PENASARAN? BACA!!!
FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!!
-
"Kau akan terus menjadi milikku, sekarang, besok dan selamanya" -GIBRAN ARKANA PRADIPTA.
-
-
"Aku tidak tau cara untuk mencintai seseorang. Jadi, ajarkan aku cara itu perlahan demi perlahan. Sampai ak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam yang gelap, kini sudah digantikan oleh sang mentari yang sebentar lagi akan mendudukinya singgasana nya. Dipagi yang sejuk dengan suara burung yang merdu, menemani dua orang yang masih tertidur disebuah saung tua.
Semalam, saat mereka mencari tempat untuk beristirahat. Cila menemukan sebuah saung tua yang tau jauh darinya. Setelah itu, mereka berdua pun menghampiri saung tersebut dan berniat untuk beristirahat disana.
"Kau tidurlah. Aku akan menjaga disini" ucap Gibran sambil menghampiri sebuah pohon besar yang berdiri tepat disebelah saung.
"Baiklah. Selamat malam, tuan" Cila yang paham, hanya menuruti perkataan Gibran dan langsung tidur dibawah saung tersebut, mengingat kalo ini sudah tengah malam.
Cahaya mentari kini sudah terbilang mulai cerah. Cila yang terganggu dengan cahaya tersebut, perlahan membuka matanya. Menetralkan pengelihatannya, lalu bangun.
Ia menatap sekeliling dan berhenti saat melihat pada Gibran yang masih tertidur pulas sambil menyandarkan punggungnya pada pohon besar dibelakangnya.
Krukkk krukkk
Cila merasakan perutnya keroncongan. Lalu, ia bangkit dari duduknya dan kepalanya mendongak melihat pada pohon-pohon, berpikir akan menemukan buah yang bisa dimakan.
"Pohon disini tidak berbuah" ujarnya saat tidak menemukan apapun diatas.
"Aku harus makan apa? Perutku sangat sakit" Cila terus saja memegangi perutnya. Ia ingat, dari semalam dia belum makan. Maka dari itu, ia keluar malam untuk membeli makanan, namun ia malah diculik dan berakhir tersesat di hutan.
Gibran terusik oleh cahaya mentari yang mengenai matanya. Ia pun perlahan membuka matanya. Pandangan pertama yang ia lihat adalah seorang gadis yang tengah berdiri didepannya sambil memegangi perut.
Seketika sebelah alis Gibran terangkat, melihat Cila yang tengah memegangi perutnya terus.
"Cila!" Panggilnya sambil bangkit dari duduknya.
Sang empu pun membalikkan tubuhnya hendak menghadap pada Gibran. Namun, Cila tidak tau kalo Gibran berdiri tetap dibelakangnya.
Bugh
"Aduhh!"
Sontak Cila menabrak dada bidang Gibran, karna ia tidak tau. Ia pegang keningnya dan mendongak menatap Gibran.