Saat mendekati tempat parkir, Sofia melihat Tristan sedang ditahan oleh dua pria dewasa berpakaian hitam-hitam. Ada satu orang lagi yang sedang menaruh sapu tangan ke mulut dan hidung Tristan. Mereka tampak seperti, gangster!
"Pak Polisi! Di sini ada orang aneh!" teriak Sofia sambil memegang ponselnya di telinga.
Sontak, ketiga pria menyeramkan itu melepaskan Tristan dan langsung kabur. Sofia langsung lari menghampiri laki-laki yang sedang terengah-engah itu. Sungguh berani apa yang barusan gadis itu lakukan, ia tidak tahu mendapat keberanian dari mana tapi yang pasti ia tahu bahwa dirinya harus menyelamatkan Tristan.
"Tristan! Lo gak apa-apa?"
"Sofia, lo... Bahaya tau!" jawab Tristan masih mencoba menstabilkan napas dan keseimbangannya.
Sofia sangat khawatir. Sapu tangan tadi, sangat mencurigakan. Ia harus cepat membawa Tristan ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Ia tidak ingin terjadi apa-apa pada laki-laki di depannya itu.
"Ayo ke rumah sakit!"
"Jangan! Nanti orang tua gue tau!"
"Lah emangnya kena-"
Sofia teringat kembali perkataan Tyra. Masalah keluarga? Bisa jadi. Tristan tidak mau orang tuanya tahu akan kondisinya saat ini. Sofia memutuskan untuk mengikuti kemauan Tristan untuk tidak membawanya ke rumah sakit.
Sofia mengeluarkan ponselnya dari saku dan memesan sebuah ojek online ke rumahnya. Ia merelakan uangnya untuk membayar ojek online yang lumayan mahal. Tapi, saat ini keselamatan Tristanlah yang paling utama.
Sofia membuka kunci pintunya sambil menuntun Tristan yang lemas. Sofia membawanya ke sofa. Saat Sofia ingin beranjak untuk mengambil handuk, tiba-tiba tangannya ditarik dan Tristan mencium bibir gadis itu. Kedua mata Sofia membelalak. Sensasi hangat dan basah di bibirnya membuatnya meleleh.
Sofia menarik badannya namun ditarik lagi oleh tangan Tristan yang memeluk pinggangnya. Seakan tidak boleh kabur. Ciuman Tristan semakin dalam dan panas, membuat Sofia kehilangan energinya dan menyerah untuk pergi.
Panas, ini sangat panas. Ciuman panas itu turun ke leher Sofia, meninggalkan sebuah tanda merah. Sofia mendesah kecil, dan memanggil nama laki-laki yang sedang membanjirinya dengan ciuman. Nihil, laki-laki itu tampak sedang tidak berpikir jernih dan terus mencium lehernya. Sekarang turun ke area tulang selangkanya, sebuah tanda merah kedua muncul.
"Tristan!" teriak Sofia sambil menepuk kedua pipi laki-laki itu.
Mengerjapkan matanya beberapa kali, menandakan Tristan akhirnya mendapatkan kembali kesadarannya. Ia melihat kedua tanda merah yang dibuatnya kepada gadis itu dan langsung mendorong Sofia dari pelukannya.
"Maaf! Maafin gue! Gue sampah!" teriak Tristan dengan mata merah yang berair.
"Gak apa-apa Tristan! Gue tau barusan lo lagi nggak sadarkan diri," jawab Sofia mencoba menenangkan laki-laki yang sedang mengalami serangan panik itu.
"Nggak, nggak, gue udah ngelakuin hal sampah ke lo, maaf."
Sofia memeluk Tristan. Laki-laki itu terkejut dan tangisannya semakin pecah. Saat ini Tristan sedang rapuh, dan Sofia merasa bahwa ia harus menemaninya.
Setelah beberapa saat, tangisan Tristan berhenti. Namun Tristan masih menerima pelukan Sofia dengan erat. Enggan melepaskannya. Sofia dengan pelan mengelus-elus punggung lebar itu. Sampai akhirnya sebuah suara memecahkan keheningan malam itu.
"Gue tadi diserang sama anak buah perusahaan X. Dan gue, diracunin obat aphrodisiac. Gue minta maaf banget."
Aphrodisiac? Obat yang dapat meningkatkan nafsu seksual seseorang, diberikan kepada Tristan? Itulah alasan atas perilaku ganas Tristan tadi. Kini, Sofia mengerti atas perlakuan Tristan barusan.
"Gue rasa, gue sebaiknya minggat dari rumah lo. Gue nggak mau kejadian kayak tadi terulang lagi, gue gak mau nyakitin lo, Sofia," lanjut laki-laki itu sambil melepaskan pelukannya.
"Tristan, gue nggak apa-apa kok. I'm fine, lo nggak nyakitin gue."
"Gue suka sama lo, gue nggak percaya sama diri gue sendiri buat gak nyakitin lo."
Suara petasan terdengar dari luar jendela. Sungguh sesuai dengan apa yang dirasakan oleh hati kecil Sofia. Laki-laki yang disukainya menyukainya kembali? Tristan, menyukai Sofia? Rasanya tidak nyata.
"Gue juga suka sama lo, Tristan. Dan gue percaya sama lo kalo lo nggak bakal nyakitin gue."
"Tapi yang tadi? Gue baru aja nyakitin lo."
"Itu bukan salah lo, lo lagi nggak punya kuasa atas perbuatan lo tadi. Lagian, salah gue juga nggak langsung mendorong lo," jawab Sofia sambil tersenyum.
"Gak langsung mendorong? Berarti lo suka?" tanya Tristan, muka jahilnya kembali terpampang di wajahnya.
"E-eh? Kok jadi kesitu sih?" lagi-lagi Sofia dibuat panik oleh laki-laki itu.
"Gimana? Lo suka kan, Fia?"
Menggunakan nama kecil miliknya. Itu sangatlah tidak adil. Pasti Tristan tidak sengaja mendengar Tyra memanggilnya "Fia" di kantin tadi siang. Kini, seluruh badan Sofia memerah. Jantung telah berdetak lebih cepat sebanyak 10x dari biasanya.
"Sejujurnya, pengaruh dari aphrodisiac-nya masih ada. Kalo lo ngebolehin, lo mau kan bantu gue?"
Sofia memang orang yang suka membantu, dia juga orang yang tidak bisa menolak sesuatu karena ia merasa tidak enak. Ditambah orang yang disukainya meminta bantuannya. Tidak mungkin Sofia mengatakan tidak.
Dengan anggukan kecil, Tristan menyapu rambut Sofia ke belakang telinganya. Dengan perlahan, laki-laki itu memberi kecupan di pipi sebelah kiri Sofia. Kemudian kecupan itu berpindah ke bibir merah gadis itu. Manis, kali ini ciumannya terasa lebih manis daripada yang sebelumnya.
Napas berat mengelilingi kedua remaja itu. Saling menginginkan masing-masing, saling merasa lapar akan satu sama lain. Tidak memecahkan sentuhan atas satu sama lain, mereka berdua pindah memasuki kamar Sofia. Lidah mereka terus bergulat seakan sedang berlomba untuk mendominasi.
Satu persatu kain dilepaskan, udara pun semakin panas. Dua tubuh menyatu di suatu malam yang dingin. Menandakan suatu cinta, hasrat, dan juga nafsu.
Tentang esok hari, apapun yang akan terjadi, mereka tidak peduli. Malam ini mereka hanya menginginkan satu sama lain.
⭑ 🌱 ⭑ ˗ ˏˋ 🌷 'ˎ ˗ ⭑ 🌱 ⭑
End
Author's note:
Anak-anak, jangan lupa pake pengaman ya. Ini cuma karya fiktif biasa, NOT REAL. Terima kasih ♡