Next Door's Trouble Chapter 4 (End)

1K 12 0
                                    

Wajah Varen sangat merah. Ucapannya terhenti seakan tidak sanggup dilanjutkan. Grace mengedipkan matanya beberapa kali. Setelah selesai mencerna kata-kata Varen, gadis itu menutup mulutnya tidak percaya.

"Makanya gue sempet jahilin lo. Gue suka ngeliat ekspresi lo. Grace, lo bikin gue penasaran," lanjutnya.

"Terus setelah malem di vila itu gue sadar, kalo gue suka sama lo. Gue jadi ngerasa semakin bersalah. Itu alasan kenapa gue menjauh."

Ritme jantung masih cepat. Wajah juga masih memerah. Kedua mata Grace membelalak tiap Varen mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. Sebuah pernyataan. Grace sama sekali tidak menyangka bahwa percakapannya dengan Varen berakhir ke arah itu.

"Jadi Kakak pernah ngebayangin saya pas lagi masturbasi?"

Entah dari mana, celetuk Grace secara tiba-tiba. Mendengar ucapannya sendiri
pun Grace terkejut. Sontak gadis itu menggigit bibir bagian bawahnya. Laki-laki di depannya pun juga terkejut mendengarnya. Wajah mereka berdua semakin memerah dan panas.

"Udah nggak perlu buat ngebohong, iya. Gue ngebayangin betapa seksi dan hot diri lo kalo lo ada di bawah gue, atau kadang di atas, gue yakin dari posisi apa pun lo tetep jadi pemandangan indah di mata gue." ucap Varen dengan tetap mempertahankan kontak matanya dengan Grace.

"Sekarang aja ngeliat lo yang gigit bibir gitu bikin gue pengen lahap bibir lo dan gue gigit juga sampe berdarah," lanjutnya.

Raut wajah Varen terlihat berbeda dari biasanya, muncul ekspresi serius yang nampak dewasa. Semakin membuat daya tarik seksual laki-laki itu meningkat. Grace menelan ludahnya, jujur saja mendengar pernyataan laki-laki itu membuat Grace tergoda. Merasa tergiur. Ingin mencoba dan merasakannya.

"Gue bakal cium lo, kalo lo nggak suka tinggal dorong gue aja."

Cup, kedua bibir menyatu. Varen sangat berani di sini, membuat Grace kebingungan harus berbuat apa. Perlahan, kecupan di bibir berubah menjadi lumatan, kemudian ada pergulatan kedua lidah yang lembab dan panas. Grace dibuat susah bernapas dan sesekali harus melepaskan ciumannya untuk mengambil napas. Tentu saja dengan langsung bibir Grace kembali dilahap oleh Varen.

Seluruh tubuh melemas, jantung sudah tidak perlu ditanyakan lagi apa kabarnya. Varen melepas lumatannya, ingin melihat wajah gadis yang ada di depannya itu. Mimik wajah Grace terlihat seperti ada yang kurang, ia belum puas dan Varen dapat melihatnya dengan jelas. Muncul senyuman nakal di wajahnya.

"Mau balik ke asrama?"

.・゜✧﹒☁﹒✧゜・.


Pintu digebrak, lampu dinyalakan. Keduanya itu kembali saling menginginkan bibir satu sama lain. Tangan juga mulai berjelajah, terutama tangan Varen. Merinding terasa di seluruh tubuh Grace. Satu persatu kancing dibuka, mengekspos kedua belah dada yang dibalut oleh bra berwarna putih berenda. Varen memandanginya selama beberapa saat.

"Gue gak nyangka ternyata lo lebih seksi dari yang gue bayangin. Kenapa selama ini lo sembunyiin?"

Belum mendengar jawaban dari Grace, laki-laki itu langsung mencium payudara Grace, mulai dari yang kanan, lalu yang kiri. Bra dibuka dan Varen kembali mencium dan menghisap meninggalkan jejaknya. Grace tidak tahan dan mendesah nikmat. Sungguh sensasi geli yang menegangkan.

Kali ini suara ikat pinggang dibuka terdengar, diikuti oleh suara resleting. Luar biasa, lebih besar dari mainan milik Grace. Penis asli terasa lebih panas, lebih berurat, juga lebih menggoda selera. Tangan mereka berdua masing-masing pergi ke alat vital satu sama lain. Saling menyentuh dengan lembut.

"Jadi, mana semua mainan lo yang salah dateng ke kamar gue? Gue pengen liat gimana cara lo pakenya."

"M-masa gue kasih liat Kak Varen? Nggak mau!"

"Salah lo sendiri bikin gue kebayang selama berbulan-bulan. Lo harus tanggung jawab," ucap Varen dengan puppy face-nya.

Sedikit ragu-ragu, namun Grace akhirnya mengambil barang yang diminta Varen dari dalam lemarinya. Sebenarnya, dari semenjak kejadian itu Grace belum pernah mencobanya. Karena kesibukkan masa orientasi dan juga kenangan memalukan dengan Varen selalu teringat saat melihatnya.

"Hm lebih kecil dari punya gue, tapi nggak apa-apa. Pasti enakan punya gue kan?"

"Belum dicoba mana tau bener apa nggak."

"Wah udah berani nyolot? Sini gue tusuk!" ucap Varen sambil memeluk Grace.

"Hahaha, ampun!"

Varen kembali menciumi leher Grace dan meninggalkan jejak lain. Geli, leher adalah titik lemah milik Grace. Meskipun geli namun gadis itu suka. Varen memang sangat lihai dengan mulutnya. Grace berpikir betapa enaknya jika mulut itu berada di suatu tempat lain yang hangat dan basah.

"Sebelum gue tusuk, liatin dulu cara lo pake mainan lo. Boleh tuh sambil dipake kostumnya, gue lebih suka yang pelayan."

"Serius Kak? Kirain bercanda doang."

"Setengah bercanda, setengah serius. Tapi kalo lo mau, gue nggak nolak," jawab Varen memperlihatkan wajah jahilnya.

Mana mungkin Grace bersedia memperlihatkan caranya melakukan masturbasi di depan Varen. Tapi, ada sedikit bagian dari Grace yang ingin menuruti perintah laki-laki itu. Menyeramkan dan menegangkan, namun rasanya dirinya akan baik-baik saja di tangan Varen. akhirnya gadis itu mengangguk dengan perlahan dan mulai mengganti bajunya dengan kostum yang diminta.

Sangat ketat ternyata, membuat kedua payudara Grace semakin menonjol dan besar. Stoking putih selutut berpita hitam,ditambah bando pelayan, dan jangan lupa sebuah choker berpita. Malu, Grace sangat malu. Varen yang berada di depannya terdiam.

"Shit, sexy banget." gumam Varen.

Masih malu, Grace duduk di tempat tidurnya dan mengambil mainan miliknya juga sebuah pelumas. Dioleskanlah pelumas pada mainannya dan ia mulai menggesek-gesekkan kepada klitorisnya. Desahan keluar, napas semakin berat. Grace menutup matanya, ia tidak sanggup melihat wajah Varen saat sedang melakukannya. Grace mencoba untuk memasukkan mainannya ke dalam lubangnya. Agak susah dan sedikit sakit, namun gadis itu tetap mencoba.

"Cukup, gue nggak tahan."

Tiba-tiba Varen mendatangi Grace dan mulai memasukkan satu jari ke dalam lubang Grace. Grace membuka mata karena terkejut. Ia melihat laki-laki yang di depannya itu menampakan wajah serius dewasa yang ia lihat di belakang gedung tadi. Ditambah wajah merah berkeringat dan napasnya yang berat, Varen terlihat seperti sebuah hewan yang sangat kelaparan. Seperti sebuah predator yang siap melahap mangsanya.

Lubang Grace yang sudah sangat basah membuat jari laki-laki itu dengan mudah masuk dan keluar. Jari semakin cepat, jari bertambah. Grace kembali mendesah, kali ini yang lebih keras. Setelah tiga jari dimasukkan, gadis itu merasakan hal menggelitik di seluruh badannya, namun sayang Varen mengeluarkan jari-jarinya.

"K-kenapa? Tolong Kak lanjut!"

"Lo nggak boleh keluar dulu, biar penis gue yang bikin lo enak."

Langsung tanpa menunggu aba-aba. Masuk, punggung melengkung dan kedua bola mata Grace terlempar ke atas. Sensasi yang dirasakan Grace jauh lebih berbeda daripada sebelumnya. Gadis itu mencapai klimaksnya.

"Good girl, enak kan? Jangan tidur dulu, kita masih punya waktu semaleman buat puasin nafsu kita. Oke, baby?"

Grace mengangguk lemas. Malam itu panjang, tapi waktu tidak terasa cepat berjalan bagi mereka berdua.

.・゜✧﹒☁﹒✧゜・.

End

Author's note:
Kali ini aku bikin yang lebih pedes nih, suka nggak? Next ada cerita di perkantoran stay tuned ya!












FantasizesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang