Happy Reading
🩸🩸🩸
Cassandra, Calsey, Bella, dan Charlie sekarang berada di sebuah restoran yang menjadi langganan Charlie. Mereka menunggu pesanan yang akan diantarkan oleh pegawai di sana.
Seorang wanita berjalan menuju meja mereka dengan membawa makanan di kedua tangannya. Senyuman lebar dan tulus terpancar di wajahnya.
"Aku tidak bisa melewatkan bagaimana kau tumbuh besar dan cantik," wanita yang memakai seragam pegawai itu berbicara dengan menatap ke arah Bella. Ia menyerahkan makanan yang mereka pesan.
"Hai, Bella!" seorang lelaki yang terlihat seusia dengan Charlie menyapa ke arah Bella.
"Oh! Hampir lupa. Hai Cassie, Calsey!" sapa lelaki itu saat menyadari kehadiran kedua kakak beradik itu.
"Hai, Uncle!" Cassandra dan Calsey menyapa kembali lelaki itu bersamaan.
"Kau ingat aku? Aku bermain sebagai santa satu tahun," lelaki itu menatap ke arah Bella. Bertanya apakah Bella mengingatnya atau tidak.
"Yeah, Waylon. Ia tidak mempunyai Natal di sini sejak dia berumur 4 tahun," Charlie menjawab pertanyaan dari lelaki itu. Yang bernama Waylon.
"Aku bertaruh aku membuat berkesan, bukan?" Waylon kembali bertanya. Ia terlihat gigih agar Bella mengingatnya.
"Kau selalu melakukannya," Charlie menjawab mewakili Bella.
"Santa yang buruk?" Waylon membalas jawaban Charlie.
"Hei! Anak-anak menyukai itu meskipun dalam botol kecil," Waylon membela dirinya saat menjadi santa.
"Baiklah! Biarkan gadis itu memakan Garden Burgernya, Waylon!" wanita yang berada di samping Waylon segera mengusir Waylon agar tidak merecoki Bella lagi.
"Ketika kau sudah selesai, aku akan membawakan kesukaanmu," wanita berucap seraya menatap ke arah Bella.
"Berry cobler, ingat? Ayahmu masih memilikinya. Setiap Selasa," tambah wanita itu saat melihat Bella yang kebingungan.
"Terimakasih. Itu pasti enak," Bella membalasnya seraya tersenyum dan menganggukkan kepala mengerti.
"Bagaimana dengan kami?" Calsey bertanya dengan tangan kanannya yang terangkat.
"Tentu pesanan yang selalu kalian pesan sudah aku siapkan," wanita itu menjawabnya setelah tertawa mendengar pertanyaan dari Calsey.
Suasana meja jtu kembali hening setelah wanita tadi pergi meninggalkan meja mereka. Mereka segera menyantap makanan yang mereka pesan.
Terlihat Bella dan Charlie yang tidak sengaja akan mengambil botol saos yang sama. Bella mengurungkan niatnya untuk mengambil botol itu. Charlie kemudian mengambil botol itu dan menyerahkannya ke arah Bella.
"Ini," ucap Charlie saat menyerahkan botol itu.
"Terimakasih," Bella mengucapkan terimakasih seraya menerima botol itu.
Cassandra dan Calsey hanya melihat seraya menikmati makanan masing-masing. Calsey memilih untuk menyantap makanan yang ada di depannya untuk mengisi energi yang terkuras akibat pelajaran di sekolah. Jadi, tidak ada kegaduhan yang ditimbulkan oleh Calsey.
Tak terasa hari sudah berganti malam. Setelah makan di restoran tadi, mereka memutuskan untuk kembali kerumah. Membersihkan diri dan beristirahat.
"Kak!" Calsey memaggil kakaknya seraya membuka pintu kamar Cassandra.
Calsey melihat kakaknya yang duduk di atas kasur dengan punggung yang bersender di kepala kasur. Di pangkuannya terdapat buku yang terlihat tua. Calsey menebak, jika buku itu adalah salah satu buku yang berada di satu keranjang bersama diary mendiang ibu mereka.
Calsey menutup pintu kamar dan menaiki kasur. Duduk di sebelah Cassandra. Ia mencondongkan badannya melihat ke arah buku itu. Tulisan yang banyak dan rumit membuat Calsey menjadi malas untuk melihatnya. Seperti saat ia membuka buku pelajaran untuk mengerjakan tugas.
"Serius banget sih, Kak!" Calsey menyenderkan badannya saat mengucapkan hal itu. Ia sudah lelah dengan tugas yang ia kerjakan tadi. Jadi, ia tidak mau melihat buku yang hanya berupa tulisan-tulisan seperti apa yang dipegang oleh kakaknya.
"Gue belajar," Cassandra membalasnya dengan tatapan mata yang tetap ke arah isi dalam buku.
"Kita bisa pelajari itu kapan-kapan. Sekarang mending kita santai," Calsey mencoba mengajak kakaknya agar tidak terpaku dengan buku-buku.
"Gak. Sana lo keluar kalo cuma mau ganggu gue!" Cassandra mencoba mengusir Calsey keluar dari kamarnya. Agar adiknya tidak merecoki dirinya belajar seperti saat ini.
"Besok bisa kak kita bacanya! Sekalian kita praktek," Calsey masih kekeh dengan ajakannya.
"Justru sekarang kita harus belajar. Kita hafalin biar sewaktu-waktu tinggal praktek. Lagian kenapa sih lo dari tadi suruh gue buat gak belajar? Mau ajak gue biar jadi anak bodoh?" Cassandra membalikkan badannya sedikit ke arah Calsey. Menatap Calsey untuk segera memberikan jawaban dari pertanyaannya.
"Ngasal lo! Gue pinter gini-gini. Gue emang males buat belajar, tapi gue gampang ingetnya. Sekali baca langsung masuk otak gue. Jadi, gue gak mungkin ajak orang buat jadi bodoh," Calsey menjawabnya dengan mengebu-gebu. Membela dirinya karena tidak terima.
"Terserah lo. Ngapain ke sini? Kalo gak penting mending lo keluar!" Cassandra membalas seraya bertanya tujuan Calsey berada di kamarnya. Ia menutup buku yang ada di pangkuannya.
"Yuk liat si tokoh utama," Calsey mengajak kakaknya seraya tersenyum dengan lebar. Kedua alisnya ia naik turunkan saat menatap ke arah Cassandra.
"Ogah. Lo gak usah liat mereka. Mending lo tidur biar gak telat buat ke sekolah besok," Cassandra menolak ajakan dari Calsey yang menurutnya konyol.
Sebuah ajakan yang hanya melihat si tokoh utama laki-laki berada di kamar tokoh utama perempuan. Mengintai tokoh utama perempuan karena membuat tokoh utama laki-laki merasakan hal yang berbeda.
Cassandra beranjak turun dari kasur dan meletakkan kembali buku yang ia baca tadi ke perpustakaan mininya. Ia berjalan kembali menuju kasurnya setelah merapikan buku itu. Menyibakkan selimut dan naik ke atas kasur.
"Ngapain lo masih di sini?" Cassandra bertanya kepada Calsey saat melihat adiknya yang masih berada di posisi yang sama.
"Gak asik lo, Kak!" Calsey menunjukkan raut wajah kesalnya. Lantaran ajakannya yang ditolak oleh sang kakak.
"Gak usah ngurusin tokoh utama. Sana lo pergi ke kamar lo! Sebelum gue tendang!" Cassandra menyibakkan sedikit selimutnya. Bersiap-siap untuk menendang adiknya agar segera keluar dari area kekuasaannya, yaitu kamar pribadinya.
"Iya! Iya!" Calsey segera beranjak turun dari kasur sang kakak sebelum ia ditendang.
Ucapan yang dilontarkan Cassandra tidak main-main. Jika Cassandra akan melakukan ini, maka ia akan melakukannya. Apalagi saat kondisi tenangnya terganggu. Maka Cassandra akan semakin menunjukkannya langsung dengan aksi tanpa ucapan ancaman.
Calsey memberi tatapan sinisnya kepada Cassandra saat membuka pintu kamar. Cassandra yang melihat itu segera mengambil bantal untuk ia lemparkan ke wajah sang adik. Calsey yang melihat kakaknya akan melempar bantal, segera berlari keluar tanpa menutup pintu.
Cassandra menghela napasnya kasar melihat pintu kamarnya tidak tertutup. Ia segera menyibak seluruh selimutnya dan turun dari kasur dan berjalan ke arah pintu. Melihat sebentar ke arah kamar Bella. Menatap ke pintu itu seolah-olah dapat melihat apa yang dilakukan si pemilik kamar di dalam kamar itu.
Menoleh ke kamar adiknya sekilas dan kembali masuk ke dalam kamarnya sendiri. Menutup pintu dan berjalan menuju ke kasurnya. Berbaring dengan selimut yang menutupi setengah badannya. Menatap ke arah langit-langit kamarnya.
Cassandra mencoba mengingat isi dalam buku yang ia pelajari tadi. Sampai lama kelamaan kedua matanya tidak mampu untuk terbuka terlalu lama. Ia tertidur di saat tengah mencoba mengingat isi buku itu.
🩸🩸🩸
Double up nih buat hari ini🎉
Jangan lupa vote, komen, dan follow
See u
KAMU SEDANG MEMBACA
"TWILIGHT" Transmigration (Reader's ver)
Fanfiction*:..。o○ First Story ○o。..:* Twilight x Reader (female) 𝙉𝙤𝙩𝙚: • Karakter, alur, tempat dan tokoh murni milik Stephanie Meyer. Saya hanya meminjamnya dan menambahkan beberapa OOC untuk cerita halu saya ini. • Asli imajinasi dari saya. • Jangan di...