Mulmed : Trauma - Elysa feat Aan Story.
💔💔💔
Chava menarik napas dalam-dalam. Tangan kirinya menyangga kepala, sedangkan tangan kanannya asik memutar-mutar sedotan di gelas juice strawberry yang hampir tandas isinya. Sesekali tatapannya menoleh ke arah pintu cafe, berharap sosok yang ditunggunya muncul dari sana.
Sudah hampir dua jam ia duduk sendiri di sudut cafe. Harapannya mulai menipis. Seiring langit yang mulai kehilangan jingganya.
Bukankah sudah biasa seperti ini? Lalu, mengapa kamu sekecewa ini, Chava? Come on!
Meninggalkan lembaran warna biru di atas meja, ia memutuskan untuk menyudahi penantiannya. Selera makannya sudah hilang. Rasa lelah kembali hadir, entah lelah karena padatnya jadwal latihan, atau lelah karena penantian yang tak pasti.
Suasana pusat perbelanjaan di mana cafe itu berada cukup ramai, terlebih ini weekend di tanggal muda. Chava memutuskan untuk sekalian berbelanja beberapa kebutuhannya selama di Jakarta sebelum akhirnya pulang ke asrama.
Sebuah butik yang menjual pakaian pria membuatnya tertarik. Memilih dari deretan t-shirt yang tertata rapi di rak gantung, pilihan Chava jatuh pada sebuah t-shirt warna putih dengan sablon tulisan warna hitam di bagian depan.
"Selesai, mari kita pulang," gumamnya.
Baru satu langkah meninggalkan butik, indra pendengarannya menangkap suara yang begitu ia kenal. "Kevin?" lirihnya. Tatapannya beradu dengan sepasang mata sipit milik cowok yang bernama Kevin itu.
"Chava?" Kevin terpaku.
"Kalian duluan ya, gue mau bicara dulu sama Chava." Empat orang cowok dan lima orang cewek yang bersama dengan Kevin mengiyakan. Mereka pergi meninggalkan Chava dan Kevin.
"Sayang, ikut aku!" Chava hanya menurut saat Kevin menarik tangannya, mencari tempat yang cukup sepi, tah jauh dari area basement.
"Aku minta maaf. Tadi teman-temanku ngajakin dinner, aku nggak enak buat menolaknya."
Chava bersandar di dinding, kedua tangannya terlipat di depan dada. "Di dunia ini ada alat yang namanya ponsel, Kevin. Dua jam... Dua jam aku nungguin kamu. Bisa kan, kalau cuma sekedar bilang 'Chava, maaf kali ini batal lagi ya.'?" Chava berusaha keras menahan luapan kekecewaannya. Dadanya terasa memanas.
"Maaf-"
"Aku nggak pernah larang kamu buat pergi ke mana pun dan sama siapa pun. Tapi tolong, jangan pernah berjanji jika kamu nggak bisa menepatinya." Chava menarik napas dalam, sedangkan Kevin masih terdiam.
"Waktu kita buat quality time itu nggak banyak, tapi sepertinya kamu nggak pernah menaruhku dalam list prioritas selama dua tahun kita bersama."
"Harusnya kamu bisa ngertiin aku, dong. Aku sibuk latihan setiap hari-"
"Hei, Bapak Kevin, jika anda lupa, aku pun sibuk dengan latihan setiap harinya. Dan... sepertinya anda pun lupa jika hari ini hari anniversary kita," tegas Chava.
Kevin berusaha meraih ke dua tangan Chava, namun gadis itu menegakkan kedua telapak tangannya di depan dada.
"Aku lelah. Di hubungan ini sepertinya cuma ada aku." Chava menarik napas dalam-dalam. "Bukan salahmu, ini salahku karena sudah terlalu percaya kalau kamu sudah siap berkomitmen."
"Sayang... please."
Chava menatap lekat mata Kevin. "Ini tidak akan berhasil, Kevin. Sepertinya kita perlu waktu buat memikirkan kembali..." Tatapan Chava beralih ke langit-langit, berusaha menahan bulir bening yang sudah mulai menggenang di pelupuk matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer In Paris || Nathan Noel Romejo Tjoe-A-On
General FictionChava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehangatan keluarga, membentuknya menjadi cowok yang penuh cinta kasih. Jika cinta itu saling melengkapi...