Jangan jadi Dokter!
"Kesialan mana yang engkau dustakan," Alby menghela nafas panjang.Disampingnya ada Fahmi, "Apa ini karena gua pernah sholat dhuhur pakai qunut, ya?"
"Apa kata bini gua ntar kalau tau gua bonyok begini?" kata Hisyam.
Setelah sempat dituduh sebagai pencopet, ketiganya kini duduk selonjoran dibawah pohon. Tak jauh dari tempat mereka, ada Samuel yang sedang berbincang dengan beberapa bapak-bapak yang tadi sempat andil memukuli tiga sohibnya.
Apes sekali. Setelah bonyok sana-sini baru terungkap bahwa mereka bukan copet yang sebenarnya. Itupun kalau Samuel tak datang, bisa dipastikan ketiganya makin mengenaskan lagi kondisinya.
"You are okay?"
"BAPAK KAU GAPAPA!" Samuel kicep.
"Acian cekayi papa," Zaura menunjukkan rasa iba untuk tiga papanya.
"Aduh, Sakitnya! Gak ada, nih, yang mau cium-cium papa?" Hisyam merengek dengan gaya bak serangan jantung. Tcih, drama papa muda.
Si balita pun tersentuh hatinya, kemudian menciumi sang papa yang mukanya kini babak belur tanpa masker. "Cepat cembuh papa, biyan bisa tacih uid Zau!"
"Zau gak mau cium papa abi, hm?" Zaura menyipitkan matanya, "Tapina abi ndak apapa? Ndak jeyek cepelti papa."
"Iya, njir! Muka lo kok kagak bonyok, Al?" tanya Fahmi.
Hisyam dan Fahmi mendapat lebam di rahang, pipi—topeng Fahmi sampai rusak akibat insiden tadi—dan bagian lain di wajah, yang mengakibatkan ketampanan mereka jadi kesengsaraan.
Berbeda dengan Alby yang wajahnya masih tampak dalam keadaan baik, hanya saja tatanan rambutnya jadi berantakan.
"Yang sempat gua lindungin, ya, cuma muka gua ini." Ketiga pemuda tersebut menghela nafas panjang bersamaan.
"Kata bapak tadi, kalian disangka copet karena kebetulan copetnya pakai masker hitam, juga warna bajunya coklat kayak Hisyam. Dompetnya juga dipegang Fahmi 'kan tadi?" jelas Samuel.
Kebetulan saat itu Samuel datang dan mendapati ketiga sohibnya digebuki bak maling. Si pria Aussie itu lantas segera melerainya, “Ini teman saya, pak, mas! Muka mereka memang kriminal dari sananya, but, mereka gak jahat dan gak gigit– apalagi maling!"
Terbantu juga dengan topeng Fahmi yang terlepas, salah seorang dari bapak-bapak itu sontak kaget. “LOH?! Ini Pahmi? Kapten Timnas itu 'kan?!”
“Kalau yang ini pak bimanyu bukan?”
Beruntung keduanya cukup terkenal, apalagi di kota hujan ini. Yah, meski sudah kadung bonyok, sih. Berakhir bapak-bapak minta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantu Untuk Mami ✔️
Humor"Waktu kamu bayi, saya yang gendong. Setelah kamu besar, saya juga yang nikahin."