Sorak anak-anak bergemuruh saat Chava membidik tepat sasaran.
Apa kau selalu tepat sasaran, Chava?
Kening Nathan berkerut melihat Chava yang masih mematung dengan tatapan kosong. Tubuh gadis itu menggigil. Air matanya sudah jatuh tanpa berkedip.
"Chava." Dengan langkah lebar Nathan berjalan mendekati Chava.
"Hei, kau kenapa? Chava, lihat aku! Chava, kau dengar aku?" Nathan mencoba menggoncang tubuh Chava, namun masih belum ada respons.
Nathan membawa Chava ke dalam pelukannya. "Everything is gonna be oke, Chava," bisiknya. Dibelainya dengan lembut rambut Chava. "Aku ada di sini untukmu."
"Mas Gio," lirih Chava.
Gio? Siapa Gio?
"Nathan?" Suara Chava terdengar bergetar saat gadis itu mendongak dan menatap wajah Nathan.
Nathan membingkai wajah Chava dengan kedua telapak tangannya. Kedua ibu jarinya menghapus jejak air mata di pipi Chava. "Apa yang terjadi?"
Chava menggeleng. Ia memaksa senyumannya. "Mungkin karena aku sedikit... lelah."
Tidak mungkin. Dia masih menyembunyikan sesuatu. Aku akan mencari tahu.
"Oke, kita istirahat dulu," Nathan membimbing Chava untuk kembali ke tempat mereka semula.
"Kak Chava kenapa?" tanya anak-anak cemas. Bahkan ada sebagian dari mereka yang sudah meneteskan air mata.
"Hei, Kak Chava baik-baik saja." Chava memaksa senyumannya. "Sini," ucap Chava sembari merentangkan kedua tangannya. Anak-anak itu berhamburan dan berebut pelukan Chava.
"Chava..."
Chava mendongakkan kepalanya. "Ya?"
"Aku mau ke toilet sebentar. Kau tidak apa-apa jika ku tinggal?" tanya Nathan.
"Pergilah."
***
"Jadi, siapa Gio?" tanya Nathan.
Kali ini ia sudah berada di ruangan suster kepala. Mendengar nama yang disebut Nathan, raut wajah suster itu berubah. "Terjadi sesuatu pada Chava?" tanyanya.
"Chava tampak syok. Dia selalu menggumamkan nama itu."
Suster itu mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian melepas kaca matanya dan meletakkan di atas meja.
"Melihat kesungguhanmu, saya rasa kau harus tau, Nathan."
"Tolong ceritakan pada saya."
Wanita itu menarik napas dalam. "Gio adalah kakak kandung Chava satu-satunya."
"Chava punya kakak? Lalu dimana dia?"
"Gio... sudah pergi untuk selama-lamanya."
Rahang Nathan mengeras dan tangannya mengepal mendengar cerita pilu tentang Chava.
"Yang kami tahu dari cerita Chava, tubuh Gio remuk saat beton itu menimpa dirinya."
Chava... Seberat itu? Dan kau masih bisa sekuat ini. Jadi, ini maksud ucapanmu malam itu? Bagaimana rasanya punya papa mama?
"Tolong jangan menunjukkan sikap mengasihani dia. Dia tidak membutuhkan itu."
"Saya mengerti."
Nathan keluar dari ruangan itu dengan perasaan tak karuan. Membayangkan dirinya berada di posisi Chava kecil saja ia tidak sanggup. Ia yang selalu dikelilingi oleh keluarga yang selalu mendukungnya saja terkadang masih kurang bersyukur. Bagaimana dengan Chava?
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer In Paris || Nathan Noel Romejo Tjoe-A-On
General FictionChava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehangatan keluarga, membentuknya menjadi cowok yang penuh cinta kasih. Jika cinta itu saling melengkapi...