"Hmm.."
Tampaknya laki-laki itu masih setengah sadar. Diana menggeliat mencoba untuk bangun tapi usahanya sia-sia. Ia kalah kuat. Diana terus berusaha untuk membangunkan Victor dengan memanggil namanya berulang kali. Victor akhirnya membuka matanya sedikit setelah beberapa kali Diana memanggil.
"Bu Diana?"
"Ah Bapak udah bangun?"
Tangan kanan masih melingkari pinggang Diana, sementara tangan kirinya pergi untuk mengelus pipi wanita yang berada di pelukannya itu. Diana dibuat membeku karena terkejut dan kebingungan. Mereka berdua memandangi satu sama lain selama beberapa saat.
"Bu Diana... Diana.."
"I-iya Pak?"
"Bu.."
Apa ini? Ketuanya sedang bertingkah imut di depannya. Sungguh mengejutkan melihat ketuanya yang sedang mabuk itu. Jantung dibuat berdebar lebih kencang dari biasanya. Mendengar namanya dipanggil dengan lembut oleh seseorang yang tampan memang sangat tidak bagus untuk jantung.
"Pak Victor, bisa lepasin tangannya? Oh iya sama minta alamat rumah Bapa-"
Cup
Sebuah kecupan mendarat di bibir Diana. Kedua matanya membelalak. Ketuanya, Victor, sedang menciumnya. Berawal dari bertemunya kedua bibir, menjadi pertemuan kedua buah lidah. Diana tahu bahwa ia seharusnya tidak melakukan hal ini dengan orang yang sedang mabuk, tapi bolehkah Diana menikmatinya selama beberapa saat?
Tautan bibir terlepas, menyisakan kedua orang yang sedang terengah-engah. Victor membalikkan tubuhnya dan sekarang Diana yang berada di bawah. Kacamata yang telah berembun kini dilepas, Victor lalu menatap mata Diana dengan tajam dan mereka berdua kembali berciuman.
Turun, ciuman itu turun ke leher Diana. Kerah menganggu, Victor merobek kemeja Diana hingga 2 kancing terlepas kemudian ia langsung menciumi leher wanita di bawahnya itu dan meninggalkan tanda merah. Diana mendesah enak. Ia sangat menikmati momen itu tapi ia tahu bahwa itu harus diberhentikan.
"Pak Victor!" ucap Diana sambil menepuk kedua pipi ketuanya.
Victor mendapatkan kembali kesadarannya. Ia menatap pemandangan yang ada di bawahnya dan sangat terkejut. Victor langsung bangkit sampai kepalanya terjeduk atap mobil. Ia memegang kepalanya yang kesakitan sambil keluar dari mobil.
Tiba-tiba, Victor merasa mual. Ia lalu mengeluarkan cairan isi perutnya. Diana melihat ada sebuah termos minum, mencium bau cairan itu untuk memastikan itu air putih, dan langsung pergi untuk memberi ketuanya minum.
"T-terima kas-"
Ucapan Victor terputus karena melihat belahan dada Diana yang terpampang jelas karena kancing yang terbuka, juga karena melihat tanda merah yang telah ia buat. Victor langsung melepas jasnya dan memakaikannya kepada Diana. Déja vu. Laki-laki itu lalu berlutut dan meminta maaf.
"Bu Diana saya minta maaf. Ibu kalo mau ngelaporin saya untuk pelecehan saya terima. Asal jangan resign dari kantor, kami masih butuh talenta Ibu untuk projek ini," ucap Victor sambil masih berlutut dengan wajah yang tertunduk.
"Pak Victor bangun! Saya nggak apa-apa kok, jadi nggak usah segitunya!"
"Saya tertarik sama Bu Diana. Ibu itu orang yang pekerja keras dan tentunya terlihat dari hasilnya. Bu Diana juga menjaga hubungan baik ke semua dan selalu menjaga ketertiban kantor. Jujur, Ibu terlihat seperti pegawai sempurna bagi saya," ucap Victor yang kali ini telah mengangkat wajahnya dan menatap Diana.
"Begitu saya lihat Ibu ngejelek-jelekin saya, image ibu langsung hancur. Makanya saya kasih Ibu hukuman, berharap ketertarikan saya juga dapat berhenti," lanjutnya.
Victor bangun dan memegang kedua tangan Diana. Matanya masih mempertahankan kontak mata dengan wanita di depannya. Tatapan kali ini terasa hangat. Alis yang biasanya mengekerut itu pun telah dilemaskan.
"Saya bakal bertanggung jawab."
Kesungguhan Victor telah menyentuh hati Diana. Sejujurnya, Diana juga memiliki ketertarikan terhadap laki-laki yang berada di depannya. Victor juga merupakan orang yang sangat ia hormati. Walaupun tegas, perbuatannya memang untuk kebaikan kantor kedepannya. Perkataan buruk yang keluar dari mulutnya waktu itu hanyalah sekedar ucapan untuk menyesuaikan dirinya dengan rekan kerjanya.
"Saya juga mau minta maaf sama ucapan saya waktu itu. Setiap kata yang keluar itu saya nggak bener-bener maksud gitu. Saya tau kalo semua perbuatan Bapak itu bermaksud baik."
"Dan saya juga suka sama Bapak yang tegas, bekerja keras, dan juga disiplin di dalam kantor," lanjut Diana menampilkan senyumannya.
Cup
Kali ini ciuman kedua diinisiasikan oleh Diana. Sambil berjinjit untuk menyamakan tinggi badan, sebuah kecupan lembut ia berikan. Ciuman ini langsung dibalas oleh Victor. Perlahan ciuman berubah menjadi kasar. Lumatan basah itu membuat kedua kaki Diana melemas. Siapa sangka ketuanya sangat mahir dalam hal ini?
Tautan terlepas dan kedua mata bertatapan. Tanpa perlu kata-kata keduanya tahu bahwa mereka menginginkan lebih dari itu. Mobil kembali dikunci dan kedua orang itu kembali ke dalam hotel. Kali ini ada banyak kamar yang kosong, namun Diana dan Tristan sengaja hanya memilih satu kamar.
Pintu dibuka dan mereka masuk. Sebuah kasur king size menyambut mereka dan kali ini Diana tidak gugup. Cairan pemberani yang mereka minum malam itu membuat mereka lebih terhanyut pada satu sama lain. Mereka kembali berciuman sambil membuka kancing satu sama lain.
Diana tidak menyangka, di balik pakaian sedikit oversize yang digunakan ketuanya, ada tubuh seksi dengan otot yang kuat dan keras. Wanita itu mencium dada bidang milik laki-laki itu. Victor menggigit bibir bagian bawahnya sambil mengelus rambut Diana.
Ciuman turun ke perut. Diana berlutut dan melepaskan sabuk kulit berwarna hitam, tidak lupa resleting juga ia turunkan. Penis keras menyambutnya. Penis berurat yang besar. Diana terpukau melihat alat vital seksi ketuanya. Ia pun mendekatkan bibirnya.
Satu kecupan ia berikan, berlanjut dengan suatu jilatan. Victor menggeram. Diana memasukkan penis itu ke dalam mulutnya. Agak sulit karena ukurannya yang tidak kecil. Ia lalu mulai menggerakkan kepalanya maju mundur.
Semakin lama, semakin cepat. Tangan juga tidak lupa ikut memijat. Victor mendorong kepala Diana lebih dalam hingga penisnya menyentuh tenggorokan wanita itu. Kini, pinggang Victor juga ikut bergerak. Diana dibuat kesulitan bernapas dan matanya memerah hingga akhirnya cairan putih mengalir di dalam mulutnya. Diana pun terbatuk-batuk.
"Good girl."
Mereka berdua kini pindah ke kasur. Diana melepaskan stoking dan celana dalamnya. Kali ini, giliran Victor yang memberinya kenikmatan. Laki-laki itu mulai dari atas, menggerakkan lidahnya dengan gerakan melingkar. Diana melengkungkan punggungnya. Tekstur lidah yang kasar, memang sangat memberikan kenikmatan.
Kali ini, Victor memasukkan lidahnya ke dalam. Tangan kanannya juga aktif bergerak pada klitoris. Desahan Diana semakin keras. Agar semakin nikmat, wanita itu juga memainkan putingnya. Dipelintir dan dijepit. Sungguh Diana sedang dihantam oleh kenikmatan.
Victor berhenti dan mengarahkan penisnya ke lubang Diana. Lubang itu sudah basah dan siap. Langsung, Victor memasukkannya dengan perlahan. Kedua orang itu mengerang nikmat. Diana melihat kacamata Victor sudah berembun, ia pun perlahan melepasnya.
"Ayo kita berdua nikmati malam yang panjang ini," ucap Victor dengan sebuah seringai.
➛。⨯⁺₊ 💼 'ˎ˗
End
Author's note: Uuu seksi ya. Aku sendiri aja malu bacanya wkwk. Btw aku minta maaf banget aku lupa kalo Dear Roomie nama MLnya Tristan dan aku malah pake lagi namanya di sini! Aku ganti jadi Victor yaa!