Gak sadar tadi ke publis, saking fokus ngetik ≧ω≦
Menjelang malam setelah semua selesai makan tanpa terlewat, malam ini begitu ramai dengan teman teman Aidan dan juga dua keponakannya terutama Teo.
Agasta dengan telaten menyuapi putrinya yang sudah wangi khas bayi dengan pakaian tidurnya yang lucu, kebutalan hari ini Agasta tak memandikan putrinya yang sudah di dahului putranya yang berinisiatif menyerahkan Anya pada salah satu Maid untuk memandikannya.
Agasta menaruh curiga dengan gerak gerik putranya saat ini.
Sedangkan Aidan menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan Ayahnya, setelah apa yang terjadi di halaman belakang Mansion Aidan urung memberitahu Agasta.
Bukan waktu yang tepat setelah mendegar cerita dari Abangnya Alaska, ia tidak sengaja berpapasan dan menanyakan apa yang bicarakan Ayahnya tadi, Alaska menceritakan apa yang di alami Ayahnya saat ini.
Ia masih bingung harus cerita di mulai dari mana? Bagaimana bisa luka di alam mimpi terbawa hingga dunia nyata pada tubuh adiknya. Semua tidak masuk akal, bukan?
Dan mungkin ini saling berhubungan dengan mimpi Ayahnya?
"Paman! Biarkan kami bermain, Ayolah. Aku akan menyuapi boneka cantik janji deh" ucap bocah itu yang sedari tadi menunggu padahal waktu makan malam sudah lewat. Bosan melihat totonan dan juga game, niatnya kesini untuk bermain dengan Anya.
Sean, menutup sambungan telepon dari istrinya. Azura tadi pamit pergi buburu meminta izin karena memiliki acara dadakan bersama temannya, Sean memberikan izin tidak sering juga istrinya berkumpul dengan teman temannya.
"Mengalah bang! ya ampun kita tidak akan membawanya pergi" gemas Sean pada Agasta.
Agasta tidak menanggapi Sean, Anya menolak suapan Ayahnya, perutnya sudah kenyang ia sudah makan dan sekarang sang Ayah memberinya camilan bubur dengan rasa coklat ke sukaanya.
Mata bulatnya mengerjap ketika Ayahnya mengelap bibirnya dengan tisu basah" au ain. Anya cudah kenyang yayah, tulun" ucapnya, badannya bersiap untuk turun.
Agasta menahan tubuh mungil putrinya"sebentar sayang minum dulu" yang di terima dengan baik oleh si mungil.
Menurunkan putrinya dari pangkuan setelah selesai dan di sambut langsung oleh kedua bocah laki laki yang sudah sedari tadi menunggu.
Deon dengan wajah datarnya terlebih dulu mengambil tangan yang nampak berisi itu untuk di genggam, mengambil langkah sedikit terburu buru meninggallkan adiknya yang menatapnya tanpa berkedip.
Begitupun dengan kedua orang dewasa yang turut menatap kepergian Deon, putra dari Sean yang minim sekali ekspresi, tak ingin berdekatan dengan orang lain, senang dengan kesunyian hari ini nampak berbeda.
"Apa ini yang di sebut diam diam menghanyutkan?ucap Sean, tak percaya, Tio langsung pergi menyusul.
Agasta, tak heran putrinya yang mengemaskan bisa menarik perhatian dan meluluhkan hati orang orang keras sepertinya, memikirkan hal itu pikirannya tertuju pada pria tua yang tak lain Ayahnya.
Kebencian itu pasti masih ada, akankah Ayahnya juga luluh ketika melihat putrinya ini.
Rasa khawatir mulai menyerangnya saat ini, kabar bahwa ia menyangi putrinya belum sampai pada telinga pria tua itu.
Apa lagi rencana sang Ayah saat itu, tidak ia tidak ingin berpisah dengan putrinya.
"Bang!, malah ngelamun, apa kau pikirkan?" ucap Sean menepuk bahu Agasta, sebenarnya ada rasa kesal sedari tadi ia berbicara namun tak dapat tanggapan dari lawan bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Possessive [ END ]
FantasyFollow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya keluarga yang ia miliki di dunia. Tapi bukannya sebuah kasih sayang yang ia dapatkan melainkan kekera...