja" jawabnya.

"Kau suka dengan semuanya?" Tanya Gibran sambil berjalan mendekati Cila.

"Suka" jawab Cila ragu. "Tapi... Apa ini tidak–"

Gibran menempelkan telunjuknya ada bibir Cila yang membuat ucapannya terpotong. Ia tatap wajah cantik milik Cila. Lalu, ia elus lembut surai hitam milik istrinya itu.

"Suttt. Jangan katakan itu lagi. Aku sudah bilangkan"

"Iya. Aku hanya tidak terbiasa dengan semua ini, mas. Kau membelikan ku banyak pakaian dan barang baru, sedangkan punyaku yang lama masih bisa aku pakai" tutur Cila.

"Tidak apa, sayang. Mas melakukan ini semua hanya untukmu" ujar Gibran.

"Aku tau, mas. Setidaknya kita harus bisa irit" timpal Cila.

"Ya, walaupun hidup dan ekonomi kita berkecukupan. Sebaiknya, kita harus bisa irit. Tidak boleh menghamburkan uang hanya untuk kesenangan kita. Intinya, tidak boleh boros" sambung Cila.

Gibran tersenyum mendengar peneluturan istrinya itu. Lalu, ia mengangguk.

"Baiklah, istri kecilku. Mulai sekarang, mas akan menuruti dan patuh dengan apa yang kau katakan" ucap Gibran.

"Tapi, untuk sekarang. Kau harus menerimanya" ujar Gibran.

Cila mengangguk.

"Baiklah, mas"

"Terima kasih, Sayang"

~~~~~>CUC<~~~~~

Keesokan harinya. Seorang wanita terlihat tergesa-gesa masuk kedalam rumah mewah dihadapannya itu.

"Tante!" Teriaknya saat sudah didalam.

Sang pemilik rumah pun muncul dari arah belakang rumahnya dengan ekspresi wajah herannya.

"Ada apa kau berteriak pagi-pagi sekali, Lisa?" Tanya sang pemilik rumah yang tak lain adalah Maudy.

Lisa, wanita yang berteriak tadi, hanya menatap kesal pada Maudy.

"Tante sudah berjanji kan, akan menikah kan ku dengan Gibran. Tapi, kenapa tante membiarkan Gibran menikah dengan gadis itu?" Ucap Lisa kesal.

Maudy menghela nafas. Sudah ia duga, Lisa pasti akan mempersalahkan hal ini. Lalu, ia membawa Lisa untuk duduk disofa.

"Tenang, Lisa. Duduklah dulu"

CINTA UNTUK CILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang