DUA PULUH TUJUH

2.5K 208 34
                                    

"Chava, kesayanganku." Keenan hendak memeluk Chava namun Nathan menahan kerah baju sepupunya itu.

"Hei!" protes Keenan. "Kau pelit sekali," keluhnya. Pada akhirnya ia hanya bisa bersalaman dengan Chava.

Melihat hal itu, Chava langsung terkekeh pelan sembari menggosok telapak tangannya untuk mengurangi hawa dingin. Ini masih musim panas, namun udara di Rotterdam masih terlalu dingin untuk gadis gurun sepertinya.

"Ini pasti terlalu dingin untukmu." Nathan tersenyum sembari menggenggam tangan Chava. Benar saja, tangan gadis itu teraba sangat dingin.

"Aku masih butuh beradaptasi."

"Biar kubawa kopermu, Chava," ucap Keenan sembari mengambil alih gagang koper Chava.

"Punyaku?" tanya Nathan.

"Kau bawa sendiri!" dengkus Keenan.

Nathan tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di pundak Chava sembari mengusap pelan lengan gadis itu bermaksud untuk sedikit mengurangi rasa dingin Chava.

Malam semakin larut namun suasana di luar sana masih cukup ramai. Chava yang awalnya melihat ke jalanan, beberapa kali mulai terantuk.

"Tidurlah, nanti kubangunkan setelah sampai," ucap Nathan.

"Hm?" tanya Chava yang berusaha menahan kantuknya. Mencoba melebarkan mata, namun sudah tidak sanggup lagi.

Lucunya.

Nathan mengulum senyumnya, tangannya merengkuh dan membimbing Chava untuk tidur di pangkuannya.

Terbuai saat Nathan membelai lembut surainya, Chava semakin lelap dalam tidurnya.

"Kecilkan musiknya, Keenan," pinta Nathan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kecilkan musiknya, Keenan," pinta Nathan.

"Chava tertidur?" Keenan menyentuh tombol volume untuk mengurangi volume musik.

"Bagaimana kondisi kakek?"

"Sudah lebih bugar. Kemarin tekanan darahnya sangat turun," terang Keenan. Cowok itu masih fokus ke jalanan.

Nathan membuka jaketnya kemudian menyelimuti tubuh Chava yang semakin meringkuk.

"Apa Indonesia sepanas itu?" tanya Keenan keheranan saat melihat Chava dari spion tengah.

"Kau harus datang ke sana sendiri untuk tau sepanas apa Indonesia."

"Menarik," jawab Keenan.

Tidak sampai setengah jam, laju mobil yang dikemudikan oleh Keenan mulai melambat.

"Sayang, kita sudah sampai." Nathan mengguncang pelan tubuh Chava saat mobil sudah memasuki pekarangan rumahnya.

Chava yang tertidur di pangkuannya, mengerjapkan mata sampai akhirnya mata bulatnya terbuka sempurna.

Summer In Paris || Nathan Noel Romejo Tjoe-A-OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang