[ 8 ] 💖

26.3K 1.7K 116
                                    

GOOD NIGHT 🌛



Tepat pukul tiga sore mereka sudah siap berangkat dengan si mungil yang sudah di dandani selucu mungkin oleh Seravina.

Bertepatan hari terakhirnya bekerja di Mansion Dirgantara, ternyata bukan tanpa sebab mereka pergi Aidan merencanakan semuanya dengan matang.

Berbekal sedikit pengalaman tentang cara mengurus bayi membuatnya nekat memecat Seravina.

Aidan mempunyai sifat keras kepala di antara kedua Abangnya yang lain, jika Alaska menerima aturan Agasta meski sedikit meberontak tapi ia tetap tunduk begitupun dengan Xavier.

Aidan memiliki rasa kepemilikan berlebih pada adik kecilnya itu tentunya kedua Abangnya tidak tau niat terselebung memecat Seravina.

Ia tak suka adiknya bergantung pada orang lain, sedari pagi si mungil menepel dengan pengasuhnya di bandingkan dengan dirinya begitupun kedua Abangnya mendapatkan penolakan dan alhasil niat hati pergi pagi berjalan jalan di undur sore hari.

Dan sekaramg si mungil malah anteng dengan sepepupunya itu, tapi setidaknya ia sudah menyingkirkan satu orang dengan mudah.

Beruntung ia menggunakan logikanya dalam mengambil keputusan hari ini jika dengan emosi maka lain cerita mungkin menghilangkan nyawa Seravina menjadi pilihannya.

Tapi ia masih memeliki hati memberikan kesempatan hidup, setidiaknya seravina sudah merawat adiknya dengan baik saat mereka lalai mengabaikan keberadaan si mungil.

Seravina memaksakan senyumannya saat tangan gempal itu melambaikan tangannya memasuki mobil bersama keempat pria dingin itu, apa lagi tatapan Alaska.

Sekuat tenaga Seravina menahan tangis setidaknya nonanya sekarang di sayang oleh keluarganya.

"Selamat tinggal Anyaku sayang bibi sangat menyayangimu" batinnya, mobil hitam pergi meninggalakan Mansion begitupun dengan dirinya.


~000~

"Sialan! kau berani memukul wajahku hah!" amarahnya tersulut saat seorang pria berlari lalu tanpa aba aba lansung menghajar wajahnya begitu saja.

Pria yang menghajar Agasta di tahan oleh kedua bodyguardnya, tatapan netranya berwana merah tengah menatapnya dengan nyalang "jangan pernah kau berpikir untuk membunuh putriku!" teriaknya dengan tangan bercucuran darah.

Agasta baru menyadari hal itu, terlihat wajahnya yang memucat" Berikan putriku padaku! Jangan menyakitinya, Lepaskan aku!" teriaknya ketika kedua bodygoard menahan tubuhnya.

"Apa yang kau katakan?" bingungya.

"Sialan! aku akan mencarinya sampai keujung dunia manapun kembalikan putriku!" teriaknya penuh emosi di hadapan Agasta.

Agasta menyadari sesuatu mungkin pria itu gangguan mental ketika dua sosok pria berlari menghampirinya, " Maaf mengganggu kenyamanan anda...., sekali lagi maaf. Tuan kami sedang dalam pemulihan karena kehilangan putri satu satunya" ucap salah satu dari mereka dengan raut wajah panik menunduk.

Agasta memperhatikan pria yang tak jauh berdiri di hadapanya nampak terlihat seusia dengannya, iya pria itu gila mungkin karena kehilangan putri yang sangat di sayangnya.

"Apa yang kau bicarakan putriku masih hidup, dia disini"ucpnya tak terima.

"Berapa usia putrinya?"ketika Agasta memberi kode kepada kedua bodygoard agar melepaskannya.

Dan mebiarkan kedua pria itu memapah pria yang terlihat kacau saat ini" 10 tahun"ucapnya.

Ia pernah merasakan sakitnya kehilangan orang yang di sayang mengingat kembali mendiang istrinya saat itu ia menggila, dan apa lagi sekarang ia memiliki putri yang berusia 4 tahun.

Family Possessive [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang