M U M : 17

195 32 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


  Ini bukan pertama kalinya Alby jadi saksi di akad nikah. Tapi bisa dipastikan ini pertama kalinya dia jadi saksi pernikahan dengan baju tidur paling mencolok dalam hidupnya. Memalukan. Dia sungguh malu.

Untungnya dia punya settingan wajah yang lempeng, dan terkesan datar jadinya terlihat biasa saja. Mana ada yang tahu suara kalbu beliau yang menjerit. Maaamiii! Malu banget. Mau pulang.

"Al, mukanya, Al." Hisyam dengan sisa tawanya mengusap punggung kaku Alby, "Kaku amat muka lu."

"Diem. Gua lagi gak mut ngomong."

"Cis dulu! Cis dulu!" Alby menoleh dan—Cekrek!—wajah melongo yang amat sangat ter-jepret apik di kamera Samuel. "Nah, perfek! Kapan lagi ada yang pakai baju tidur di acara nikahan."

"Eh, kampret lu bule!"

Samuel menghindar dari serangan sendal rumahan—yang juga lupa diganti—dari Alby, "Gak kena, wleek!"

Alby membuang muka, kesal tau. Hari ini benar-benar menyebalkan, tapi sayangnya hari ini juga, salah satu sahabatnya melepas masa lajangnya.

"Hari nikah lu bakalan gua tandain sebagai hari paling sial buat gua." Cowok itu menatap sinis si pengantin baru yang masih mengenakan jas hitam di sebelahnya.

Fahmi lantas tertawa sampai ngik-ngit, yang lain juga tentu saja. Melihat penampilan Alby yang datang tepat saat hijab qobul dimulai memang sangat menggelitik perut. Wajahnya tampak linglung, sembari berkata dipintu masjid, "Ini ... beneran acara nikah? Bukan sunatan?"

Sebenarnya bukan hanya Alby yang kaget, Hisyam dan Samuel sama kagetnya karena ia menikah tanpa perencanaan sedikitpun. Benar-benar mendadak.

"Gua gak nyangka cara lu nikah kayak gini banget, Mi," kata Hisyam sambil membaringkan tubuhnya kelantai masjid yang dingin malam itu.

Samuel ikut berbaring, perut Hisyam pun dia jadikan bantal. "Hooh! Mana gua tadi lagi berak, terus ditelepon lu—katanya mau nikah. Untung sempet cebok gua."

"Jorok banget, sih, lu, bule!" Hisyam bergidik jijik, kepala Samuel pun dia dorong.

"Mending, sih. Lah, gua?
Mau buat debay malah ditelepon. Hahh, ga jadikan. Tck!"

"Ingat! Dua anak cukup."

"Maaf, gua penganut banyak anak banyak rezeki."

Ditengah obrolan Hisyam dan Samuel yang makin ngalur-ngidul, Alby sempat melirik Fahmi yang terbengong.

Tanpa menatapnya Alby berkata, "Lo masih gak berubah ternyata. Selalu ada hal mendadak di hidup lo. Sampai gua mikir, kayaknya lo ada didunia ini juga karena mendadak dibuat kali?"

Fahmi nyengir, "Ngaco lo."

"Ngapain masih disini? Ini malem pengantin, harusnya lu temenin, noh, bini lu dirumah."

Mantu Untuk Mami ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang