[ 18 ] 💖

11K 1K 259
                                    


Anya mengerjapkan mata bulatnya merasakan pipinya basah karena pria itu menangis mengecupi pipi bulatnya dan terus bergumam kata maaf yang tentunya si mungil itu tidak mengerti.

"Maafkan Ayah sayang, Ayah menyesal meninggalkanmu sendirian di sana....."hati Arthur benar benar tercabik cabik mengingat semuanya pria itu benar benar menyasal atas apa menimpa putrinya tangan besarnya memeluk tubuh mungil Anya dengan begitu erat. Ia tidak mau merasakan kehilangan lagi, bahkan saat ini kakinya terasa lemas hingga terduduk dengan Anya masih dalam pelukannya.

Tangan gempal si mungil mencoba mendorong dada bidang Arthur meronta ingin di lepaskan ia merasa sesak" Anya penyet ini aman!"ucap si mungil ketika usahanya tidak membuahkan hasil, Arthur perlahan melonggarkan pelukannya di tatapnya wajah yang terlihat memerah dengan pipi mengembung lucu.

"ndak boyeh peluk peluk Anya celpelti itu! Ih angan angis angis juga nanti di kila Anya akal" ucapnya dengan kedua alis menukik kesal tapi tangan gempalnya itu menyentuh Wajah Arthur dari sisa air matanya. Bibir pria itu menarik garis senyuman mendengar suara halus Anya memasuki pendegarannya.

Anya, menoleh kepada kedua abang kecilnya Teo yang terjatuh tertelungkup entah karena apa?

Deon membantu adiknya untuk berdiri ia tak habis pikir niat hati ingin menolong Anya dari pria asing membuat gerakkan Teo yang terburu buru turun dari mobil terjatuh alhasil ia membantu adiknya terlebih dulu.

Anya mencoba turun dari pria yang sekarang ini tengah menahan tubuhnya untuk turun" lepacin Anya au antu mbang Teo aman, pwiss" ucapnya terdengar memohon, merasa pria itu enggan melepaskannya.

Arthur dengan berat hati melepaskan tubuh mungil itu dari dekapannya, tubuh mungil nan pendek itu berlari kecil menghampiri kedua bocah laki laki nampak sekali menatap dirinya tajam, Arthur tidak peduli ia mengikuti langkah putrinya.

Meskipun hatinya merasa tersentil ketika panggilan paman di sematkan untuknya.

"mbang Teo napa? Ucap si mungil dengan wajah yang terlihat khawatir yang semakin terlihat menggemaskan ketika mata bulatnya itu terlihat berair" cakit ya?"berjongkok melihat luka di lutut Teo Dengan bibir kecilnya mencoba meniup.

Teo mengecup pipi gembul itu" jangan menangis Boneka cantik ini hanya luka kecil kok, Teo kan anak pemberani" mencoba tetap cool di hadapan boneka cantiknya, padahal ia tengah menahan tangis karena sakit.

Deon menahan senyuman di sudut bibirnya kemana adiknya yang manja ketika mendapatkan Luka sedikit saja langsung menagis.

Pandangan Deon beralih pada pria yang tengah memperhatikan Anya" Paman siapa? Mengapa kau menagis seperti anak kecil dan memeluk Anya kami"ucap Deon dengan garis wajah serius memindai orang di hadapannya.

Kedua bocah beralih menatap kembali Arthur, tangan Arthur menggapai wajah putrinya membikai dan segera di tepis oleh Teo.

Mata Teo menyorot tajam orang dewasa di hadapannya, berani sekali orang asing ini menyentuh boneka cantiknya."Paman siapa?! Jangan pernah menyentuh keluarga Dirgantara tanpa seizin kami terutama boneka cantik!" marahnya.

Arthur menaikan sebelah alisnya ketika seorang bocah mengancamnya dan itu terlihat lucu" Aku memperingatimu paman! Kau malah tersenyum tidak ada yang lucu"ucapnya tangannya menarik tubuh mungil Anya bersembunyi di balik badan bocah itu.

"hus hus! Jangan dekat dekat" ocehnya dengan tangan seakan mengusir hewan di hadapannya pada Arthur." yuk! Boneka cantik kita masuk aja ke dalem disini ada paman jahat nanti culik kamu lagi hih takut" bisiknya pada Anya menakuti, terlihat si mungil mengangguk pelan.

Arthur tidak peduli ucapan bocah nakal itu ia mengikuti langkah Teo yang menuntun putrinya untuk menjauh entah apa yang di bisikan bocah itu pada si mungil.

sebelum langkahnya berlanjut ia di hadang satu bocah bersurai hitam"Sudah di peringatkan kenapa kau mengikuti paman, orang dewasa pergi ke arah sana jangan ikuti kami"

Arthur sudah bersabar menghadapi ulah kedua bocah sedari tadi yang selalu mengganggunya melirik sinis Deon"Dia putriku bocah minggirlah" kembali melangkah mengejar putrinya yang di bawa salah satu bocah entah kemana.

Sial ia hanya lengah sebentar putrinya sudah pergi.

~000~

Agasta di hadapkan dengan berkas berkas surat hak asuh anak yang sudah di sepakati bahkan tanda tangannya bahkan sudah tertera tanpa ia tahu hal itu terjadi begitupun dengan ketiga putranya yang ikut membaca.

Zegran sengaja menyerahkan itu pada Agasta, ia tidak ingin membuang waktu lama di sini ia hanya ingin membawa cucu barunya pergi dari Mansion Dirgantara.

Pria tua itu sadar bahwa tempat ini memang tidak cocok untuk anak usia 4 tahun, di mana ada ke egoisan yang menurutnya tidak masuk akal. Anak sekecil itu di katakan pembawa sial bahkan dia anggap hama oleh keluarganya. Keputaaan semakin bulat untuk membawanya pergi gadis kecil itu dari sini.

Beberapa menit yang lalu Agasta sempat tidak terima keputusannya sebelum ia menunjukkan bukti dan membawa pengacara yang membenarkan suratnya sudah resmi tidak bisa si ganggu gugat sebab sudah ada persetujuan dari pihaknya.

Agasta menitikan air matanya dengan gigi bergemeletuk meremat berkas di tangannya"Baiklah kita bawa ini ke pengadilan aku akan merebut kembali hak asuh putriku tuan Zegran" sebelum Ayahnya ikut campur Agasta menyela" Dan kau tidak perlu lagi ikut campur tentang kehidupanku tuan Ricard, baiklah jika kau tidak ingin menerimanya itu tidak masalah"

Agasta menyorot tajam Ricard dengan mata memerah amarahnya benar benar meledak saat ini bahkan kertas yang ada di tangan ia sobek"kau belum mengenalnya......" suaranya melirih" Aku bahkan berancana mengunjungi Mansion milikmu, dia begitu antusias ingin bertemu kakeknya tapi ternyata aku salah mengatakan bahwa kau akan menerimanya, aku salah membuatnya menaruh harapan..... tapi sudahlah" Agasta terkekeh atas ke bodohannya.

"ku harap kau tidak menyasalinya tuan Ricard, dan untukmu kita akan bertemu di pengadialan jika kau kekeh tetap membawa putriku pergi tuan Zegran"

Terdengar suara langkah kecil yang terburu buru di tengah kesunyian yang mencekam "Yayah au es cream!" teriak seorang gadis kecil dengan senyuman yang menggembang di wajahnya.

Terdengar suara langkah kecil yang terburu buru di tengah kesunyian yang mencekam "Yayah au es cream!" teriak seorang gadis kecil dengan senyuman yang menggembang di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••••••

Kemaleman up date nya, ya😁

Tenang Anya gak akan terlibat permasalahan, biarkan orang orang dewasa yang membereskan permasalahan.

Di sini Anya akan di buat hanya menghabiskan waktu dengan kepolosannya tanpa menyadari permasalahan orang tuanya hadapi.



400 vote + 100 spam nexnya
Semangat!


Vote ❤
See you nex time ✋

Family Possessive [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang