Mobil hitam bergaya klasik berhenti tepat di depan gerbang kediaman Dirgantara, para penjaga yang sudah di tugaskan Agasta tidak berniat untuk membuka gerbang meski mereka tau kedatangan tamu, jika tidak ada jadwal pertemuan maka pintu gerbang akan senantiasa di tutup.
Seseorang yang berada di dalamnya merasa geram, mana mungkin mereka tidak tau siapa orang di dalamnya apa mereka semua lupa, bunyi klakson mobil menjadi satu satunya pilihan agar gerbang mobil terbuka.
Sedangkan penjaga yang menjaga gerbang memilih mengabaikan, menunggu seseorang itu menurunkan kaca mobilnya terlebih dulu untuk berjaga jaga. Tepat sesuai dugaan mereka kaca mobil turun terlihatlah seorang pria paruh baya dengan luka di wajahnya.
Sontak mereka lasung menunduk mengenali seseorang di dalam sana.
Tidak biasanya tuan besarnya itu menggunakan mobil klasik baru kali ini mereka melihatnya, apa mungkin koleksi baru pria tua itu.
"buka gerbangnya!, apa yang kalian tunggu silan!" ucapnya geram di buat menunggu.
Para penjaga menatap takut takut kemarahan pria tua itu, salah satu dari mereka menjawab dengan suara yang terdengar gemetar" Ma-maaf tuan anda tidak di izinkan masuk oleh tuan Agasta kami hanya melaksanakan perintah" ucapnya menunduk.
Ricard tersenyum dengan maksud lain"Tuannmu aku atau Agasta?" ucapnya, pemilik Mansion tetaplah dirinya jika putranya lupa apakah ia harus mengingatkannya.
Tak bisa menjawab seakan lidah mereka kelu atas pertanyaan yang di layangkan Ricard.
Bagi mereka keduanya tuan mereka tapi jika di bandingkan maka Ricardlah pemenangnya.
"Buka Gerbangnya!" ucapnya menutup kaca mobil.
Pintu gerbang terbuka.
~000~
"Sekarang sudah di olesi salep luka baby terlihat mulai memudar meski masih terlihat samar samar, setidaknya tidak parah seperti awal kita lihat"ucap Aidan kepada kedua Abangnya yang belum nampak yakin tengah memeriksa.
Ketiganya tidur di kamar Anya yang sudah Agasta siapkan, tapi bukan berarti putrinya tidur di kamarnya sendiri. Agasta mempersiapkan hanya sebagai penghias untuk nanti jika putrinya beranjak dewasa.
Agasta sudah memikirkannya matang matang sampai usia putrinya menginjak tujuh tahun baru Agasta memginjinkan si mungil tidur di kamarnya sendiri.
Pria itu tidak terlalu khawatir letak kamar Anya tidak jauh darinya lebih tepatnya di samping kamarnya, sedangkan ketiga putranya berada di lantai tiga dan hal itu menguntungkan bagi Agasta.
Hari ini pagi pagi sekali Agasta sudah pergi untuk mengurus berkas berkas yang sudah di siapkan sedari malam lewat kuasa hukumnya mengenai hak asuh putrinya, bahkan semalam putrinya di asuh oleh ketiga putranya.
Sebelum pergi Agasta sempat mengecup kedua pipi putrinya yang nampak mulai terlihat semakin berisi.
Si mungil nampak terusik dari tidurnya, tanganya yang tengah di periksa Alaska mengepal di telapak tangan yang telihat berbeda jauh dengan miliknya menghadirkan senyuman ketiga pria remaja itu di wajah kakunya, mulut kecilnya menguap dengan mata setengah terbuka yang di hadiahi sebuah kecupan yang ia terima di pipi dan juga kedua tangannya.
"shuut tidur lagi sayang maaf Abang menggagu tidurmu"ucap Alaska segera mengusap pelan surai adiknya yang nampak menggemaskan bahkan di saat tertidur.
Jujur saja semalam mereka lelah dengan ke aktifan adiknya dari menemani bermain berlari, petak umpat, bernyanyi, melukis, bermain boneka, mengacak ngacak tempat tidur.
Dan akhirnya si mungil tidur larut malam membuat mereka benar benar lelah harus membereskan apa yang sudah di acak.
Nampak hal yang di lakukan Alaska sia sia mata bulat itu terbuka dengan netra coklatnya yang berbinar, Alaska menggapai tubuh mungil itu untuk ia gendong di pangkuannya ketika ke dua tangan si mungil merentang, bahkan sekarang pipi bulat itu menyender di bahu Alska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Possessive [ END ]
FantasyFollow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya keluarga yang ia miliki di dunia. Tapi bukannya sebuah kasih sayang yang ia dapatkan melainkan kekera...