⟨Si pengacara sore itu⟩
Ayana, namanya. Sedikit hiperbola, Ayana ini blasteran Manusia-Bidadari sangking cantiknya dia.
Rambut keritingnya di kepang panjang kebelakang dengan pita kuning. Sama seperti surainya, matanya juga berwarna coklat terang yang indah.
Dengan balutan dress berwarna broken white selutut, Ayana tampak anggun dan elegan. Tapi tidak setelah kalian lihat kelakuanya!
"Ini namanya, Monyong." katanya memperkenalkan si anak bebek pada Alby. Gadis itu duduk selonjoran di teras rumah, sembari memangku Monyong dan membelainya sesekali.
"Haha, memang kelihatan kalau dia monyong." Alby meringis melihat Monyong seakan memarahinya karena tak terima dikati monyong.
Beralih pada dress si gadis yang sudah kotor sana-sini dibeberapa bagian; seperti habis terjatuh di tanah yang basah.
"Kamu habis ngebolang?"
Karena terdengar aneh, Ayana mendongak dengan tatapan bingung yang menggemaskan. Lain lagi kalau Zoya yang begitu, pasti sudah Alby kata-katai.
"Apa itu bolang?" tanyanya dengan kepala yang dimiringkan ke samping.
Lucunya!
"Seperti berpetualang, hampir mirip."
Padahal maksud Alby yang sebenarnya adalah, bolang sama dengan bocah ilang.
"Iya! Aya tadi balu saja ngebolang!"
Mendengar jawaban Ayana yang cadel, Alby hanya bisa geleng-geleng kepala. Meski sudah berusia tujuh belas tahun, Ayana masih belum bisa menyebut huruf R. Mungkin karena dia keturunan Belanda?
"Lalu bebek jelek itu?"
Kweek!
"Monyong!"
"Iya, Monyong."
"Hali ini Oma masak daging bebek. Kalna yang dipotong cuma ibu bebek dan ayah bebek, anak bebek jadi sedih .... "
Kweek kweek ....
"Oh! Jadi opor bebek tadi pagi itu ...?
Kasihan. Padahal opornya enak sekali, loh."Dalam hati, Alby berdoa supaya buang hajatnya lancar-lancar aja nanti, secara ada bagian tubuh ibu dan ayah monyong di perutnya.
"Sekarang Monyong jadi malika, yang dilawat sepelti anak sendili."
Alby hanya diam, tapi hatinya berkata, tunggu sampai bebek jelek itu besar, baru bisa dijadikan opor. HAHAHA!
Pria itu kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda, menyiram tanaman dan, melamun.
"Aya ...."
"Heum?
"Kira-kira, tempat yang banyak mahluk perempuan itu dimana, ya?"
"Ada banyak di pasal!"
Benar. Benar-benar gak memuaskan. Ah, apa yang bisa diharapkan dari Ayana si gadis polos?
"Mas Alby cali pelempuan untuk kawin 'kan?"
Sontak Alby menoleh dengan raut wajah tak habis pikir, "Siapa yang bilang begitu?"
"Zoya yang bilang."
"Jangan bicara begitu lagi, gak baik."
"Heum?" Ayana masih terlihat tidak mengerti.
"Kawin. Kamu tidak boleh menyebutnya begitu, Ay."
"Memangnya salah?"
"Salah. Yang benar itu, menikah. Mengerti?"
"Oke, di mengelti!"
Aih, jadi seperti mengajari anak kecil. Untungnya ini Ayana, sekali lagi, tidak berlaku untuk adiknya yang macam setan itu.
"Satu pelajaran lagi. Jangan belajar apapun dari Zoya tanpa pengawasan orang dewasa."
"Kenapa memangnya?"
"Zoya itu kerjaannya hanya menyesatkan orang lain, jadi, jangan sampai kamu ikut sesat. Mengerti?"
"Enggak mungkin! Zoya gak kelihatan menyesatkan, kok."
"Halah, muka dia mirip belalang sembah begitu."
"DUH! PANTAT KU GATEL BANGET. PASTI ADA YANG LAGI NGOMONGIN DI BELAKANG, NIH!"
"AYANA!"
"Jangan teriak-teriak! Ini bukan hutan."
Zoya mengabaikan si Mas, lebih tertarik dengan temannya yang sedang menatapnya sumringah. "Kok kamu gak masuk aja kalau mau main, Ay?"
"Aku mau masuk, kok. Tapi bajuku kotol, gak bisa masuk, deh, jadinya."
Zoya berkacak pinggang, "Lain kali, mah, masuk aja gapapa. Biar Mas Alby yang bersihin nanti."
Oh! Enak saja!
Tadinya Alby mau menyuarakan protes, tapi setelah lihat Ayana yang menatapnya balik dengan senyum polos, yahh ... Mana tega dia.
"Emang boleh?"
Gak boleh! Tapi ... "Iya, gapapa."
"Tuh, denger! Mas Alby, tuh, mau diusir dari rumah. Jadi harus baik-baik!"
"HEH!"
"Nanti aja, deh, mainnya. Aku mau mandi dulu!"
KWEEK!
Dengar kata mandi, Monyong yang sejatinya kemusuhan sama air langsung lompat dari pangkuan Ayana. Pokoknya gak mau mandi!
"Yahh, gak main dulu, nih?"
Ayana berdiri dari duduknya, senyumnya tidak pernah pudar barang sedetik pun.
"Nanti lagi, ya. Aku halus mandi. Tadinya aku kesini mau tangkap Monyong lali lali waktu mau ku mandikan."
Sudah macam anak kecil aja, nih, anak dua. Yang satunya polos, yang satunya lagi gak pinter. Andai Alby tau kalau suara hatinya terdengar sampai sini.
"Ayana mau mandi itu udah bener. Gak kayak Zoya yang nunggu kemarau baru mandi!"
"Apa, sih, Mas!"
Memilih acuh meski sudah diplototi si adik, Alby menghalangi si bebek yang terlihat ingin kabur. "Eit! Kamu juga mandi sana!"
Kweek!
"Ay, kalau bebek jelek ini gak mau mandi, kasih Mas aja."
"Mau Mas apain?"
"Gorok lehernya. Kita jadikan bebek panggang."
KWEEK!
Monyong segera berlari kembali menghampiri Ayana, minta digendong.
"Sudah sana mandi. Kalau habis mandi jangan kotor-kotoran lagi." pesan Alby si pengacara sore itu. []
Jangan lupa tekan bintangnya, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantu Untuk Mami ✔️
Humor"Waktu kamu bayi, saya yang gendong. Setelah kamu besar, saya juga yang nikahin."