"Halo?"
"Cipcip, Chika?"
"Maaf, kamu pasti kaget banget ya."
"Aku nggak maksud ngagetin gitu kok!"
"Chika?"
"Aku minta maaf."
21 missed calls.
Sungguh, Chika sangat kesal. Ia merasa telah diperbodoh. Oleh karena itu seharian ini ia membisukan notifikasi ponselnya. Bahkan, ponselnya benar-benar ia matikan daya. Untuk mengisi kekosongan tanpa ponsel, Chika menggunakan laptopnya untuk melihat-lihat akun sosial media dan juga bermain game.
"Pppp."
"Lo kemana aja Ka?"
Sebuah notifikasi pesan masuk, Katie rupanya. Rasa emosi di kepala Chika meningkat. Katie, ialah sumber dari masalah yang sedang di hadapannya ini.
"Sialan lo Kate."
"Hah, gue salah apa?"
"Aplikasi yang lo rekomendasiin jelek banget."
"Okay, gue minta maaf?"
"Semua ini salah lo."
"Apa hubungannya sama gue? Lo kenapa sih Ka? Udah lama ngilang terus sekarang malah marah ga jelas."
Chika menghela napasnya, lalu ia menceritakan segala hal dari A hingga Z. Memikirkan kembali apa yang Devan lakukan kepadanya selalu membuat kepala Chika terasa mendidih.
"YA LO NGAPAIN PHONE SEX SAMA DIA BEGO!" teriak Katie yang kini telah berlanjut di telepon.
"G-gak tau! Gue penasaran aja kayaknya. Terus orangnya juga baik banget."
"Penasaran? Ka, lo kayaknya harus gue kurung deh. Anak naif kayak lo gampang banget dibodohin."
"Ya maaf!"
Katie menghela napas panjang. Chika merasa amarahnya sudah padam karena telah diomeli sahabatnya itu. Chika benar-benar merasa malu dan menyesali perbuatannya.
"Mau nggak mau lo hadapin, Ka. Devan temen acting lo, lo nggak bisa kabur selamanya."
"...Iya."
"Kapan shoot selanjutnya?"
"Besok."
"Ya udah siapin diri dan mental lo. Apa besok mau gue temenin?"
"Mau!"
Chika berterima kasih kepada sahabatnya, Katie. Jujur saja untuk perekaman film besok dirinya belum berani untuk menghadapi Devan. Keberadaan Katie di dekatnya akan sangat membantu.
Keesokan harinya tiba. Chika terlihat menutupi wajahnya dengan naskah film miliknya. Tidak hanya itu, ia juga memakai kacamata hitam sambil melihat kiri kanan seperti sedang mencari-cari seseorang.
"Kurang jelas, Ka. Lo sama sekali nggak terlihat mencurigakan," sahut Katie geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya.
"Sstt! Jangan berisik Kate. Gue takut dia ada!"
"Eh, Ka. Itu siapa? Cakep banget!"
"Mana?"
Mata Chika mengikuti arah telunjuk Katie, ternyata itu Devan. Sontak Chika langsung berbalik badan karena terkejut. Dirinya tidak menyangka bahwa ia akan bertemu Devan secepat ini.
"Kenapa?"
"Itu Devan, woi!"
"Hah serius?" tanya Katie tidak percaya.