Alby sadar kalau Ayana itu cantik. Mau dia tutup mata sekalipun, Alby bisa lihat kalau Ayana itu cantik. Atau jika Ayana dalam keadaan compang-camping juga tetap terlihat cantik.Karena namanya, Ayana De Cantika.
"Kenapa lo sembunyiin ini? Ini sama aja lo udah nutupin berlian pakai lap dari kita." omel Fahmi.
Samuel mengacungkan jari telunjuk dengan senyum canggung, "Err, sebenernya gua gak ngerasa sekecewa itu ...." Dia lelah mendengar unek-unek Fahmi yang katanya kecewa, padahal ia sendiri merasa biasa saja.
"Kalau gitu gua ama bang Hisyam yang kecewa!"
"Kata siapa? Gua gak kecewa, ntuh?" sahut Hisyam dan hanya diabaikan.
Alby ingin sekali mengungkapkan bahwa ia tak mau memperkenalkan Ayana, ya, karena orangnya itu seperti mereka mereka ini. Ibaratnya, Ayana itu bayi dan ketiga temannya itu wewegombel.
Ralat! Hisyam adalah pria yang akan menikah sekali seumur hidupnya, sedangkan Samuel- dia sudah jatuh cinta setengah mampus pada adiknya.
Fahmi. Ya! Dia masalahnya. "Kalau tau ada mbak-mbak jepun disamping rumah lu, gua musti main terus dimari!"
"Bukanya Belanda, ya?"Samuel nampak kebingungan.
"Ya ampun, bule-bule ... Tinggal iyain aja kenapa, sih? Urusan Fahmi itu gausah banyak dipertanyakan. Orang otak dia aja masih dipertanyakan keberadaannya." ujar Hisyam dengan wajah serius.
"O, iya."
"Kampret emang."
Keempat pemuda itu sedang berada di halaman belakang rumah, tepatnya dibawah atap pendopo kecil.
Fahmi dengan pipi kanannya yang sudah terlihat lebam itu tidur dengan kaki keatas menyender pada tiang. Kalau Hisyam dan Samuel tengah asyik tengkurap sembari bermain Ludo.
Alby sendiri tak jauh berbeda. Pria itu terbaring sambil menatap langit-langit pendopo, sedang menghitung genteng.
"Gua lagi mikir-"
"Gak punya otak kok mikir?" sela Samuel ditengah-tengah kegiatannya bermain Ludo.
Fahmi menatapnya sinis, "Lo diem, ya, le bule!"
"Nih, gua lagi mikir nanti mau pakai adat apa pas nikah sama mbak jepun?"
"Pakai karung goni aja," usul Hisyam santai. "Kalau gak, ya, pakai baju pulu-pulu!" Samuel ikut menimpali.
"Pulu-pulu?" Hisyam mengocok dadunya, dapatlah satu. "Iya pulu-pulu," kini giliran Samuel mengocok dadunya, satu. "Oh! Pulu-pulu!"
"APA SEH, ANJIR! LU BERDUA PULU-PULU!"
Alby mendesis, "Diem woi! Telinga gua bunyi ngiiingggg daritadi dengerin kalian."
Fahmi menoleh, "Kata nenek moyang gua, kalau denger bunyi 'ngiinggg' ... Gitu, tandanya besok mau-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantu Untuk Mami ✔️
Юмор"Waktu kamu bayi, saya yang gendong. Setelah kamu besar, saya juga yang nikahin."