M U M : 01

765 66 0
                                    

⟨Mami minta cucu!⟩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mami minta cucu!⟩

"MAMII! MAS-NYA NAKAL, NIH!"

"Mas! Jangan di nakalin, ah, adeknya!"

"AAAH!! MAMI!"

"ALBYMANYU!"

   Suara Mami terdengar dari arah dapur, yang artinya Alby harus siaga satu kalau kalau Mami-nya melempar panci kearahnya.

Ulahnya sendiri, sih. Sudah tahu si bungsu Zoya— adiknya selalu menjadikan Mami sebagai senjata dikala perang dengannya, dia malah mengusik gadis itu sampai kesal.

"Huaaa ... Mami," dengan air mata buaya, Zoya langsung bersembunyi di ketiak sang Mami yang baru datang dengan kayu pemukul daging ditangannya.

"Mamii, Zoya mau nonton india, mau lihat babang Rukan, tapi Mas Alby ambil remotnya." adunya sembari menunjuk si pelaku yang kini mengangkat tangannya panik.

Persis pelaku kejahatan yang berhasil dikepung polisi!

"Pagi pagi udah bikin ribut kamu, ya, Mas? Gak ingat umur kamu? Sudah bangkotan, masih aja nyari ribut sama adeknya. Ngalah aja ngapa, sih Mas!"

"Ayo, pilih bokong kanan atau kiri yang Mami tempeleng, nih?"

"Mii–

... Lantaran kesal, seorang ibu nekat mencekik anaknya sampai tewas ditempat. ( ... )

O-ow!

Suara penyiar berita di televisi itu sengaja ingin memperburuk suasana sepertinya, tck.

"Oh! Mami pakai tangan kosong aja, deh."

"Tunggu, Mi, tunggu!" Alby mencegah Mami dan pemukul dagingnya yang terlihat melambai-lambai kearahnya siap memukul kapan saja dan bagian mana saja.

"Aku cuma mau lihat berita, Mii, suerr!"

"Kan Mas bisa lihat di internet! Kenapa musti gangguin adeknya?" tanya Mami dan diangguki Zoya, "He'um!"

"Mas juga bilang Zoya mirip sama Damini!" lapor Zoya lagi, kurang puas lihat muka sengsara si Mas.

"Damini?"

"Ituloh, Mi, si pembantu– mamaknya Icha di uttaran ateve!"

"Oh– sembarangan! Zoya 'kan mirip Mami, Mas ngatain Mami dong?!"

"E-eh, enggak, Mi, enggak!"

Dulu imut seperti malaikat, sekarang kayak setan, Alby ngebatin lihat Zoya yang tersenyum jahat dibelakang Mami.

"Sini kamu Mami plites!"

"Ampun Mamiii!"

Catat, Albymanyu tidak pernah kalah debat dipersidangan. Dan dia akan selalu kalah debat dirumah, apalagi melawan Zoya.

Semangat pak pengacara!

Plack!

"ADUHH! SAKIT, MII!!"



   Selepas dari ceramah panjang dengan tajuk: Cinta adik dan kasih sayang, tcih sampai memakan durasi hingga satu jam, kini Alby terpaksa menonton drama india.

Lihat berita dengan secangkir kopi di Minggu pagi kini hanyalah niat yang tak terlaksanakan, yang ada Alby malah duduk dipojokkan sofa sambil menopang dagu, bosan.

Apa yang harus kulakukan sekarang, Dewa?

Dewa Krishna, tolong bantu aku ....

"Idih,"

Zoya yang posisinya sedang duduk bersila dilantai langsung menatap sinis Mas-nya, tahu apa yang akan dilakukan si sulung kali ini. Tentu saja menggunjing!

"Suara hati mbaknya terlalu besar, kedengeran sampai sini." dumelnya.

"Enggak realistis banget, sih. Mana ada suara hati nembus ke telinga orang lain."

Zoya berdecak kesal, "Diem aja bisa gak, sih, Mas?! Dari tadi diroasting mulu! Kalau mau protes, ya sama sutradaranya sana!"

"Yaudah, sih, biasa aja. Mas 'kan cuma menyuarakan pendapat." Alby terlihat tambah kesal, habisnya, nonton india lama banget gak ada iklan.

Sesuai keputusan Mami, Alby boleh nonton berita, tapi setelah drama India itu iklan, baru gilirannya. Nah! Disini masalah. Dramanya gak iklan-iklan dari tadi!

Alby menunggu dengan jenuh, sampai tak sadar bibirnya manyun dengan alis hitamnya menukik, kesal. Untungnya masih tampan dan rupawan. Huh!

"Mas kendorin dikit dong itu mukanya, kenceng amat. Nanti tambah keriput, makin kelihatan tuanya, terus Mas jadi perjaka tua, nanti Zoya gak punya kakak ipar, deh."

"Cerewet kamu, ah!"

Kembali pada layar kaca yang menampilkan drama india, sedang di puncak dramatis dimana tokoh wanita sedang slow motion untuk menangkap bayi yang terlempar ke udara.

Namanya juga drama india, adegan seperti itu biasanya diiringi dengan backsound menggema dan tokohnya yang seakan berputar-putar dari sudut manapun.

"Terhitung tiga puluh detik dan isinya cuma tung nana na dung, bayi-nya keburu jatuh itu woy!"

"Bukanya ditangkap malah nangis, astaga!"

"Itu ditangkap buruan!"

"Ah elah, tinggal ditangkap tapi durasinya tiga puluh detik!"

Ini gak lagi nonton bola, loh, Mas.

(...) Kiko enak tau!

"AKHIRNYA!!" Iklan juga.

Tanpa ba-bi-bu, a-i-u-e-o, remote tv ditangan Zoya berpindah ke tangan Alby yang siap mengganti channel.

Tapi—

"MAMI MAU PUNYA CUCU!"

Apalagi, sih, ini!

Mami keburu datang dari pintu utama, mukanya memerah karena kesal, lalu dengan menggebu-gebu Mami berkata, "Mau calon mantu!"

"Mami ngomong apa, sih?"

"MAMI BILANG, MAMI MAU CUCU! MAU MANTU!"

"Mi ...?"

"MA–U  MAN–TU!"

Dalam tiga puluh hari ke depan, hidup Alby akan dibuat sedikit lebih ruwet.

Bukan lagi kasus kasus pengadilan seperti yang ia tangani seperti biasanya, tapi kali ini jauh lebih susah!

Apa itu?

"MAMI MAU MANTU!"[]

Mantu Untuk Mami ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang