TIGA PULUH ENAM

2.5K 188 29
                                    

"Kau tidak menemaniku, Sir?" goda Chava sembari memegang dua sisi zipper jaket Nathan. Matanya berkedip menggoda. "Pergilah!"

"Arghhh! Aku akan mengusahakan supaya bisa menginap di sini."

Chava tersenyum. Ia mengusap lembut dua sisi dada Nathan. "Sayang, sebagai atlet disiplin yang utama. Ikuti aturan di sini. Toh jarak kamar kita tidak jauh. Berkunjung boleh, tapi tidak untuk menginap. Aku tidak akan mengganggumu, kau milik Indonesia kali ini."

Nathan menghela napasnya. "Aku milikmu," ucapnya merajuk.

"Itu sudah pasti." Chava berjinjit kemudian mengecup pipi Nathan. "Papa juga lusa sudah mendarat, kau tidak perlu khawatir."

Nathan menatap lekat mata Chava. "Apa yang akan kau lakukan saat aku fokus berlatih dan bertanding?"

"Memikirkanmu." Chava mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum.

Rasanya gemas sekali melihat istrinya seperti itu. Nathan langsung mendekap erat tubuh Chava dan menghujaninya dengan kecupan.

"Pergilah bergabung dengan yang lain, garudaku."

Nathan menangkup wajah Chava kemudian menyesap bibir pink Chava. "Aku pasti merindukanmu," ucap Nathan dalam bahasa Indonesia.

"Jangan genit di luar sana, Sir. Banyak yang sudah menunggumu."

Nathan terkekeh kemudian menjentikkan ujung jari telunjuknya di hidung Chava.

"Dan aku akan bilang pada mereka jangan mendekatiku, karena kalian tidak bisa menggeser posisi istriku dari hatiku."

"Gombal!"

Getaran di ponsel Nathan menjeda obrolan mereka. Terpampang notifikasi pesan dari group yang berisi pemain diaspora.

Justin
Malam ini kita masih bebas makan di luar. Tidak adakah yang bisa merekomendasikan sebuah tempat?

Nathan melirik ke arah Chava. "Justin," ucapnya sembari menunjukkan layar ponselnya.

Rafael
Ide bagus, aku akan mengajak Noa.

Ivar
Bernice on the way.

Nathan
Kalian membutuhkan seorang guide? Aku akan membawa seseorang.

Justin
Chava?
Hei! Bagaimana denganku?
Sialan!

Nathan terkekeh membaca umpatan Justin. "Kau bersiaplah sayang, kita akan makan malam di luar malam ini."

"Bersama mereka?"

"Ya. Kau keberatan?"

"Tentu saja tidak. Kau mau memperkenalkanku sebagai apa?"

Nathan mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel dan menatap lekat mata Chava. "Milikku."

***

"Chava, aku merindukanmu, My Princess," ucap Justin yang sudah menunggu di lobby hotel.

Nathan menarik pelan tangan Chava dan menyembunyikan Chava di balik tubuhnya.

"Ck, kau pelit sekali," dengkus Justin.

"Apa kabar Justin?" tanya Chava dari balik tubuh Nathan.

"Sangat buruk." Justin menghela napasnya, perhatiannya beralih pada Rafael dan Ivar yang sudah berjalan ke arah mereka bersama pasangan masing-masing. "Mengenaskan, bukan?"

Summer In Paris || Nathan Noel Romejo Tjoe-A-OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang