Dua Belas

11 1 0
                                    

Hari Sabtu ini Armand mengajak Tia untuk menginap di rumah Gilang. Merayakan kehamilan Lena, katanya. Armand bilang Gilang dan Lena baru mengetahui kehamilan Lena ketika kehamilannya sudah berumur enam belas minggu. Armand juga mengatakan bahwa ini adalah anak yang mereka tunggu selama enam tahun pernikahan mereka.

Ketika Armand dan Tia sampai di rumah Gilang dan Lena, sudah ada Nero dan Dilan dengan Catty-- pasangan Dilan kali ini. Padahal Tia ingat sekali pacar Dilan ketika di acara ulang tahun Nero bukan Catty. Ketika Tia bertanya kenapa hanya tiga orang saja yang diundang, Gilang bilang ini hanya perayaan antar teman Gilang saja, dan Dilan lah yang memaksakan ide ini pada Gilang. Padahal Gilang dan Lena memang berencana untuk mengadakan syukuran minggu depan. 'Itu kan resmi, Lang. Ini cuman antar kita aja yang nunjukin kalau diantara kita berempat sudah ada yang mau buntutan' itu yang dikatakan Dilan ketika Gilang menggerutu kalau kumpulan antara sahabat ini tidak perlu.

Tia tertawa melihat perdebatan mereka. Seketika mengingatkannya pada Ana dan Lea, sahabatnya yang pasti selalu ada di sampingnya dalam keadaan apapun dan selalu mengadakan acara-acara aneh hanya untuk mereka bertiga.

Lena merangkul pundak Tia dan mengajaknya ke dapur, bersama catty. "Kalau mereka ke rumah, pasti aja ada yang didebatkan. Gak ngerti banget kalau istrinya ini butuh ketenangan," gerutu Lena ketika mereka berjalan ke dapur.

"Mereka sering ke sini?" tanya Tia penasaran.

"Bukan sering lagi, hampir tiap minggu mereka ke sini. Katanya karena Gilang yang punya isteri, berarti cuman Gilang yang berpotensi punya banyak makanan."

Tia tertawa. Dia bisa menebak siapa yang mengatakan hal itu. Siapa lagi kalau bukan Dilan yang slengean.

"Jadi udah berapa lama kamu jadi korbannya Dilan?" tanya Lena pada Catty.

Harus Tia akui selera Dilan memang bukan main-main. Pacar Dilan kali ini tidak kalah cantiknya dengan pacar Dilan yang terakhir. Dengan mata sipit, hidung mancung, bibir kecil, dan bentuk wajah oval, membuat wanita itu terlihat imut. Ditambah dengan rambut coklat bergelombang yang membingkai wajahnya.

Catty tersenyum masam. "Sebenernya gue kalah taruhan dari temen-temen gue." Lena dan Tia mengerut heran. Mereka memutuskan untuk duduk di gazebo yang ada di belakang rumah Lena dan Gilang alih-alih menyiapkan makanan di dapur.

"Maksudnya?" tanya Lena penasaran.

"Sebenernya gue ama kedua temen gue ogah-ogahan jadi temen date nya Dilan kali ini. Siapa sih yang gak tahu kalau Dilan itu 'abis manis sepah dibuang'? penjahat kelamin yang cuman nikmatin tubuh cewek-cewek Kota Jakarta," jawab Catty. "Nah kemaren gue ama kedua temen gue taruhan tuh siapa yang berani taklukkan Dilan tanpa kudu bobo bareng. Dan gue yang kena."

Lena tertawa keras dan Tia mengangkat sebelah alisnya. "I'm not sure you'll win. I know how bastard he is and how sweet his flattery. Kamu harus punya mental baja buat ngalahin dia," ujar Lena.

"Apa untungnya buat lo, Kate?" tanya Tia. Penilaian Tia terhadap Catty benar-benar menurun drastis setelah mengetahui jawaban Catty. Pasalnya, dia tidak pernah menyukai kata 'taruhan' terlebih sebrengsek apapun yang dijadikan bahan taruhan.

Catty mengedikkan bahu. "Asik-asik aja, si. Coba deh lo pikir, gimana wajah Dilan kalau tahu dia udah gue mainin? Pasti lucu banget, kan? Si penjahat kelamin kalah dalam genggaman Catty."

Tia mendelik kesal. Entah kenapa dia merasa yakin Catty lah yang akan kalah dan terpuruk.

***

Malam harinya mereka bertujuh ditambah adik Lena yang ikut tinggal dengannya, Abi, memutuskan untuk barbecue-an di halaman belakang rumah. Lena bilang kalau orangtua mereka pergi jauh. Tia tidak berniat bertanya lebih jauh karena melihat ekspresi Lena yang enggak mengatakan apa-apa perihal orangtuannya. Ada dua kelompok yang memasak; para laki-laki yang memanggang daging dan para perempuan yang mengatur tempat duduk. Gilang dan ketiga temannya memang sudah sering melakukan hal ini seperti apa yang Lena katakan, hampir tiap minggu mereka melakukannya.

The Lies Behind UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang