[ 5 ]💖

29.2K 2.2K 276
                                    

"mengapa kau melihatku seperti itu? aku bukanlah musuhmu Tuan Agasta" sindir Sean pada Agasta dengan senyuman mengejek.

Duduk menyandar tak lupa cemilan yang di siapkan beberapa Maid sudah beralih di tangannya.

Agasta mendengus kasar ingin sekali ia meninju wajah tengil Sean tapi ia tahan karena kehadiran adik iparnya di sini" Sialan! Kau mengejekku"

Azura memukul punggung suaminya memperingatkan, beginilah jadinya jika kedua anaknya tak di samping Ayahnya, tingkah suaminya menjadi seperti anak kecil jika sudah bertemu dengan Agasta yang tak lain abangnya.

"aws sakit sayang" mengusap bahunya menatap istrinya dengan senyuman merekah ketika mendapatkan pelototan dari sang istri"Azura apa kau tak berniat mengganti suamimu ini?"tanya Agasta membalas Sean.

"heh itu mulut!" ujar Sean tak terima.

Azura hanya tersenyum menanggapi namun tak lama"Sudah pernah mencobanya Kakak ipar namun selalu gagal"

Sean menatap istrinya tak percaya, sedangkan Agasta menarik sudut bibirnya puas atas jawaban adik iparnya."Sungguh kalian bekerjasama memojokkanku, Sayang tidakkah kamu kasihan pada suamimu ini"memelas.

Ya seperti biasa jika hari libur rumahnya akan kedatangan tamu dadakan dari keluarganya.

Membiarkan pasutri di hadapanya yang berseteru pikirannya berkelana pada putrinya yang di tinggalkan bersama ketiga putranya.

Mungkin sudah lama ia meninggalkan putrinya tangannya rasanya gatal ingin sekali memangku Anya.

Merasa ada yang janggal" Di mana kedua buntutmu itu Sean?"

Sean menatap sinis Agasta enak saja kedua putranya selalu di juluki buntut tapi seperti biasa ia akan menjawabnya"Bermain di balakang Mainsionmu"

Agasta terkekeh senang melihat wajah masam Sean"Kali ini serius, ku dengar perusahaanmu memiliki masalah bertepatan kau datang kemari?"tentunya pertanyaan Agasta memang betul adanya ia hanya ingin memastikan.

Azura meraih ponsel di tasnya bosan jika harus membahas masalah. Akan jauh lebih baik jika bermain ponsel atau sesekali mengelilingi Mansion setelah ini.

Xavier, Aidan yamg tak jauh dari posisi obrolan ketiga orang di dewasa itu menghelanafas lega.

Untung saja kedua sepupunya tidak ikut, jika sudah ikut sudahlah maka mereka tidak ada waktu bermain dengan si mungil.

Sepupu yang di maksud adalah anak angkat Sean dan Azura.
Bukan tanpa sebab jika mengetahui mereka berdua berada di Mansion sudah pasti di ajak balapan, atau mungkin latihan menembak dan juga latihan berat lainnya.

Keberadaan Anya mereka sembunyikan dari dunia luar maupun di kalangan keluarga.

Karena kebenciannya terhadapa si mungil membuat keluarga lupa bahwa kehadirannya di dunia ini masihlah ada.

Entah apa nanti reaksi seluruh keluarga ketika melihat rupa wajah menggemaskan yang selalu mereka sebut sebagai pembunuh kecil.

Selama ini hanya kelurganya yang tau rupa adik bungsunya tapi tidak dengan keluarganya yang lain, setiap kali ada acara di Mansion pasti si mungil di kurung seharian di kamar bersama dengan pengasuhnya.

Karena mereka beranggapan Anya adalah pembawa sial, tapi mungkin jika mereka melihat tingkah menggemaskan si bungsu bisa saja semua itu berubah.

"Tapi bukankah lebih baik jika mereka membenci si bungsu dan hanya kita yang memonopolinya saja" Aidan membuka pembicaraan, sebab ia tau pikirannya dan Xavier sama.

Xavier hanya diam entah apa yang di pikirkannya sekarang dengan wajah dinginnya" kita serakah tapi gue suka" ucapnya menyeringai.

~000~

Alaska tak henti hentinya mengecup pipi gembul adik bungsunya atau sekarang menjadi kesayangannya.

"baby tidur di sini sama abang, abang 'kan udah kasih hadiah"ujar Alaska mendudukan tubuh si mungil di kasurnya menghadap padanya.

Keluarga Dirgantara tak pernah mau menerima kata penolakan dan itu sebabnya Alaska bertanya tapi dengan sebuah paksaan di dalamnya.

Anya memeluk bonekanya yang terasa lembut"Anya ndak boyeh tidul cama olang lain, bibi biyang anti malah, Anya belisik belisik angis inta mimi~" polos si mungil.

Selalu mengingat pesan pengasuhnya, sebab beberapa maid pernah ingin tidur bersamanya.

Alaska yang mendengarnya tentu tak senang sebisa mungkin ia mengendalikan dirinya ketika mata bulat itu menatapnya, senyuman tulus terpatri di wajahnya yang tak pernah di lihat orang lain" Abang keluargamu sayang bukan orang"

"jadi boyeh ya?" tanya si mungil.

Belum sempat menjawab, lemparan kerikil mengenai kaca jendelanya.

Mata Alaska membulat ketika melihat bocah yang tengah menyandar pada salah satu dahan pohon dengan kerikil di tanganya tengah tersenyum, lantas berteriak lantang ketika matanya bersitatap dengan boneka hidup pikirnya, yang tengah berkedip dan melambaikan tangan gempalnya kearahnya, terlihat menggemaskan sekali.

"kyak, Abang Alaska culik Bayi!"teriaknya.

Alaska sepontan menuntupi tubuh mungil itu dengan bantal tentunya hanya menjadikan pandangan bocah itu terhalang.

Devano menutup telinganya mendengar lengkingan suara adiknya" bisakah sehari saja mulutmu diam "

Tentu saja perkataan kakaknya itu membuatnya segera turun dari atas pohon dengan lincah, inilah kenakalannya yang lain hingga membuat sang Ayah darah tinggi jika berhadapan dengannya selain bawel, aktif, jail. Naik pohon ia sebut sebagai keahliannya.

Dengan wajah cemberut anak itu memilih berlari memasuki Mansion percuma bicara dengan kakaknya tanpa bukti pasti ia akan di kira berbohong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan wajah cemberut anak itu memilih berlari memasuki Mansion percuma bicara dengan kakaknya tanpa bukti pasti ia akan di kira berbohong.

Dari pada membuang waktu lebih baik membuktikannya sendiri bukan?

"Dadddy!, Mommy Bang Alaska culik Bayi lucu!"teriaknya memasuki Mansion buru buru tanpa berhenti menuju kamar yang tengah ia tuju.

Yang terpenting ia sudah memberitahu menaiki tangga di bandingkan lift, kamar Abangnya Alaska terletak di lantai dua.

~000~

Sementara Alaska merutuki dirinya sendiri bagaimana ia bisa lupa setiap hari minggu adik dari Ayahnya selalu bermain ke Mansion.

"Au ain, au ain" ucap si mugil berfikir punya teman bermain.

Tak lama suara gendoran pintu terdengar di susul dengan suara bising" Bang Alaska, kenalin dong babynya! Teo janji deh gak bakal nakal nakal"

"Sial"umpatnya pelan.

Sedangkan si mungil beralih merentang tangannya minta di gendong.

"Ain, ain!" semangatnya.


•••••••••


Hari ini tanpa ada kata dari Day, karena Apa? Mata sudah lima menit jeyeng😣

Sebelumnya

Makasih untuk kalian yang udah vote dan spam nexnya karena itu berarti banget buat penulis seperti day😘


160 vote + 100 spam nexnya



Votenya ❤
See you nex time🤚

Family Possessive [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang