I never thought anyone would ever make me smile, laugh, and capture my heart as fast as you have.
***
"Lo di mana?" tanya orang di seberang telpon.
"Tadi aku ketemu sponsor. Maaf ya, Mbak, nggak bisa gabung hari ini."
"Gue ngerti. Lo masih menghindari Aga."
Chava mengangguk, meskipun ia tau orang di seberang sana tidak melihat.
"Ya sudah, hati-hati, ya."
Sambungan telepon terputus. Chava melanjutkan langkahnya. Menyusuri jalan setapak yang terbuat dari tatanan batu dikelilingi padang rumput yang hijau. Sungguh menenangkan.
"Mamang!" serunya.
Seorang pria paruh baya yang sedang mencabuti rumput liar mendongak. "Neng Chava."
Dengan senyum di bibirnya Chava meraih tangan pria itu dan menciumnya.
"Chava mau galaxy, Mang," ucap Chava sembari melangkahkan kaki memasuki vila itu.
"Eh, Neng Geulis... Kan udah mau ke Paris. Jaga-jaga atuh, Neng."
Chava mencabut busur panah yang menempel di dinding kemudian memeriksa kondisinya.
"Mamang tenang saja, Chava bakal hati-hati.
Keluar dari dalam vila, Chava melihat ke sekeliling. Suasananya cukup ramai, tidak seperti biasanya saat ia datang ke vila miliknya. Tidak banyak orang tahu jika ia berinvestasi di bidang properti juga. Penampilan cukup menarik dan piawai, sudah pasti sponsor tidak ragu menggelontorkan banyak dana untuknya. Oleh karena itu, Chava membeli vila itu sebagai tempatnya menepi.
"Lagi ada acara ya, Mang?"
"Itu teh ada timnas sepak bola, lagi apa ya namanya, pelatihan atau apa gitu, mamang nggak ngerti."
Chava mengangguk-angguk dan mengulum senyumnya.
Dunia memang sempit. Bahkan sampai sini pun ketemunya mereka yang lagi training camp.
"Chava ke belakang dulu ya, Mang," pamit Chava.
"Iya, Neng. Ada Si Ucup kebetulan libur kuliah lagi mandiin Galaxy."
Menyusuri deretan kandang kuda, Chava berhenti di kandang paling ujung.
"Yusuf, siapkan Galaxy," pintanya.
Cowok yang seumuran dengannya itu menoleh. "Chava, kamu teh mau ke sini nggak ngabari dulu. Lagi ada masalah?"
"Aishh, memangnya aku ke sini cuma kalau ada masalah gitu?"
Yusuf yang biasa dipanggil Ucup itu terkekeh pelan sembari menunjuk busur panah Chava. Ia berjalan menjauh dan mengambil pelana kuda.
"Kau merindukanku, Boy?" Chava mengusap muka kuda putih jantan yang gagah itu. Galaxy merespons. Ia menggosokkan kepalanya di tangan Chava.
"Aku merindukanmu." Chava memeluk leher galaxy.
Di antara lima kuda yang ada di sana, Galaxy adalah kesayangan Chava. Tidak ada seorangpun boleh menungganginya kecuali Chava. Berbeda dengan kuda yang lain yang sering disewa saat ada yang menyewa vilanya.
"Kamu teh yakin, bukannya sebentar lagi kamu berangkat ke Paris?"
Chava menatap lekat mata kuda kesayangannya. "Aku percaya padamu Galaxy. Kamu tidak akan membuatku terluka." Bukannya menjawab pertanyaan Yusuf, Chava malah berbicara dengan kudanya.
"Fik, ini teh kamu lagi ada masalah." Chava melihat sekilas ke arah Yusuf. Cowok itu sudah menjauh dan kembali lagi dengan sepasang sepatu untuk Chava.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer In Paris || Nathan Noel Romejo Tjoe-A-On
General FictionChava, terbiasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan, membentuknya menjadi cewek yang tangguh. Nathan, terbiasa hidup di tengah-tengah kehangatan keluarga, membentuknya menjadi cowok yang penuh cinta kasih. Jika cinta itu saling melengkapi...