M U M : 05

259 36 1
                                    

   ⟨Bancat, papa!⟩

   Alby selalu tertawa jika mengingat pertemuannya dengan Hisyam, Samuel dan Fahmi– sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Alby selalu tertawa jika mengingat pertemuannya dengan Hisyam, Samuel dan Fahmi– sahabatnya.

Dulu sekali, tepatnya empat belas tahun lalu. Saat masih mengenakan seragam putih abu-abu, mereka hanyalah orang asing yang tak saling kenal.

"BAYAR UANG KHAS LO HISYAM!"

"Jangan ngejar-ngejar gua, Ra! Gua miskin!"

Bermula dari Hisyam yang jadi buronan bendahara kelas karena nunggak uang khas: katanya uangnya dia tabung buat umroh.

"ALBYMANYU, COME HERE!"

"Pak yu, sir!"

Serupa tapi tak sama. Alby juga sedang jadi buronan Pak Alpha– guru bahasa Inggris yang garang banget katanya, karena itu Alby bolos pelajarannya. Secara, Alby ini benci banget bahasa Inggris.

Maka, bertemulah dua buronan ini didalam toilet untuk bersembunyi. Kebetulan sekali, ada Si bule Samuel yang lagi nyikat wc: sebagai bentuk hukuman karena dia telat datang. Dia ini dulu langganan guru BK, tau!

"ANJ–"

Samuel langsung dibekap mulutnya dengan dua tangan sekaligus: Hisyam & Alby, padahal dia mau ngumpat karena kedua kakinya di injak juga sama dua cowok yang belum dikenalnya itu.

"Diem! Gua gak mau rugi lima ribu buat uang khas!"

"Gua juga gak mau belajar bahasa englis!"

"Lu berdua nginjek kaki gua, loh, babi!"

"Oh, maaf."

Kebetulan lagi, yang paling muda– Fahmi gedor-gedor pintu Wc, mau buang hajat. Kualat dia! Gara-gara makan gorengan lima bilangnya dua. Mules 'kan!

"WOI! BUKA! GUA MAU SETORAN!"

"ANJIR! BURUAN! KALAU GUA CEPIRIT LU YANG CEBOKIN YA!"

Katanya WC sebelah ada penunggunya, jadi Fahmi ngotot mau masuk. Sambil pegang bokongnya, Fahmi gedor-gedor pintu.

Ya mau gak mau pintunya dibuka sama Hisyam, kasian. Tapi! Saat Fahmi masuk–

Preett!

"Yah! Mencret 'kan gua!"

Siapa sangka, Hisyam yang dulu nunggak uang khas, sekarang jadi direktur utama di perusahaannya. Dan yang lebih mengejutkan, Kinara– bendahara kelas yang suka nguber-nguber Hisyam, sekarang jadi istrinya!

Warbyazah!

Samuel dulu murid kesayangan guru BK. Sampai-sampai sering dapat surat cinta, dan panggilan orang tua untuk membahas: betapa baiknya Samuel selama sekolah! Sekarang Samuel jadi Dosen di universitas terbaik.

Warbyazah!

Lalu ada Fahmi, yang suka main bola dalam kelas. Dari jendela, bingkai, jam, vas bunga sampai kepala temannya habis dia tendang semua pakai bola! Untungnya jadi Pemain sepakbola terbaik Indonesia sebagai kapten.

Sekali lagi, WARBYAZAH!

Dan terakhir, Alby. Kalian tidak akan menyangka ini! Alby ingin jadi pengacara itu kerena pernah menang debat dikelas.

Jangan salah paham.

Dia berdebat karena sempat dituduh kentut dikelas oleh semua teman kelasnya. Alby mengelak tuduhan yang ditunjukan padanya. Dia merasa tidak kentut sembarangan, pun kalau dia kentut pasti bersuara.

Katakan ....

– – ————— – –

   Kembali ke masa sekarang, dimana rapat meja bundar ini belum juga mendapatkan jalan keluar.

"Memangnya, tipe Lo yang kayak mana?"

Dengan santainya Alby jawab, "Yang gak marah kalau gua nikah lagi."

Ekspresi Hisyam berubah datar, lalu ayah muda itu menatap Samuel bersama putri kecilnya. "Gua mau ngomong kasar."

Samuel yang paham lantas mengangguk, detik berikutnya, tangan Samuel menutup telinga si balita yang sedang meminum susu di dot bayi. "Silahkan."

Hisyam maju, menggerus jarak antara ia dan Alby di hadapannya. Terhalang meja. "Anjing Lo ya, Albaby!"

"Jadi dia ini anjing atau babi?" celetuk Fahmi dengan tampang polos, dan dijawab oleh Samuel. "Dua-duanya."

Tapi siapa kira, balita kecil dipangkuan Samuel itu menimpali pembicaraan orang dewasa disana— "Abi bancat! Uhh!" katanya dengan kedipan mata yang lucu.

"Pfft–" Samuel dan Fahmi menahan gelak tawa mereka, sedangkan sang Papa cuma menepuk jidat.

"Terimakasih atas pujiannya, anak kecil." Alby pun gemas ingin menggigit pipi chubby Zaura rasanya. "Timacih ama ama!"

"Kalau sampai Zaura ngomong begitu ke bini gua, bisa mampus ini, mah!"

Benar firasat Samuel. Zaura harusnya sama Mamanya aja. Lihat sekarang! Balita imut itu sudah salah pola asuh.

"Dia dapat bahasa baru, jadi pasti bakal di praktekan terus. Makanya kita harus hati-hati kalau bersikap di depan anak-anak." ucap Samuel, dengan telaten pria berdarah Aussie itu membersihkan sisa susu dipipi Zaura dengan tissue.

"Anu ... Sebelumnya maaf, nih, Bang Hisya. Kayaknya El lebih cocok jadi bapaknya Zura, deh."

"Lo jangan cari perkara, ya, Mi!"

"Udah, udah!" Alby segera melerai, sebelum Hisyam meninju Fahmi. Setelahnya ia beralih pada Samuel, "Lo sendiri gimana, El?"

"Apa?"

"Udah ketemu yang seiman?"

Samuel tertawa kikuk menanggapinya, tapi tidak dengan ketiga kawannya yang justru terlihat serius.

Sambil menggaruk hidung mancungnya dengan telunjuk, Samuel berkata "Untuk sekarang belum. But, I'll try, again."

Aku akan mencoba, lagi.

"Apa yang mau lo coba?" Fahmi berucap dengan alis memincing.

"Cari yang seiman? Seperti kata kalian."

"Bagus. Karena sejujurnya, El ...
Gua gak akan restui lo sama Zoya. Seperti kata orang, Anak Tuhan dengan Hamba Allah— bukan pasangan yang tepat."

"BANCAT PAPA!" []




Kasih bintang cepat! \(・◡・)/

Mantu Untuk Mami ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang