DUA PULUH DUA

2.6K 213 34
                                    

"Kau ikut kami dulu ya, sayang." Melinda mendekap tubuh Chava yang sedikit menggigil.

"Tapi, Tante..."

"Kau bisa berendam air hangat di hotel."

Chava menurut, lagi pula kepalanya mulai berdenyut dan pakaiannya basah kuyup. Akan sulit baginya untuk mencari kendaraan umum.

Sungguh memalukan sekali daya tahan tubuhnya. Baru terkena hujan Paris sekali saja sudah langsung meriang.

Duduk di antara Romeo dan Melinda di dalam mobil membuat Chava tergugu. Rasanya seperti seorang anak yang dijemput oleh kedua orang tuanya.

"Hei, kau kenapa, sayang?" Melinda menangkup wajah Chava. "Ya Tuhan, kau demam." Ia lalu membimbing kepala Chava untuk bersandar di bahunya. Tangannya membelai lembut rambut Chava yang sudah mulai mengering.

"Chava tidak meminta apapun dari Nathan, tapi Nathan sudah memberi saya segalanya, Tante. Kasih sayang dari Nonkel dan Tante... saya belum pernah merasakan sebelumnya. Saya tidak butuh apa-apa lagi."

"Nathan belum pernah seperti ini sebelumnya. Dan kami senang karena dia memilihmu. Mulai sekarang, kau bisa memanggil saya... Mama."

Chava menoleh menatap wajah teduh wanita yang sudah melahirkan Nathan. "Mama?"

"Iya, sayang."

"Mama," lirih Chava. Ia melingkarkan tangannya untuk membalas pelukan Melinda. "Terima kasih, Mama. Chava sayang, Mama."

Melihat pemandangan mengharukan itu, Romeo mengusap lembut kepala Chava sembari memandang wajah sang istri penuh kasih.

"Mama juga sayang kamu, sayang."

***

"Chava di mana, Mam?" Nathan sudah datang dengan menarik kopernya. Ia sudah berkemas sejak kemarin dan kini memutuskan untuk berpindah ke hotel.

"Dia masih di kamar mandi."

Nathan mengambil sebuah paper bag dari dalam tasnya kemudian berjalan ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu.

"Chava."

"Ya?"

"Aku membawa baju ganti untukmu."

Pintu terbuka sedikit. Dari celah-celah Chava menerima paper bag itu. "Terima kasih."

"Jangan terlalu lama. Mama bilang kau demam."

"Ya, aku hampir selesai. Jangan khawatir."

Chava menatap pantulan dirinya di cermin. Bibirnya memang memucat. Tapi bukan itu yang ia pikirkan.

Semoga, keputusan yang kuambil ini tepat. Apa ini yang dinamakan bahagia, Tuhan?

Seutas senyum menghiasi wajah Chava. Ia membuka paper bag dari Nathan. Matanya membulat sempurna melihat isi di dalamnya.

Tunggu dulu, darimana dia tau ukuran ku? Ya Tuhan, malu. Kalau cuma baju luar sih oke. Lah ini? Astaga. Bagaimana caranya dia beli tadi?

Chava memukul sisi kepalanya. Mengusir bayangan Nathan berada di sebuah toko underware.

Tidak. Pasti Nathan minta tolong sama sepupunya, kan?

Mencoba mengabaikan pikirannya itu, Chava bergegas mengenakan pakaiannya. Sedikit kaget saat membuka pintu ternyata Nathan masih berada di sana. Nathan memperhatikan Chava dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Perfect," ucapnya.

Chava tertunduk menyembunyikan senyumannya.

"Kau... mau memakai kamar mandi?" tanya Chava.

Summer In Paris || Nathan Noel Romejo Tjoe-A-OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang