Alaska mengangguk mencoba memahami celotehan adiknya yang begitu imut mata bulat itu berbinar dengan pipi yang mengembung lucu menceritakan kegiatan hari ini, ia paling menyukai ketika pipi gembul itu memerah kesal ketika menyebutkan Ayahnya nakal.Agasta terkekeh mendegarkan cerita putrinya yang tengah duduk di pangkuan Alaska.
Kali ini Alaska menanggapinya dengan mengecup hidung yang memerah bak tomat sehabis menagis , lelahnya terbayar ketika berjumpa dengan kesayangannya dua hari di sibukkan dengan pekerjaan membuat dirinya stress bergelut dengan kertas dan orang orang yang menurutnya tak jauh berbeda dengan seekor tikus, menyingkirkan hal itu dari pikirannya teralih.
Melihat tubuh mungil adiknya ia baru menyadari bagaimana bisa keluarga Dirgantara mempunyai keturunan Mahluk mungil sekecil ini dari mulai kaki, perut yang terlihat buncit, dan lagi kedua tangan yang terlihat gempal di padukan dengan wajah yang imut dan juga manis . Melihatnya saja seperti ini membuat jiwa Alaska ingin sekali menculiknya hanya untuk dirinya seorang.
Agasta meleparkan kue di tangannya ketika tatapan putranya terlihat berubah, ia tau arti tatapan itu sedangkan yang di lempar memejamkan matanya sejenak ketika remahan kue menyangkut di rambutnya sedangkan si mungil tertawa lucu melihat rambut hitam abangnya.
Masih ada adiknya disini Alaska bersikap tenang" Kau mengganggu saja, biarkan baby bersamaku hari ini. Aku tau kau lelah istirahatlah sedari pagi cukup membuatmu lelah perhatikan juga kondisimu---"
Agasta meminum secangkir kopi di tangannya, menikmati. Perkataan putranya memang ada benarnya tapi ia tak setua itu dan lagi Alaska hanya ingin memonopoli putrinya.
Ia akui mengurus seorang anak melelahkan di bandingkan kegiatannya sehari hari yang harus berurusan dengan senjata dan juga kertas kertas yang berserakan di meja kerjanya, di balik itu semua pria itu menikmati kegiataannya sebagai seorang Ayah.
Sedangkan si mungil asik dengan camilan yang di berikan Alaska" Ayah tidak lelah kau pikir aku setua itu" dengusnya, Alaska mengangkat sebelas alisnya merespon"Kau tidak mau mengalah sedikitpun. Ya sudah kalau begitu tidak ada pilihan lain" ujarnya mengangkat Anya kepangkuannya, lantas beranjak berlari membawanya pergi sebelum Ayahnya sempat merespon.
Agasta, membiarkan putranya kali ini meskipun dengan rasa kesal, ia akui akhir akhir ini putranya Alaska terlihat berbeda, lebih sering membantah dalam hal emosipun sama peeubahan itu semua terlihat ketika Alaska mulai tertarik dengan adiknya yang menggemaskan.
Entah ia harus senang atau kesal, atas perubahan sikapnya mungkin kedepannya kedua putranya pun akan mengikuti jejak adik mereka Aidan.
Mata tajamnya menatap hamparan luas, sudah lama ia tidak merasakan ketenangan, sebelum kaki melangkah pergi. kepalanya tiba tiba terasa pusing dengan suara suara aneh yang ia dengar.
Yayah tolong Anya
Aman jahat hiks hiks
Yayah buang Anya, ya?
Yayah ndak cayang Anya lagi?
Akkhhhh cakit, ampun aman!
Nafas Agasta tersegal, dadanya terasa di remas suara suara putrinya memenuhi kepalanya hanya sesaat.
Tangannya menumpu pada meja menahan badannya yang sempat terhuyung, terlihat bulur keringat di dahinya " Apa semua itu?" dengan wajah yang tetlihat sedikit pucat.
Salah satu bodygoard yang berjaga menghampiri Agasta" Tuan anda baik bak saja?" Agasta menoleh dengan gelengan" Tidak, kemana putrtaku membawa putriku pergi"
"di halaman depan tuan bersama teman teman, tuan muda Aidan"
.......
"Ck kau mengganggu saja minggir sana, gue mau foto juga sama degem"mengusir saka yang berada tepat di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Possessive [ END ]
FantasyFollow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya keluarga yang ia miliki di dunia. Tapi bukannya sebuah kasih sayang yang ia dapatkan melainkan kekera...