Setelah hampir 6 jam Lendra terbangun dari masa kritisnya. Disamping brankar ia hanya melihat Zara yang sedang tertidur sambil duduk di kursi, sedangkan objek yang ingin pertama kali ia lihat adalah Istrinya–Dewi.
Ia pun berinisiatif untuk pergi mencari keberadaan Dewi sendiri tanpa bantuan siapapun. Namun, baru saja hendak bangkit tiba-tiba Zara bangun dari tidurnya.
"E-ehh kamu mau kemana Lendra!" Ucap Zara panik.
"Dewi Bun, Dewi dimana?"
"Dewi ada, tadi dia sempat jatuh pingsan ketika tahu kalau kamu kecelakaan" Jawab Zara menenangkan Anak keduanya itu.
"Pi-pingsan?? aku mau kesana Bun! Mau ketemu Dewi!" Ucap Lendra bersikukuh meminta tolong untyk mengantarkannya keruang rawat Dewi.
"Iya, boleh, bentar ya panggil Ayah Kamu dulu" Ucap Zara lalu pergi keluar ruangan Lendra untuk meminta bantuan pada Rendi. Setelah itu Rendi membatu Lendra untuk duduk dikursi roda dan mereka bertiga pergi menuju ruang rawat Dewi.
Ketika mereka masuk ternyata Dewi belum sadarkan diri, lalu Lendra mendekat kearah Dewi yang terbaring diatas brankar, Lendra juga saat ini tengah menggendong Anasera–anak perempuannya. Sedangkan Rena, Dika, Zara, Rendi, Lutfia, Kanaya, Raya, dan Melisa pergi keluar ruangan meninggalkan sepasang pasutri dan satu anaknya. Ya, Lutfia menunggu diruangan Dewi, Melisa Kanaya juga Raya pun menunggu diruangan Dewi.
"Sayang bangun ihh, masa aku yang koma tapi aku yang nunggu kamu sadar" Ucap Lendra menatap setiap inci wajah mulus Dewi.
"Lihat Anasera, anak kita makin gemass. Sama kayak Bubu nya" Lendra menoel hidung mancung Anasera dan beralih lagi menatap Dewi.
Setelah terjadi keheningan beberapa menit tiba-tiba saja Dewi mengerjap-ngerjapkan matanya membuat Lendra langsung tersenyum bahagia melihat Istrinya itu sudah sadar.
"Kamu udah bangun" Tanya Lendra.
"A-ku dimana, ehh Sayang! Kamu kenapa disini!? Kamu kan tadi kecelakaan terus koma!!" Panik Dewi ketika melihat wajah pucat Suaminya itu, ia pun langsung duduk diatas brankar. Lendra terkekeh kecil lalu menjawab. "Saya udah sadar kok, saya gak kenapa-kenapa" Jawab Lendra tersenyum.
"Ishh gak kenapa-kenapa gimana! Ini wajah kamu pucet lohh"
"Beneran, gak kenapa-kenapa lohh" Jawab Lendra menirukan suara Dewi.
"Ehh itu Anasera?" Tanya Dewi dan diangguki oleh Lendra. "Siniin, mau gendong" Ucap Dewi dan mendapat anggukkan lagi daei Lendra, Dewi pun sekarang sedang menggendong Anasera.
"Aku punya pantun tauu buat kamu"
"Apaan tuhh" Jawab Dewi penasaran.
"Lihat majalah di tengah hari'
"Cakep!"
"Ada kolom pantun lucu romantis"
"Cakep!"
"Wajahmu cerah indah berseri"
"Maukah kau menemani ku maniss??" Lanjut Lendra. Lantas Dewi memukul pundak Lendra karna salah tingkah. Namun hal itu pudar begitu saja.
Dan secara tiba-tiba suara tangisan dari bayi Anasera terdengar begitu nyaring membuat Lendra dan Dewi terkejut.
"E-ehh cup cup sayang.., kenapa hm?" Dewi khawatir karna tangisan Bayi Anasera semakin kencang.
Lendra mengambil alih Bayi Anasera dari gendongan Dewi lalu mencoba menenangkannya hingga satu jam lamanya setelah Lendra berucap. "Umma sama Ubba selalu ada bersama Ana"
Setelah itu Bayi Anasera tertidur dan Lendra meletakkan di kasur khusus bayi, lalu Lendra kembali menghampiri Dewi.
"Kok?"
"Iya, aku juga bingung" Jawab Lendra mengerti apa yang di tanyakan oleh Dewi.
Lendra dan Dewi bercanda riang hingga mampu siapa saja yang melihat dibuat meleyot.
Lendra dan Dewi merebahkan tubu mereka di ranjang yang sama sambil merasakan kehangatan yang di berikan oleh mereka berdua.
"Gimana kalo aku pergi duluan dari dunia yang fana ini?" Celetuk Lendra memeluk Dewi sambil mengusap-usap puncak kepala Dewi yang tertutup bergo.
"Apaan sih, kok nanya nya kek gitu?" Jawab Dewi tiba-tiba saja hati nya bergetar hebat entah karena apa itu.
"Nanya doang"
"Kalo kamu pergi.. Berarti aku juga ikut pergi sama kamu. Dalam tahun, bulan, hari, jam, menit, hingga detik yang sama. Karna jika tidak, aku gak bakalan sanggup"
Lendra tersenyum tulus lalu memeluk erat Dewi seolah-olah tidak ingin Istrinya di rebut oleh siapapun. Lendra mengecup kening Dewi dan punggung tangan Dewi berkali-kali.
Hal tersebut membuat Dewi merasa heran, tak seperti biasanya terjadi seperti ini.
Tanpa keduanya sadari, keduanya mengucapkan kalimat syahadat dalam hatinya secara bersamaan dan masih dalam keadaan memeluk satu sama lain.
"Waasyhadu anna muhammadar rasulullah.."
"Waasyhadu anna muhammadar rasulullah.."
Kedua kaki Lendra dan Dewi melemas seolah-olah mati rasa, suhu tubuh menjadi dingin secara perlahan-lahan, wajah menjadi pucat pasi tanpa adanya cahaya.
"K-kamu ak-kan b-bers-sama-kku, s-selama-nya" Lirih Lendra.
"S-sela-lu"
Dalam tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik ini juga lelaki bernama Lendra Aditya Nugroho dan wanita bernama Dewi Adzkiyya menghembuskan nafas terakhir nya dan memejamkan matanya secara bersamaan. Dan akan terbangun kembali di akhirat yang kekal, bukan dunia yang fana lagi...
**
"Oekkkk!!"
"Oekkkk!!"
"Oekkkk!!"
*****
"APA-APAAN KALIAN!!"
T
bc
Kira-kira ada apa ya?
Oke, sekian terimagazih. Udah dulu ya!! Bubayy!! Mwahhh!!
Voment
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher BTQ My Husband | END
RandomUTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!!!!!!!! Ini kisah seorang Dewi Adzkiyya, dimana ia dijodohkan oleh orang tuanya dengan seseorang yang bernama Lendra Aditya Nugroho, seorang guru BTQ di Madrasah Aliyah Al-Amanah Namun disisi lain, Lendra sudah mempunya...