[27]: Bimbang

5 1 0
                                    

*
*
*
*
✿❛~Happy Reading~❛✿

Keesokan harinya. Gibran baru saja selesai melakukan joging. Kini, ia masuk kedalam rumah dengan tubuh yang dipenuhi keringat.

"Sayang" panggilnya sambil mengelap keringat diwajahnya menggunakan handuk kecil yang ia bertengger dipundak nya.

Cila muncul dari arah dapur. "Iya, mas" ujarnya sambil menghampiri sang suami.

"Kenapa, kamu muncul dari dapur?" Bingung Gibran.

"Tidak. Aku hanya melihat-lihat pada pelayan. Niat hendak membantu. Tapi aku ingat dengan apa kau katakan" jelas Cila yang mendapati elusan lembut di kepalanya.

"Ya sudah. Mas mending mandi dulu sana. Badan mas keringetan" ujar Cila.

"Tapi, mas ingin memelukmu dulu" usil Gibran.

"Tidak mau" tolak Cila lembut sambil memundurkan sedikit tubuhnya.

Gibran terkekeh. "Mas, hanya bercanda. Ya sudah, mas keatas dulu" Gibran pun berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Cila yang ditinggal pun, lantas berjalan menuju sofa ruang tengah dan langsung mendaratkan bokongnya, lalu menyalakan TV untuk mencari hiburan.

Sudah terhitung tiga hari ia berada di Swiss, tepatnya di kota Bern. Selama ini, ia hanya diam dirumah tanpa melakukan apapun selain makan dan menonton TV, ataupun bermain ponsel dan juga berkeliling disekitaran rumah.

Sebelumnya, ia sering bekerja di kafe. Namun, setelah menikah, Gibran menyuruhnya untuk berhenti bekerja dan menjadikannya sebagai pemilik besar kafe tempat ia bekerja.

Disaat sedang asik menonton TV, tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Ia raih ponselnya yang berada diatas meja dan melihat siapa yang meneleponnya.

Kiki♡ is calling...📞

"Kiki!" gumamnya terkejut, saat melihat nama yang tertera.

Lalu, ia pun menekan ikon hijau dan sambungan pun terhubung.

"Ha-hallo, Ki"

"Hallo, Cila. Aa, aku kangen banget sama kamu. Dua hari lagi, aku akan pulang. Jadi tunggu aku ya" ucap Kiara dari seberang sana tanpa henti.

Mendengar itu, Cila sontak tersentak. Kiara akan pulang dua hari lagi dan ia masih akan berada di Swiss tiga hari lagi. Cila takut, kalo Kiara pulang nanti tidak mendapati ia dirumah. Ia harus bilang apa.

"Cila, kau masih disana?" Panggil Kiara yang tidak mendengar suara Cila.

"Aa, i-iya. Aku akan menunggumu. Cepatlah pulang" ujar Cila gugup.

"Baiklah. Aku akan tutup dulu telponnya. Dah!"

Tut Tut Tut

Panggilan pun diputus secara sepihak oleh Kiara. Namun, Cila masih saja menempelkan ponselnya pada telinga.

Gibran yang sedang menuruni tangga, terheran saat melihat Cila melamun dengan ponsel yang ditempelkan pada telinganya.

CINTA UNTUK CILA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang