"Camera, roll, action!"
"Selalu keren tiap aku liat," gumam seorang gadis yang sedang duduk di sebuah kursi lipat.
"Hei, Chika! Dateng lagi ke set?" sahut seorang pria berumur 20 tahunan.
"Iya, Kak. Di rumah lagi nggak ada orang."
"By the way, Ka. Kamu yakin nggak mau jadi figuran di film Believe in Me?"
"Nggak, Kak. Aku nggak berani di depan kamera!"
"Coba aja dulu. Rame tau acting tuh!" bujuk Ferry, manager ayah Chika.
"Chika!" sahut ayah Chika yang baru selesai shooting.
"Pah!"
Ayah Chika, John, tersenyum dan menghampiri dua orang itu. Ia lalu tersenyum kepada Ferry. Ayah Chika juga tidak lupa mengelus kepala anaknya.
"Pak, coba bujuk si Chika acting! Bapak liat sendiri kan, pas drama sekolah Chika waktu itu? Dia ada bakat acting!"
"Iya Chika, Papah juga tau kalo kamu bisa. Mau ya nyoba?" bujuk John.
"Coba aja dulu sekali, kalo kamu beneran nggak suka, nggak bakal dipaksa lagi, kok," sahut Ferry menambahkan.
Chika diam selama beberapa saat, ia berpikir. Sebenarnya, ia sangat menyukai memainkan peran, masalahnya adalah penyakit demam panggung yang ia miliki. Setelah itu akhirnya Chika menganggukan kepalanya.
Dijawab oleh helaan napas lega dari kedua orang di depannya. Ayah Chika memeluk anak perempuannya dan mencium kepalanya. Chika juga tidak lupa untuk membalas kembali pelukan ayahnya.
"Ya udah, Ferry hubungin bagian casting-nya dulu ya!"
Ferry langsung meninggalkan ayah dan anak itu sambil menempelkan ponselnya kepada telinga. Chika dan ayahnya tertawa kecil melihat kelakuan sang manager itu. Chika pun menunggu hingga ayahnya selesai, cukup sampai larut malam.
Di kamarnya, Chika berbaring di kasur. Ponselnya berdering, menampilkan sebuah kontak bernama "Katie", sahabat di kampusnya. Ia menjawab panggilan itu.
"Ka! Lo masih jomblo kan?"
"Apa sih tiba-tiba? Gue tuh single!"
"Sama aja kocak!"
"Hahaha! Kayak yang udah punya pacar aja lo!"
"Dengerin dulu, Ka. Jadi ada aplikasi chatting gitu, anonim. Tapi sering dipake sama orang-orang buat aplikasi nyari jodoh!"
"Anonim?" tanya Chika kali ini telah bangkit.
"Iya. Awalnya mereka anonim dulu, terus kalo cocok pada lanjut real life."
Jujur, aplikasi ini terdengar menarik bagi Chika. Ia ingin mencobanya. Lagipula, aplikasi ini anonim. Ia bisa mencobanya tanpa mengumbar identitas asli. Cukup menarik.
Setelah telepon ditutup, Chika langsung mengunduh aplikasi tersebut, TextU. Proses pengunduhan tidak berlangsung lama. Cukup sekitar 1 menit dengan koneksi internet yang baik. Saat aplikasi telah terpasang, Chika tinggal membuat sebuah akun dan memilih preferensinya dalam seorang laki-laki.
"CipCip...suara ayam. Itu aja deh username-nya."
Ting!
Banyak pesan masuk dari aplikasi itu. Kebanyakan dari mereka bermula normal, seperti mengucapkan salam dan menanyakan kabar. Tapi setelah itu mereka meminta yang tidak-tidak, seperti meminta foto atau video. Banyak orang aneh yang ia temui di aplikasi itu.
"Halo! Salam kenal, you can call me Mine." (Kamu bisa panggil aku Milikku.")
Chika tertawa kecil melihat pesan itu. Awal yang menarik. Mungkin kali ini pantas dicoba, untuk terakhir kalinya sebelum Chika menghapus aplikasi itu. Sebelum ia memulai pekerjaannya, ia ingin bermain-main sesaat.
"Halo Mine. Kamu cukup lucu ya."
"Kalo yang lucu mah, udah pasti kamu juaranya."
"Bisa aja."
Saling mengirim pesan, ternyata mereka memiliki banyak kesamaan. Dimulai dari preferensi makan, film, dan hobi. Semuanya sama hingga Chika merasa seperti takdir. Mereka terus menggunakan aplikasi itu hingga tidak terasa sudah larut malam.
~ ݁. 🍓 ݁.⊹୨🍰୧ ⊹ . ݁🍓 . ݁~
Tidak terasa, kini hari dimana Chika akan melakukan shooting. Ia mendapat peran sebagai teman sekelas pemain utama. Ia hanya memiliki sedikit dialog, tapi itu cukup untuk awalan bagi Chika di dunia hiburan ini. Saat ini Chika sedang dirias di ruang make up.
"First job (Kerjaan pertama) aku nih, doain ya," ketik Chika pada aplikasi TextU.
"Semangat Cipcip! Pasti lancar!"
Chika tertawa kecil, walaupun Mine adalah orang asing, ia senang mendapatkan dukungan darinya. Mine sudah seperti belahan jiwa, Chika merasakan koneksi spesial darinya. Walaupun mereka sudah dekat, mereka berdua masih menyembunyikan identitas masing-masing.
"Siap Chika?" tanya sutradara film.
"Siap!" teriak Chika lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"Action!"
Mengasyikkan, Chika menyukai ini lebih dari yang ia kira. Walaupun awalnya susah, berkat dukungan dari para crew dan juga Ferry, ia berhasil melawan demam panggungnya. Bermain peran memang hal yang patut dikagumi. Tidak mudah untuk berperilaku seperti orang lain, tidak mudah untuk mengesampingkan identitas diri sendiri.
Mulai sejak itu, peran demi peran ditawarkan kepadanya. Bermulai dari seorang figuran biasa, Chika berhasil naik tingkat hingga menjadi pemeran pendukung. Film berikutnya berjudul Your Beautiful Lie. Sebuah film bergenre romansa komedi tentang kehidupan sehari-hari remaja SMA. Menceritakan sebuah gadis desa yang menjadi murid baru di sekolahnya dan dirundung. Chika berperan sebagai teman pemeran utama yang membantunya, oleh karena itu dirinya juga ikut diganggu.
"Mine, aku ditawarin kerjaan baru lagi! Kali ini bayarannya lebih besar!" ucap Chika kepada teman daringnya yang kini telah berpindah ke telepon.
"Congrats!" (Selamat!)
"Hehe, makasih."
"Sebagai hadiah, mau lanjutin yang kemarin?" tanya Mine dengan nada menggoda.
Wajah Chika memerah. Sebenarnya ada sedikit rahasia yang Chika suka lakukan bersama temannya itu. Waktu itu entah dari mana Mine menawarkan sesuatu yang mengejutkan. Tentunya Chika mengalah pada rasa penasaran.
"Phone sex?"
"...Boleh."
~ ݁. 🍓 ݁.⊹୨🍰୧ ⊹ . ݁🍓 . ݁~
Tbc
Author's Note: maaf ini reupload hehe. Aku langsung up yang chapter 2nya juga kok!